Membunuh Lawan Politik Dengan Racun Beragam
Pelaku pembunuhan sering tidak berada di tempat kejadian perkara (TKP) atau saat pembunuhan sedang berlangsung. Menggunakan racun sendiri biasanya karena pelaku ingin berjarak dengan lokasi dan korban pembunuhan.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
PEMBUNUHAN menggunakan racun merupakan metode kejahatan yang sering terjadi untuk membunuh lawan politiknya. Pengembang racun yang mematikan sulit dideteksi hingga saat ini. Penggunaannya juga semakin canggih dan jenisnya juga beragam.
Dalam Die Gifte in der Weltgeschichte' (1920), ahli farmakologi Jerman Louis Lewin merinci bab demi bab bagaimana selain penjahat dan penguasa, pemimpin, agen rahasia, dan konspirator menggunakan zat-zat yang paling berbahaya dalam mengejar tujuan politik domestik atau geopolitik internasional.
Lazim menjadi protokoler resmi pengawasan, penjagaan, dan pengawalan pejabat tinggi sekelas kepala negara bukan hanya melindungi tapi juga memeriksa makanan dan minuman yang akan dimakan atau diminum pejabat tersebut.
Tentu berbeda dengan praktik pembunuhan dengan racun terhadap lawan politik yang tidak memiliki pengawasan dan pengawalan, bahkan ceroboh makan dan minum di sembarang tempat, yang akan sangat mudah diracun untuk membunuhnya.
Terlalu banyak kasus pembunuhan dengan menggunakan racun antara lain;
*Polonium-210": Menjadi penyebab kematian pemimpin Palestina Yasser Arafat pada 2004. Intelijen Israel diduga kuat berada di belakang pembunuhan tersebut.
Sarin: membunuh Ibnu Al Khattab, pemimpin pemberontak Chechnya, yang tewas diracun zat sarin pada 2002.
Arsenik: Melenyapkan nyawa aktivis HAM Munir Said Thalib pada 2004. Agen BIN (Badan Intelijen Negara) diduga kuat terlibat dalam pembunuhan pendiri LSM Kontras itu.
Kasus lainnya sekedar referensi kematian dengan diracun:
Kematian Alexander V. Litvinenko, mantan agen mata-mata Rusia yang diracun di London, Inggris, pada 2006. Litvinenko tewas akibat racun radioaktif polonium-210 di dalam minuman tehnya.
Gelsemium, tumbuhan beracun dari Himalaya untuk pembunuhan miliarder China Long Liyuan dengan dicampur di masakan daging kucing yang dikonsumsinya.
Pada tahun 1995, bankir Rusia Ivan K. Kivelidi, tewas dibunuh dengan racun kadmium di kantornya. Sekretarisnya juga meninggal dengan gejala yang sama, diduga karena kadmium telah menyebar di dalam kantor Kivelidi, salah satunya di gagang telepon.
Pada Maret 1995 dunia mengetahui tentang Aum Shinrikyo setelah para anggotanya melepaskan agen saraf sarin di bawah tanah Tokyo untuk membunuh hakim yang akan memutuskan melawan Aum Shinrikyo yang menjadi ancaman atau telah membelot dari kelompok agama tersebut.
Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) melenyapkan Kim Jong-nam, saudara tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, dengan bentuk biner VX pada bulan Februari 2017.
Pelaku pembunuhan sering tidak berada di tempat kejadian perkara (TKP) atau saat pembunuhan sedang berlangsung. Menggunakan racun sendiri biasanya karena pelaku ingin berjarak dengan lokasi dan korban pembunuhan.
Racun adalah alat kejahatan yang dipilih agar antara pelaku dan korban tidak berhadap-hadapan, tak berada dalam jarak dekat saat melancarkan aksinya. Tidak mungkin orang yang menggunakan racun menunggu korbannya.
Ada lebih banyak penggunaan racun daripada yang tercantum dalam posting ini, seperti yang saya sebutkan di atas.
Di sini membatasi diri pada golongan racun saraf yang dirancang untuk membunuh lawan politiknya dengan racun atau zat yang sangat ampuh untuk melumpuhkan, termasuk dalam kategori yang juga berbeda.
Mungkin sekali telah dan sedang terjadi pembunuhan politik di Indonesia, sementara kita sendiri mengabaikan apa yang sedang terjadi kala mengikuti prosesnya yang memang cukup rumit untuk dibuktikan tanpa keberanian dan keahlian yang memadai. (*)