Peringatan Darurat di Alam Maya dan Aksi Hebat di Dunia Nyata

Justru tindakan culas alias tidak terpuji, misalnya dengan mencoba membangkang dan mengakali Putusan MK Nomor 60/2024 yang seharusnya bersifat "Final and Bundling" tersebut dengan akrobat yang tidak bermutu itulah yang menebar Horor sekaligus Teror sebenarnya di masyarakat.

Oleh: KRMT Roy Suryo, Pemerhati Telematika, Multimedia, AI dan OCB Independen

KEMARIN (Rabu, 21/08/2024) jagad maya heboh, trending-nya bukan hanya dalam skala nasional alias dalam negeri Indonesia, namun sampai ke mancanegara. Ini laksana siaran ulang pembacaan Teks Proklamasi hari Jumat tanggal (17/8/1945) yang dibacakan kembali oleh Sakti Alamsjah, Sam Amir, dan Darja di Radio Hoso Kyoku.

Siaran itu kemudian dipancarluaskan ke seluruh dunia melalui pemancar legendaris Radio Malabar di Gunung Puntang (yang sayangnya kini sudah jadi reruntuhan, hanya tersisa "kolam cinta" yang dulu sebenarnya adalah penanda arah ke negara Belanda).

Peristiwa "go Internasional" sebagaimana patriotisme para pejuang Indonesia 79 tahun silam inilah yang kemarin terulang kembali dengan tagar #PeringatanDarurat dan #KawalKeputusanMK yang menjadi trending-topic secara global melalui platform media X (Twitter) dan juga berbagai sarana sosial-media lainnya.

Didukung juga oleh akun-akun yang berfolower lumayan seperti Panji Pragiwaksono, Najwa Shihab, Wanda Hamidah dan sebagainya, gaung Garuda Pancasila putih berlatar belakang biru itu menjadi perbincangan yang menarik perhatian.

Alhasil tidak hanya netizen dalam negeri, termasuk para alumnus BuzzerRp yang sudah insaf/tobat sebagaimana sebagian tokoh di atas, media asing juga menuliskan fenomena "Peringatan Darurat" kemarin dan langsung mengaitkannya dengan kemunduran demokrasi yang sudah benar-benar sampai pada titik nadir di Indonesia saat ini.

Contohnya Bloomberg, media asal Amerika ini malah secara cerdas langsung mengkaitkan dengan polemik perubahan UU Pilkada akibat pembangkangan Baleg DPR-RI terhadap MK dan juga telah menyinggung soal warisan dinasti JkW.

Bloomberg dalam Laporan berjudul 'Court ruling deals blow to Jokowi's dynastic legacy in Indonesia' kemarin juga menyebut tuduhan nepotisme terhadap JkW telah ada sejak 2023 lalu, usai MK, dalam putusan yang dipimpin oleh paman Anwar Usman di MK untuk menurunkan batasan usia minimum bagi calon presiden dan wakil presiden.

Sementara kantor berita asal Inggris Reuters juga mewartakan hal serupa dengan memuat respons JkW atas putusan MK yang awalnya berpotensi menutup peluang bagi anak bungsunya, Kaesang Pangarep, namun dengan adanya ulah oknum-oknum yang menyebut dirinya "wakil rakyat" tersebut menjadi seperti diberi karpet merah kembali.

Suasana kemarin tersebut benar-benar mengingatkan kita kembali pada kondisi Indonesia sebelum Reformasi 1998 lalu, di mana saat itu masyarakat bersatu padu kompak menggulingkan Rezim Orde Baru di bawah Soeharto yang sudah berkuasa selama 32 tahun.

Patriotisme rakyat makin menguat dengan beredarnya kembali video-video yang bergenre "Analog Horror" (dibuat seolah-olah masih jaman tempo doeloe dengan gaya Film reel atau Kaset Video lama resolusi rendah) dan menampilkan gambar-gambar Soeharto, Petrus (Penembak Misterius), Kolor Ijo, Penculikan Mahasiswa, Penghilangan Aktivis, dan sebagainya.

Jelasnya, Analog horor tersebut adalah subgenre horor yang memanfaatkan gaya serta ciri khas dari teknologi lama (era 90-an tersebut). Dengan memadukan kualitas rekaman yang kasar dan audio yang kurang clear dengan gaya narasi "ambigu" serta multitafsir, analog horor melahirkan tontonan yang tidak mudah dilupakan.

Secara lebih detail dalam video "Peringatan Darurat" bergaya Analog Horor itu dituliskan seolah-olah ada informasi dari Pemerintah (RI-000), dan juga adanya kode-kode unik seperti ANM-021 ‘Mesem’, Entitas-021 dan sebagainya. Namun kalau dicermati "jejak digital"-nya sebenarnya Video-video tersebut dibuat oleh EAS Indonesia Concept dan sudah diunggah pada 24/10/2022 dan ada juga yang ber-time stamp (1/12/ 2022) alias sudah hampir 2 tahun lalu.

Sebenarnya kemunculan (dengan sengaja) "Peringatan Darurat" bergambar Garuda Pancasila Putih berlatar belakang Biru kemarin dan beberapa diantaranya disertai dengan Video-video bergenre "Analog Horor" bertujuan untuk mengingatkan kembali bangsa ini untuk waspada dan mawas diri karena kondisi negara kembali sedang berada dalam kondisi tidak baik-baik saja sebagaimana kondisi bangsa ini jaman Orde Baru, bahkan Orde Lama silam.

Dengan demikian tdak ada yang perlu (dicari-cari) kesalahan tentang "siapa" yang telah membuat postingan tersebut pertama kalinya atau apakah video-video lawas di dalamnya asli/tidak, karena yang terpenting adalah esensi atau makna tersirat di dalamnya.

Jadi makna tersirat "Analog Horor" inilah yang semoga bisa secara positif membangkitkan kembali semangat rakyat Indonesia yang akhir-akhir ini tampak luntur alias tidak tampak bersemangat lagi untuk minimal speak up sampai melakukan aksi atau gerakan sosial di Indonesia.

Lagi-lagi kalau dikaitkan dengan sejarah Radio Malabar yang menjadi corong Indonesia pertama kali menyuarakan Teks Proklamasi pada 1945 silam, maka trending topic sekarang membangkitkan lagu perjuangan bangsa ini. Dengan kondisi negara yang benar-benar sedang tidak baik-baik saja gara-gara ulah sebagian oknum, keluarga atau kelompok saat ini, maka mirip-mirip pada masa lalu saat perdjoangan masih melawan penjajah.

Alhamdulillah, hari ini Mahasiswa, Dosen, Profesor dan Guru besar mulai bangkit kembali. Mulai dari kampus UI dan UNJ di Jakarta, ITB di Bandung, Masyarakat Jogjakarta juga kembali menyuarakan "Jogja Memanggil" hingga HMI, FMI dan Organisasi massa, dan bahkan Partai yang masih berpihak kepada Rakyat akan melakukan unjuk Aspirasinya di kota masing-masing, Gedung DPR-MPR dan Gedung KPU, semua adalah wujud dari kecintaan dan kepedulian Masyarakat terhadap situasi dan kondisi bangsa ini.

Sekali lagi jangan salahkan mereka-mereka yang menyuarakan kebenaran dan menolak segala akal muslihat (baca: kejahatan tersktuktur, masif dan sistematis) yang terus-menerus dilakukan saat ini.

Kesimpulannya, meski menggunakan Genre Analog Horor, apakah "Peringatan Darurat" di Alam Maya dan Aksi-aksi Hebat Rakyat di Dunia Nyata hari ini sampai selanjutnya tersebut adalah yang menggambarkan "Horor" sebenarnya? Tentu saja tidak.

Justru tindakan culas alias tidak terpuji, misalnya dengan mencoba membangkang dan mengakali Putusan MK Nomor 60/2024 yang seharusnya bersifat "Final and Bundling" tersebut dengan akrobat yang tidak bermutu itulah yang menebar Horor sekaligus Teror sebenarnya di masyarakat.

Mereka (mungkin) bahagia di atas penderitaan Rakyat Indonesia pada umumnya, tetapi Inshaa’ Allah di atas Langit masih ada Langit, Gusti Allah SWT Mboten Sare ... (*)