Spirit Kudatuli Melawan Jokowi

Kudatuli adalah penistaan PDI, Kudatuli adalah kebangkitan PDIP, Kudatuli menjadi momen perlawanan. Saatnya PDIP bergabung dengan berbagai gumpalan oposisi untuk menghentikan arogansi kekuasaan Jokowi.

Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan

KUDATULI mengacu pada serangan rezim pada 27 Juli tahun 1996 yang mendukung PDI Suryadi untuk menyingkirkan dan mengobrak-abrik PDI Megawati. Serbuan ke kantor PDI di Jl. Diponegoro itu sekurangnya telah menewaskan 5 orang, melukai 149 orang dan 23 orang hilang.

Kini pada tahun 2024 kader PDIP melakukan aksi long march ke kantor Komnas HAM mendesak agar Komnas HAM mengusut kasus pelanggaran HAM tahun 1996 tersebut.

Peristiwa tragis ini menjadi semangat dan dasar dari pembentukan PDIP pimpinan Megawati yang sukses dalam kompetisi pemilu-pemilu berikutnya. “Kuda tuli” itu telah bisa mendengar dan melihat. Sebagaimana Pearl Harbour yang membawa semangat "Remember Pearl Harbour" maka peristiwa Kudatuli juga membangun semangat perlawanan.

Peristiwa tragis dialami kembali dalam bentuk lain tetapi intinya sama, yaitu kezaliman rezim. Kini, Megawati "dikerjain" Presiden Joko Widodo. Luar biasa karakter pengusaha mebel ini.

Dari bukan siapa-siapa hingga menjadi Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta hingga Presiden RI dua periode, tidak mungkin diperoleh tanpa dukungan dan proteksi PDIP pimpinan Megawati Soekarnoputeri. Jokowi berkhianat atau menelikung pada penghujung masa kekuasaannya.

PDIP dimusuhi dan dikuyo-kuyo. Menteri dihukum, birokrasi pemerintah berlatar belakang PDIP disasar, Harun Masiku jadi jembatan mempersekusi hukum kader dan petinggi PDIP.

Ketua DPR Puan Maharani dan Megawati pun ditarget. Legacy Jokowi ternyata ingin melihat PDIP lemah, dan bahkan berantakan. Jokowi panik menjelang lengser dan ingin memperkuat dengan cara melemahkan mantan teman. Jokowi terkesan membuka topeng sendiri sebagai figur yang "bebas nilai".

PDIP dengan semangat Kudatuli harus 'all out' melawan Jokowi. Konsolidasikan pasukan untuk merubuhkan Jokowi dan 'inner circle' nya. Waktu hingga Oktober cukup untuk menggoyahkan dan mengkuyo-kuyo Istana.

Jokowi memang sejak lama dinilai telah layak untuk dimakzulkan bahkan ditangkap dan diadili. Aksi mahasiswa yang menggelorakan 10 tahun Jokowi gagal memerintah adalah kekuatan dan moral rakyat yang menilai bahwa rezim Jokowi itu bobrok.

Mulailah PDIP mendeklarasikan keluar dari zona nyaman menjadi bagian dari kekuatan oposisi. Saatnya bersama dengan elemen masyarakat berjuang untuk memakzulkan Jokowi. PDIP akan menjadi "energizer" perubahan.

Petisi 100, Gerakan Penegak Kedaulatan Rakyat, ARM, Fordem, kelompok buruh, santri dan ulama, purnawirawan pejuang, akademisi dan mahasiswa adalah gumpalan oposisi yang siap menyatukan kekuatan untuk misi makzulkan, tangkap dan adili Jokowi.

Kudatuli adalah penistaan PDI, Kudatuli adalah kebangkitan PDIP, Kudatuli menjadi momen perlawanan. Saatnya PDIP bergabung dengan berbagai gumpalan oposisi untuk menghentikan arogansi kekuasaan Jokowi.

Makzulkan, tangkap dan adili Jokowi. "Remember Kudatuli". (*)