Konspirasi Istana China
Dinasti Han berjaya hingga Kaisar bocil terakhir naik tahta bernama Xian atau Liu Xie. Ia menjadi boneka dari panglima ambisius dan kejam Dong Zhuo pembakar kota Luoyang dan perampok harta penduduk. Mengkudeta dan menahan Liu Xie.
Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
DALAM urusan konspirasi Istana, maka China adalah jagonya. Banyak pemimpin di berbagai belahan dunia ikut dalam model budaya konspirasi ini. Bagi kekaisaran China kekuasaan adalah kemuliaan sehingga Kaisar Qin Shi Huang pendiri kekaisaran tersebut perlu membuat patung delapan ribu prajurit terracotta lengkap dengan kuda dan perlengkapan perang di kuburnya.
Untuk mengawal kehidupan dan kemuliaan di akherat sana. Jika di dunia berkuasa, maka ia akan dihidupkan nanti berkuasa pula. Begitu keyakinannya.
Qin Shi Huang memiliki Penasehat licik Kepala Kasim Zhao Cao dan Perdana Menteri Li Si. Di Istana mereka bersama Hu Hay putera bungsu Qin. Saat wafat, Kaisar membuat wasiat untuk pewaris tahta putera sulung yang bernama Fu Su yang sedangbertugas di perbatasan.
Di saat itulah Zhao Cao, Li Si dan Hu Hay berkonspirasi untuk mengubah wasiat bahwa pewaris tahta menjadi Hu Hay putera bungsu Qin yang sejatinya berada di bawah kendali Zhao dan Li Si. Keduanya menjadi penguasa di balik Kaisar Hu Hay yang lugu dan pemabuk.
Agar aman selama masa berkuasa segala bisikan jahat Penasehat Zhao Cao dituruti oleh Kaisar culun Hu Hay yang bergelar Qin Er Huang. Delapan saudara Kaisar dibantai, begitu pula yang dicurigai dapat mengganggu segera diselesaikan. Hebatnya Zhao Cao juga ujungnya membunuh Li Si sahabat konspirasinya.
Dengan merebut jabatan Perdana Menteri, Zhao Cao semakin merajalela. Kaisar Hu Hay dinina bobokan oleh arak dan perbuatan mesum. Zhao Chao akhirnya melakukan kudeta dan membunuh Kaisar bocil Hu Hay dan mengangkat Zin Ying putera Fu Su sebagai Kaisar baru.
Perilaku jahat Zhao Cao merusak kekaisaran. Ia membawa seekor rusa, kemudian menyatakan bahwa itu adalah kuda. Petinggi istana harus mahir berbohong dengan menyatakan rusa itu kuda. Bagi yang jujur menyebut rusa, maka pengawal Zhao diperintahkan untuk membunuhnya.
Istana diisi oleh para penjilat dan pembohong. Liu Bang ksatria yang lolos dari hukuman memimpin pemberontakan dan berhasil menghabisi Zhao Cao, Zin Ying dan seluruh kerabat kerajaan tersebut. Hancurlah dinasti Qin dan mulai bertahta dinasti Han.
Dinasti Han berjaya hingga Kaisar bocil terakhir naik tahta bernama Xian atau Liu Xie. Ia menjadi boneka dari panglima ambisius dan kejam Dong Zhuo pembakar kota Luoyang dan perampok harta penduduk. Mengkudeta dan menahan Liu Xie.
Panglima lain Cao Cao berkonspirasi untuk membunuh Dong Zhuo. Xian dibebaskan tapi kini menjadi boneka Cao Cao sang panglima militeris dan politikus brilyan tapi licik. Dengan penyanderaan dan tekanan akkhirnya Xian harus menyerahkan kekuasaan kepada Cao Pi, putera dari Cao Cao. Dinasti Han ambruk.
Jika menonton film "The Curse of the Golden Flower" yang dibintangi antara lain oleh Chow Yun Fat (Kaisar Ping), Gong Li (Ratu Wanghou), Jay Chou (Pangeran Jai) dan disutradarai oleh Zhang Yimou berbiaya pembuatan fantastis 45 juta USD, maka akan terlihat betapa hebatnya persekongkolan Istana itu.
Ada istri diracun, anak memimpin pemberontakan tahta ayah, anak disiksa kaisar hingga mati dan banyak lagi. Semua bermuara pada perebutan dan pelanggengan kekuasaan.
Pertanyaan sederhana kini ialah adakah Konspirasi Istana China memiliki garis singgung dengan konspirasi Istana Merdeka ?
Di manakah peran-peran Jokowi, Megawati, Luhut, Gibran, Iriana, Kaesang, Aguan, Usman, Asy'ari atau Moeldoko dan Yusril? Memang drama itu selalu menarik. (*)