Menjadikan Relawan Sebagai Posko Perlawanan
Masihkah akan kita teruskan hidup dengan bahan pangan mahal? Masihkah kita teruskan rakyat menderita sementara pejabatnya berpesta pora? Masihkah akan kita teruskan anak anak dan cucu kita kelak sulit mendapatkan pendidikan yang baik dan pekerjaan?
Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya
ISU politik curang, politik Machiavelis yang menghalalkan segala cara, tampaknya tidak lagi bisa ditutupi, terlihat semakin benderang, apalagi dengan upaya melakukan cawe cawe dan penggunaan instrumen negara untuk memberangus lawan demi memumuluskan jalan politiknya.
Tentu saja ambisi politik yang didukung oleh kekuasaan dan oligarki secara nalar sehat sulit untuk dihadang, namun sejarah pernah mengajarkan tauladan baik kekuatan penjajah Belanda yang luar biasa, luluh lantak di hadapan rakyat Surabaya yang hanya menggunakan senjata bambu runcing dan senapan rampasan.
Sehingga perlawanan rakyat adalah suatu keniscayaan dalam menghadapi Pilpres 2024 yang diindikasi banyak kecurangan yang dilakukan rezim dengan menggunakan instrumen negara.
Itulah yang dilakukan oleh relawan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar (AMIN) dalam beberapa pekan terakhir ini. Gerakan pembasisan sebagai upaya memetakan kekuatan dan penjagaan suara gencar dilakukan dan dilanjutkan penguatan di tingkat TPS. Geliat dan antusiasme relawan sangat luar biasa. Gerakan ini akan memastikan kemenangan dan upaya menjaga kemenangan dengan pengawalan yang ketat oleh relawan.
Kentongan sebagai properti yang harus ada, merupakan simbol bahwa ada bahaya perampokan di sebuah tempat, relawan Amin di manapun berada wajib menjadi kentongan yang berteriak bilamana melihat kecurangan dan penyimpangan dalam pelaksanaan pemilu dan pilpres.
Ketukan 5 dan 7 juga merupakan lambang bahwa pasangan Amin harus menang 57%. Mengapa harus 57%? Karena angka itulah merupakan angka selisih yang tidak bisa dicurangi lagi untuk menjalankan perubahan Indonesia menjadi negara besar yang berkeadilan dan mensejahterakan. Sehingga kentongan serta ketukan 5 dan 7 menjadi semangat relawan untuk memenangkan Amin dan menjaganya.
Ibarat permainan bola, relawan Amin saat sedang berada di dalam puncak-puncaknya menebar semangat perubahan.
Tapi sayangnya semangat ini belum ditunjang oleh kekuatan yang maksimal. Dibanding calon yang didukung oleh kekuasaan, tentu kekuatan relawan Amin tak ada apa-apanya, tapi ada satu yang tak dimiliki oleh relawan lain, yaitu militansi dan solidaritasnya yang cukup kuat. Mereka telah diikat oleh perasaan yang sama, perasaan bahwa Indonesia harus berubah, Indonesia harus adil dan Indonesia harus mensejahterakan. Semua berkeyakinan hanya Amin yang bisa melakukan.
Basis dukungan rakyat sangat menguntungkan pasangan Amin dalam memenangkan kontestasi ini, karena dukungan itu dibangun atas kesadaran penuh dan kecintaannya terhadap Indonesia.
Lalu bagaimana melawan kekuatan yang tak sebanding ini, modal kekuatan rakyat adalah modal sesungguhnya, modal yang tak bisa dibeli, sehingga membangun kesadaran rakyat untuk melawan ketidak adilan, menjadikan Indonesia lebih baik lagi adalah modal yang tak ternilai.
Menjadi bagian dalam proses itu, saya mencoba membangun kesadaran bahwa setiap orang yang menghendaki perubahan maka harus menyediakan dirinya menjadi kentongan gerakan Rakyat untuk melawan kecurangan dan penyimpangan pemilu.
Gerakan rakyat menjadi hal penting untuk mengubah modal sosial massa aksi menjadi aksi massa yang berkelanjutan agar angin perubahan tetap bergulir dan terjaga sampai dengan dirayakannnya kemenangan perubahan sebagai kemenagan Indonesia dan kemenangan rakyat.
Tak ada yang tak mungkin, bila alam sudah berkehendak dan Tuhan mentakdirkan, tinggal tugas relawan bagaimana menggedor pintu langit dengan aksi aksi perlawanan dan aksi aksi mewujudkan kemenangan untuk Indonesia yang adil dan sejahtera.
Masihkah akan kita teruskan hidup dengan bahan pangan mahal? Masihkah kita teruskan rakyat menderita sementara pejabatnya berpesta pora? Masihkah akan kita teruskan anak anak dan cucu kita kelak sulit mendapatkan pendidikan yang baik dan pekerjaan?
Dan, akankah kita lanjutkan Indonesia dirampok oligarki dan dinasti yang tak pernah peduli dengan nasib kita sebagai rakyat? Perubahan adalah jawaban.
Kepada setiap relawan siapkan diri kalian untuk menjadi kentongan pemenangan, berani berteriak berani melawan, siapkan speaker speaker masjid, gereja dan tokoh tokoh agama dan masyarakat menjadi bagian gerakan perlawanan untuk menghasilkan pemimpin yang baik, pemimpin yang lahir dari rahim reformasi.
Sehingga mereka mengerti apa yang menjadi kebutuhan rakyatnya. Semoga Tuhan memudahkan jalan perubahan ini. (*)