Agar Anies Mulus Pilpres, Jokowi Jadikan Etho Alat Bargaining?
Rupanya kehadiran tiga tokoh utama Golkar dalam Apel Partai NasDem lalu itu sudah tercium Jokowi. Tokoh tersebut, Rizal Mallarangeng dkk., adalah tangan kanan Aburizal Bakrie dan juga Airlangga Hartarto, Ketum Golkar.
Oleh: Mochamad Toha, _Wartawan Freedom News___
KEBERANIAN Surya Paloh mengevaluasi program Revolusi Mental yang dicanangkan Joko Widodo sejak menjadi Presiden RI, ternyata manarik perhatian Istana. Karena itulah sepekan setelah Ketum Partai NasDem itu mengatakan di hadapan ratusan ribu peserta Apel Siaga NasDem di Gelora Bung Karno (GBK), Ahad (16/7/2023), Presiden Jokowi langsung memanggil Surya Paloh.
Menurut Bang Paloh – demikian Surya Paloh biasa dipanggil – Revolusi Mental Presiden Jokowi telah gagal. Indonesia itu sebuah negara kaya-raya dengan 17.000 pulau-pulau dan ratusan suku bangsa seharusnya hidup sejahtera dan bahagia.
Revolusi mental yang dia dukung 9 tahun lalu maksudnya adalah dengan melakukan perbaikan untuk kemajuan bangsa kita. Namun, gagal. Itulah sebabnya dia mencari sosok Anies Baswedan untuk melakukan cita-cita revolusi mental tersebut.
Bang Paloh percaya bahwa "nakhoda" adalah faktor primer untuk merealisasikan cita-cita Indonesia ke depan. Bahwa menunjuk Anies sebagai bakal capres Partai NasDem itu adalah bersifat substitusi atas Jokowi karena dia gagal. Kemudian Bang Paloh mencari nakhoda lain, yakni Anies Baswedan.
Saat bertemu Bang Paloh, ternyata Presiden Jokowi sempat tanya siapa bakal cawapres yang akan mendampingi Anies. Bang Paloh menjawab, sudah ada. Dan, yang memilih itu Anies sendiri. Karena itu, Jokowi minta ketemu Anies. Tapi, Bang Paloh minta Jokowi menghubungi Anies sendiri. Sebab, Bang Paloh tak mau ikut campur soal bacawapres Anies.
Seperti diketahui, Anies Baswedan adalah bacapres Partai NasDem, dengan kebebasan memilih bacawapresnya. Hal itu adalah kesepakatan NasDem dengan dua parpol pendukung Anies lainnya, PKS dan Partai Demokrat.
Sebelum Anies Baswedan berangkat ke Mekkah, tiga parpol yang membentuk Tim 8 yang diketuai Sudirman Said sudah mengabarkan, bacawapres Anies akan diumumkan setelah Anies pulang haji. Ternyata sepulang haji pun, Anies belum juga mengumumkan nama bacawapresnya.
Pembahasan terkait seleksi bacawapres telah selesai, sesuai kriteria yang mereka sepakati, yakni pertama, menambah elektabilitas; kedua, mampu memperkuat soliditas; dan ketiga, mampu bekerja menjalankan visi perubahan, seandainya menang.
Namun, saat gelar kekuatan massa, Wakil Ketua Umum NasDem, Ahmad Ali, akhirnya mengatakan bahwa bacawapres Anies tidak diumumkan dalam waktu dekat. Ketika itu Anies menambahkan satu kreteria baru, syarat nol, yakni bebas masalah hukum serta berani, sebagai bacawapres pilihannya.
Entah apa sebenarnya yang sedang terjadi, sehingga Anies menambahkan syarat “bebas masalah hukum dan berani” tersebut. Inilah yang tampaknya membuat Ahmad Ali sedikit “geram” dengan tambahan syarat oleh Anies itu.
Pasalnya, dengan tambahan syarat itu, nama-nama seperti Erick Thohir dan Airlanggar Hartarto tak mungkin bisa penuhi syarat terakhir yang ditambahkan Anies. Karena keduanya berpotensi menjadi pesakitan di KPK atau Kejaksaan Agung.
Apalagi, konon, Presiden Jokowi berniat untuk paksa kroninya jadi bacawapres Anies. Mendengar syarat tambahan itu, maka mereka yang punya keinginan seperti niatan Jokowi itu di NasDem dan Golkar jadi mati langkah. Sebab mereka tak bisa memaksakan jagoan kroninya sebagai bacawapres Anies.
Kematian langkah tersebut terjadi, karena Jokowi akan paksa Anies gandeng Erick Thohir sebagai bacawapresnya. Bukan Airlangga Hartarto. Tapi dengan syarat baru itu, membuat Erick Thohir jadi kartu mati. Demikian pula Airlangga Hartarto.
Rupanya Jokowi sudah lelah dengan upaya cawe-cawenya yang selalu gagal untuk menjegal Anies. Mulai dari gelaran Formula E melalui KPK, upaya Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung oleh KSP Moeldoko yang ingin merebut Partai Demokrat hingga penangkapan Sekjen NasDem yang juga Menkominfo Johnny Gerard Plate dalam kasus korupsi BTS.
Ternyata Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang terdiri dari NasDem, PKS, dan Demokrat yang telah sepakat mengusung Anies Baswedan sebagai bacapres pada Pilpres 2024, tetap tidak goyah. Bahkan, malah semakin solid.
Inilah yang membuat Presiden Jokowi “melunak” sehingga tidak lagi berusaha menghalangi Anies. Bahkan, melalui Bang Paloh, Jokowi ingin bertemu dengan Anies. Ternyata niatan itu hanya untuk memaksakan Erick Thohir agar bisa menjadi bacawapres Anies.
Ketika Erick Thohir ditawarkan pada Prabowo Subianto juga macet. Sebab, Jokowi dan Erick Thohir diminta membahas dengan Muhaimin Iskandar, Ketum PKB. Sebelumnya, seperti terungkap dalam Podcast Tempo “Bocor Alus Politik” Erick Thohir siap “membereskan” Cak Imin, tapi begitu dia tahu Cak Imin pasang “harga super tinggi”, Erick Thohir pun tak sanggup “membereskan” Cak Imin.
Ditambah lagi, selama Jokowi berkuasa, nasibnya dalam jeratan hukum skandal Kardus Durian tak pernah diamankan. Apalagi nanti kalau Erick Thohir menjadi Wapres, nasibnya pasti bakal masuk penjara.
Tampaknya Muhaimin sadar diri. Sehingga pasang harga tinggi untuk posisi bacawapres Prabowo. Jumlahnya tak mampu dipenuhi Erick Thohir dan Jokowi. Karena itu, Jokowi mencoba Erick Thohir digandengkan dengan Anies, tetapi syarat tambahan Anies itu membuat Erick Thohir tak memenuhi syarat.
Ternyata semua rencana Jokowi itu gagal di tengah jalan, maka Jokowi mengincar Golkar. Untuk menggusur Airlangga Hartarto dan rebut posisi Ketum lewat Munaslub pada bulan September atau Oktober 2023.
Rupanya kehadiran tiga tokoh utama Golkar dalam Apel Partai NasDem lalu itu sudah tercium Jokowi. Tokoh tersebut, Rizal Mallarangeng dkk., adalah tangan kanan Aburizal Bakrie dan juga Airlangga Hartarto, Ketum Golkar.
Seperti disampaikan DR. Syahganda Nainggolan, di sisi lainnya, Rizal Mallarangeng adalah sahabat lama Surya Paloh, Ketum Nasdem. Fenomena ini dalam politik menjadi penting, karena tiga tokoh Golkar itu bukan unsur parpol koalisi. Artinya, pesan yang mau disampaikan ke publik adalah terjadi hubungan "bawah tangan" antara Golkar dan Surya Paloh.
Airlangga Hartarto sendiri, sebagai Ketum Golkar, sedang mencari kepastian "bargaining" untuk menjadi pasangan bakal capres/cawapres. Koalisi yang dibangun Airlangga dan didukung Jokowi, KIB (Koalisi Indonesia Bersatu), bersama PAN dan PPP kandas di tengah jalan. (*)