AMIN Berpotensi Menang Satu Putaran
Meskipun pada akhirnya justru memenangkan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, dalam beberapa detik kemudian, setelah sempat mati lampu, angkanya tiba-tiba berubah menjadi sebaliknya. Suasana yang menimbulkan isu adanya kecurangan, walaupun isu itu kemudian dinyatakan hoax.
Oleh: Nasmay L. Anas, Wartawan Senior
MELIHAT beberapa kejadian terakhir, Bacapres – Bacawapres Anies Rasyid Baswedan – Muhaimin Iskandar (AMIN) dari Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP) tampaknya bisa menang satu putaran. Begitulah perkiraan beberapa pengamat politik belakangan ini.
Hal ini tentu saja didasarkan pada beberapa hal, yang menunjukkan bahwa paslon Amin ini melaju kian kencang. Tak mampu ditandingi dua Paslon yang lain. Terutama bila dilihat dari beberapa hal berikut:
Pertama, bahwa sambutan masyarakat di berbagai daerah di mana pun mereka hadir. Yang terbaru, adanya klaim bahwa lebih dari 1 juta masyarakat Sulawesi Selatan ikut menghadiri Jalan Gembira bareng Bacapres) Anies Baswedan dan Bacawapres Muhaimin Iskandar (Cak Imin), di Makassar, Ahad (24/9/2023).
Seperti dilansir sejumlah media, acara bertajuk 'Gerak Jalan Gembira' itu digelar di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, Kota Makassar. Tapi secara tak terduga masyarakat Makassar hadir dalam jumlah yang luar biasa. Diklaim lebih dari 1 juta orang. Tidak hanya memadati jalan Jenderal Sudirman, tapi meluber ke Jalan Kartini, Jalan Chairul Anwar, Jalan Amanagappa hingga Jalan Ince Nurdin, Kota Makassar.
Selain itu kepadatan massa juga tampak di Parkiran Pelamonia dan area Monumen Mandala.
Sebelumnya, Anies juga sempat mengalami hal yang hampir sama di Aceh. Ketika dia dikerubuti massa usai salat Jum’at di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat (2/12/2022). Suatu kenyataan bahwa rakyat menginginkan perubahan. Dan, mereka juga yakin hanya Anies ynag diharapkan mampu melakukannya.
Kedua, masyarakat benar-benar rindu dan butuh perubahan. Alasannya, karena sebagian besar masyarakat sekarang mulai menyadari bahwa negara ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Terutama karena kesulitan hidup yang kian meningkat.
Disebabkan harga berbagai barang kebutuhan hidup yang kian melambung tidak terkendali, di saat mata pencarian mereka terpuruk tak alang kepalang. Menyusul kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM berulang kali. Bahkan dilakukan di tengah malam buta. Sebagaimana juga kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang tidak transparan.
Apalagi keadaan ini diperparah oleh kemunculan bencana Covid 19 yang begitu menakutkan sekaligus menyengsarakan. Kehidupan perekonomian rakyat kian terpuruk, tapi kekayaan pejabat melambung luar biasa. Janji Jokowi yang akan membuka 10 juta lapangan kerja ternyata hanya diberikan untuk para tenaga kerja asing (Cina).
Ketiga, akibat dari semua itu, rakyat semakin tidak percaya pada berbagai kebijakan penguasa. Ketidakpercayaan yang diperburuk oleh tindak pidana korupsi yang semakin menjadi-jadi dan tidak ditangani sebagaimana mestinya. Yang meskipun tidak begitu disiarkan media-media arus utama, tetapi begitu marak dalam pemberitaan di berbagai platform media sosial. Apalagi tudingan penegakan hukum yang tajam ke bawah tumpul ke atas sangat nyata di mata publik.
Semua ini tentu saja mendorong rakyat untuk menuntut perubahan. Tuntutan yang selalu dijawab penguasa dengan kebijakan yang justru bertolak belakang dengan apa yang mereka inginkan.
Keempat, kebijakan pemerintahan yang buruk telah melahirkan sentimen kebencian yang luas di kalangan rakyat terhadap penguasa. Sehingga bisa dikatakan, tanpa disadari pemerintahan Presiden Jokowi, pihaknya seperti menepuk air di dulang, terpercik ke muka sendiri. Karena berbagai kegijakan yang tidak berpihak rakyat telah menghadapkan pihaknya vis a vis berlawanan dengan rakyatnya sendiri.
Arah Pilihan Umat
Kelima, berbagai kebijakan yang membuat rakyat semakin tertekan terutama dirasakan oleh umat Islam. Bagaimanapun, selama sembilan tahun rejim Jokowi berkuasa, umat Islamlah yang merasa paling dipinggirkan. Tudingan-tudingan radikal, intoleran, ekstrim kanan, anti-Pancasila, bahkan teroris selalu diarahkan kepada umat Islam. Tak ketinggalan, mereka juga diadu-domba satu sama lain.
Pada era rejim inilah dilahirkan Islam Nusantara. Yang mengaku lebih baik dari pada Islam Arab. Yang melecehkan dan merendahkan Islam Arab. Meski mereka tetap mengakui bahwa bangsa Arablah yang menyebarkan agama ini, sehingga diimani mayoritas penduduk negeri ini.
Selain itu, tidak sedikit para ustad dan ulama mereka yang dipersekusi, dikriminalisasi bahkan dipenjarakan tanpa bukti-bukti pelanggaran hukum yang cukup.
Ketika semangat Islamopobhia di Amerika dan berbagai belahan dunia Barat meredup, di negeri ini malah semakin ditumbuh-suburkan.
Karena itu, semangat perubahan yang dikobarkan Paslon Amin disambut gembira oleh umat Islam. Sebab itu, banyak yang bertanya, ke mana arah dukungan umat Islam. Artinya, dalam Pilpres 2024 Umat Dukung Siapa? Habib Rizieq Syihab, ketika ditanya soal ini mengatakan, “Sabar, Tunggu Ijtima’ Ulama.”
Sebelumnya, Penanggung Jawab Reuni 212 Yusuf Muhammad Martak ketika ditanya ke mana arah dukungan umat yang tergabung dalam PA 212 masih terkesan menghindar untuk memberi jawaban secara lugas.
Tapi ketika Anies dan Cak Imin hadir dalam peringatan Maulid Nabi di Markaz Syariah FPI (Front Persaudaraan Islam) pimpinan Habib Rizieq Syihab (HRS) di Petamburan, Jakarta Barat, Rabu (27/09/2023), teka-teki itu tampaknya mulai terbuka. Apalagi Anies dan Cak Imin juga didapuk sebagai saksi dalam pernikahan puteri keenam HRS dalam kesempatan yang sama. Sehingga, banyak orang bisa menebak-nebak, ke mana arah dukungan FPI dan kelompoknya.
Keenam, ketika Paslon Amin melaju kian kencang, publik masih melihat dua pasangan yang lain – yaitu Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto – terkesan masih galau. Sampai tulisan ini ditulis, bahkan keduanya masih belum menentukan siapa bacawapres yang akan mendampingi masing-masing.
Terakhir, malah muncul wacana menduetkan Ganjar dan Prabowo, yang sebelumnya mustahil disatukan. Karena baik Ganjar maupun Prabowo sejak awal diproyeksikan jadi calon presiden. Bukan Calon Wakil Presiden.
Merisaukan, tentu saja, karena upaya rejim untuk menjegal Anies selama ini selalu menghadapi jalan buntu. Segala strategi yang digunakan selalu kandas di tengah jalan. Anies-Cak Imin yang mengusung konsep “perubahan” melaju kian kencang, sementara dua paslon lainnya terjebak dalam jargon “keberlanjutan” belum mampu menandingi.
Dengan demikian, Paslon Amin diprediksi bakal menang. Masalahnya, ketika beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo menyatakan akan cawe-cawe, banyak yang menilai presiden tidak akan netral. Karena itu, Anies menyatakan harapannya, agar jangan sampai terjadi kecurangan.
Bagaimanapun pernyataan Anies ini mengingatkan orang akan detik-detik terakhir pengumuman hasil quick count pada Pilpres 2019.
Ketika Megawati maupun Jokowi dan beberapa orang penting lainnya tampak lesu dan tegang melihat angka-angka yang menunjukkan kemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.
Meskipun pada akhirnya justru memenangkan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, dalam beberapa detik kemudian, setelah sempat mati lampu, angkanya tiba-tiba berubah menjadi sebaliknya. Suasana yang menimbulkan isu adanya kecurangan, walaupun isu itu kemudian dinyatakan hoax.
Kini, semua berharap Pilpres 2024 mendatang jangan sampai diwarnai kecurangan. Satu-satunya cara yang dipandang dapat mengalahkan Paslon Amin. Wallahu a’lam! (*)