Anies Baswedan, Jawaban Nyata Bagi Sebuah Harapan

Kepada capres yang mempertahankan status quo dan melanjutkan kebijakan salah ini, tentu saja ini akan membuat penderitaan berlanjut dan berkepanjangan. Visi perubahan dan berkelanjutan itulah yang ditawarkan Anies.

Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi

APALAGI yang bisa diharapkan, apalagi yang bisa dipercaya, di tengah banyaknya pemimpin yang pencitraan dan penuh ketidakpastian ini? Tentu saja adalah sebuah kenyataan. Kenyataan di mana antara apa yang diucapkan dengan yang dikerjakan ternyata bersesuaian.

Inilah yang saya lihat pada sosok Anies Baswedan. Setidaknya saya mendapat kesan bahwa Anies adalah orang yang sangat terukur dalam berucap dan bertindak, sehingga apa yang dia ucapkan itu selalu bisa ia tunaikan. Jakarta menjadi saksi atas kenyataan yang diwujudkan oleh Anies.

Perjalanan Anies ke beberapa daerah, utamanya yang ke Jawa Timur, yang ia sebut sebagai suatu perjalanan belanja masalah, adalah upaya serius bagaimana mewujudkan harapan. Anies turun ke masyarakat, berdialog dengan mereka, para petani, tokoh masyarakat, buruh, ojol, pelajar dan juga mahasiswa, ibu-ibu, Anies hanya ingin mendengar langsung apa yang dirasakan dan diharapkan.

Bahkan disela-sela kesibukan kunjungannya itu, saya sempat meminta waktu untuk bertemu, dan Anies pun tak keberatan. Maka dicarilah waktu yang tepat dan nyaman, maka bersepakatlah kami bertemu dengannya di bandara menuju keberangkatan.

Tidak kurang selama 30 menit saya dan beberapa kawan pendeta dari Surabaya dan Sidoarjo telah berdiskusi untuk rencana-rencana strategis bagi pemenangan Anies di Jatim. Anies begitu sangat tulus dan perhatian terhadap apa-apa yang disampaikan oleh kawan-kawan para pendeta, bahkan Anies berjanji akan menindak lanjuti dialog yang lebih besar bersama mereka.

Janji Anies itu tentu bukan sekedar janji, dan inilah yang membuat mereka kawan-kawan pendeta menaruh harapan besar kepada Anies, sebagaimana yang beliau lakukan di Jakarta, menjadikan Jakarta sebagai kota yang toleran.

Mereka juga rata-rata menyampaikan situasi yang ada sebagaimana yang Anies sampaikan di hadapan publik, yaitu tentang mahalnya harga kebutuhan pokok, sulitnya mencari lapangan kerja, akses pendidikan yang sulit beserta kualitasnya dan mahalnya biaya kesehatan. Inilah persoalan-persoalan dasar yang harus diselesaikan oleh Anies.

Pengalaman Anies mewujudkan janji janji politiknya di Jakarta, setidaknya akan membuatnya mudah untuk mewujudkan harapan masyarakat Indonesia. Rekam jejak Anies, adalah rekam jejak menjadikan nyata apa yang menjadi harapan rakyat Indonesia.

Itulah makna perubahan yang saya dengar langsung dari beliaunya, dalam perbincangan selama 30 menit bersamanya.

Akankah kita tetap mau bertahan dengan situasi yang terjadi hari-hari ini, di mana-harga harga kebutuhan pokok yang mahal, susahnya mendapatkan pekerjaan, kalau toh ada, hanya diberikan kepada tenaga kerja asing, sulitnya mendapatkan pendidikan yang baik dan berkualitas, kalau itu ada, maka berlaku hukum jual beli, ada uang ada barang, hal yang sama terjadi pada layanan kesehatan, semua seolah menjadi sangat kapitalistik dan feodal, jauh dari nilai-nilai Pancasila yang berkemanusiaan dan berkeadilan. Tentu semua orang akan berharap semua ini akan berakhir.

Lalu kepada siapakah harapan ini disemaikan?

Kepada capres yang mempertahankan status quo dan melanjutkan kebijakan salah ini, tentu saja ini akan membuat penderitaan berlanjut dan berkepanjangan. Visi perubahan dan berkelanjutan itulah yang ditawarkan Anies.

Anies akan melakukan perubahan terhadap kebijakan yang memanjakan oligarki dan tak berpihak kepada rakyat dan tentu juga akan memberi nilai plus bagi hal-hal baik yang ada supaya tetap ada keberlanjutan.

Jadi mau apa lagi, kalau bukan Anies Baswedan yang menjadi pilihan! (*)