Anies Melangkah, Jokowi Pasrah
Setelah jamuan makan tentu akan ada aksi-aksi lanjutan yang mengesankan dia baik dan netral. Publik bisa jadi bisa terkecoh sebagaimana terkecohnya dengan janji mobil nasional Esemka dari Solo. Meski tak ada wujudnya, para pemujanya tetap mengelu-elukannya.
Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya
PENDAFTARAN pasangan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar (AMIN), 19 Oktober 2023, menjadi titik krusial bahwa Anies tak lagi bisa dibendung langkahnya.
Semenjak dideklarasikan oleh Nasdem setahun yang lalu, Anies menghadapi berbagai tekanan agar dia gagal berlayar, bahkan partai pengusung seperti Nasdem, PKS mendapatkan intimidasi yang tak henti-henti.
Tekanan internal yang dilakukan Demokrat agar menjadikan AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) sebagai cawapresnya menjadi prahara pecahnya partai Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Begitu Anies dipasangkan dengan Muhaimin Iskandar, Ketum PKB, dan kemudian Demokrat pun meninggalkan koalisi.
Bergabungnya PKB dalam koalisi perubahan dan menempatkan Muhaimin sebagai cawapres, juga mengubah seluruh konstelasi perpolitikan tanah air. Eskalasi tekanan sudah tak lagi hanya ditujukan pada Anies dan Nasdem serta PKS, tapi juga ditujukan kepada PKB dan Muhaimin.
Inilah yang kemudian membuat para lawan politik harus membagi serangan, tampaknya sasaran serangan yang semakin lebar, membuat para lawan politik harus membuka ruang baru dan strategi lain, apalagi di antara lawan politik, "all Jokowi mens" juga sedang berseteru. Setidaknya energi mereka harus berbagi, saling berseteru di antara mereka sendiri dan pilihan menghadapi pasangan Amin.
Serangan-serangan tak lagi diarahkan langsung ke pasangan Amin dan partai pengusungnya, tapi kini diarahkan pada lumbung-lumbung suara yang berpotensi mendukung pasangan Amin. Tentu saja dengan berbagai cara, mulai dengan politik uang atau dengan cara memfitnah pasangan Amin. Sebagaimana yang terjadi di Jatim sebagaimana yang ditulis oleh Freedom News.
Salah satu kandidat dengan memanfaatkan "kiai" gadungan menawarkan bantuan uang asal tidak memilih Amin dan mengarahkan pada pasangan capres yang didukung Joko Widodo.
Hal yang sama juga dilakukan oleh kandidat lain yang didukung partai yang kini diduga sedang berseteru dengan Jokowi. Menggunakan jaringan yang sama yang dimiliki oleh Amin dengan cara- cara kotor politik uang dan fitnah.
Tampaknya upaya menghadang Amin terus dilakukan, namun sayangnya upaya itu dirasa tidak terlalu efektif. Terbukti terjadi penolakan di mana-mana dan bahkan dukungan terhadap pasangan Amin semakin menguat dan tak bisa dibendung.
Survei-survei abal-abal yang selalu menempatkan pasangan Amin pada posisi nomor tiga juga terbantahkan semuanya. Sambutan yang luar biasa terhadap Amin adalah realitas yang tidak terbantahkan.
Sambutan luar biasa terhadap Amin tampaknya tak bisa menutupi kegelisahan Jokowi. Upaya memberi pesan bahwa Jokowi netral dan tidak cemas harus dilakukan. Undangan jamuan makan siang terhadap ketiga bacapres pun dilakukan. Sebagai bagian dari kesan yang diciptakan bahwa Jokowi netral.
Namun sayangnya pesan itu tak sampai karena antara laku citra yang diciptakan berbanding terbalik dengan realitas yang dilakukan. Jokowi melakukan pembiaran terhadap aparatnya untuk berpihak pada capres yang dia dukung. Dukungan Wamendes PDTT Paiman Raharjo dan Menteri BUMJ Erick Thohir ke Prabowo Subianto adalah fakta yang tak terbantahkan.
Langkah Amin yang tak terbendung semakin membuat pasrah Jokowi, tapi Jokowi tak bisa dibilang kalah. Jokowi pasti akan melakukan berbagai cara untuk menghadangnya.
Setelah jamuan makan tentu akan ada aksi-aksi lanjutan yang mengesankan dia baik dan netral. Publik bisa jadi bisa terkecoh sebagaimana terkecohnya dengan janji mobil nasional Esemka dari Solo. Meski tak ada wujudnya, para pemujanya tetap mengelu-elukannya.
Menghadapi eskalasi serangan terhadap pasangan Amin ini, ada baiknya kalau partai pengusung dan relawan bahu-membahu menghalaunya. Tentu dengan cara-cara yang baik dan juga elegan, sebagaimana pasangan ini elegan dalam menyapa warganya.
Para pendukung Amin yang terdiri dari partai pengusung dan relawan menjadikan dirinya sebagai barisan, bukan hanya kerumunan. Bekerja dalam satu komando menata langkah, menciptakan program terukur, sehingga hasil bisa diukur secara nyata. Kita tunggu niatan itu semua. (*)