Bom Itu Bernama Paloh dan Imin
Jokowi yang juga banyak kasus, termasuk dugaan korupsi, pelanggaran hak asasi atau lainnya mesti diancam untuk diledakkan agar rakyat paham, berani dan tidak mentoleransi lagi. Cak Imin bisa memulai Paloh menindaklanjuti dan rakyat mengamini.
Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
PARTAI Nasdem dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) adalah dua partai yang sejak awal menjadi pendukung Joko Widodo. Duduknya Jokowi menjadi Presiden untuk periode kedua itu tidak bisa dilepaskan dari peran kedua partai ini. Ketua Umumnya adalah Surya Paloh dan Muhaimin Iskandar. Sebut saja Paloh dan Imin.
Pada akhir masa jabatan Jokowi, Paloh dan Imin tidak berada di kubu kepentingan Jokowi. Paloh mendukung Anies Baswedan untuk Capres dan Imin menjadi Cawapres Anies Baswedan. Tentu hal ini berada di luar kalkulasi dan prediksi banyak pihak. Termasuk Jokowi.
Pasca deklarasi "AMIN", Jokowi menggerakkan KPK untuk melakukan serangan pada Imin. Maklum KPK adalah alat kepentingan Jokowi.
Tak peduli yang diangkat adalah kasus di Kemenakertrans tahun 2012, tepat 11 tahun ke belakang. Di samping orang bertanya kemana KPK selama 11 tahun itu, juga menjadi bukti KPK bukan Komisi independen tetapi Komisi Pesanan Keperluan. Pilih dan pilah kasus. Walau KPK telah membantah sebagai langkah politis, tapi apa kata dunia?
Paloh lapor kepada Jokowi sebelum deklarasi, sedangkan Imin setelahnya. Bagi Imin juga mungkin seperti apa yang dipidatokan Anies "lebih baik minta maaf daripada minta izin". Entah apakah akan serius KPK memeriksa Imin, sehingga cepat berstatus sebagai Tersangka? Sungguh merupakan tontonan dan permainan politik yang menarik.
Bila ternyata serius, akankah Imin menyerah begitu saja? Juga Paloh yang pasang badan ketika menetapkan Imin menjadi pasangan Anies? Inilah peristiwa menarik itu. Perlawanan tentu bukan sekedar soal Imin tidak bersalah, tetapi justru serangan balik kepada Jokowi. Kelemahan Jokowi akan menjadi kekuatan bagi Imin dan Paloh, yakni misteri kecurangan pada Pilpres 2019.
Paloh dan Imin sendiri termasuk sedikit dari yang diduga mengetahui kecurangan di balik sukses kemenangan Jokowi atas Prabowo Subianto.
Cak Imin membawa bom yang siap diledakkan sendiri atau di-"remote" Paloh. Yang jelas jika salah satu atau keduanya sudah berteriak bahwa kemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin itu palsu dan detail kecurangan diungkap, maka meledaklah bom itu. Duaaar..!.
Paloh hingga kini sukses memproteksi Anies cukup dengan ancaman bom low explosive-nya saja, tinggal kini Imin diuji untuk memproteksi dirinya. Berbeda dengan Ketum lain yang "plonga-plongo" tersandera Jokowi, Imin tampaknya berprofil sebagai politisi bandel yang akan berani mengancam Jokowi untuk meledakkan bom itu. Apalagi di belakangnya ada massa nahdiyyin yang mungkin siap meneriakkan resolusi jihad. Mulai dari Hotel Yamato Surabaya.
Bukan soal korupsi yang dimasalahkan tetapi politisasi. Hukum yang diperalat untuk kepentingan politik. KPK telah menjadi kapak kekuasaan. Di bawah Firli Bahuri, KPK jadi badut atau ondel-ondel yang bukan untuk menghibur tapi menakut-nakuti.
Jokowi yang juga banyak kasus, termasuk dugaan korupsi, pelanggaran hak asasi atau lainnya mesti diancam untuk diledakkan agar rakyat paham, berani dan tidak mentoleransi lagi. Cak Imin bisa memulai Paloh menindaklanjuti dan rakyat mengamini.
Momen semakin dekat untuk menghancurkan kekuasaan Jokowi berkeping-keping. Jokowi sebenarnya lemah dan buruk. Kosmetiknya saja yang terlalu tebal. Akibatnya ia berpolitik cemen dan norak.
Rakyat sudah terlalu sering dibohongi, tapi kali ini tidak. Bukan lagi suara serak dalam teriak, tapi saatnya untuk bergerak. (*)