Deklarasi Anies – Muhaimin: Selamat Tinggal Politik Cebong Kampret, Selamat Datang Politik Kebhinekaan
Begitu juga Mas Ganjar dan Mbak Puan, serta Gubernur Jatim Khofifah, menyambut baik deklarasi pasangan ini dan bahkan memberi ucapan selamat sebagai sebuah proses demokrasi. Seharusnya beginilah kontestasi politik disikapi dengan dewasa dan riang-gembira.
Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi
SEBELUM janur melengkung masih bisa diambil orang lain, nah seperti itulah saya kira yang bisa menggambarkan fakta politik deklarasi Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar di Surabaya, Hotel Yamato yang sekarang disebut dengan Hotel Majapahit, Sabtu, 2 September 2023.
Politik “sopir Bajay” barangkali lebih tepat disematkan pada terjadinya kesepakatan antara Anies, Surya Paloh dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Terjadi secara cepat dan berhasil menyedot perhatian banyak orang.
Bagi Surya Paloh apa yang terjadi saat ini, menyandingkan Anies dengan Muhaimin adalah upaya untuk menyatukan kembali perbedaan dan meninggalkan politik perpecahan yang terjadi selama 10 tahun belakangan ini.
"Selamat tinggal politik cebong kampret dan selamat datang politik kebhinekaan", begitulah cuplikan pidato Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem, dalam deklarasi Amin: Anies – Muhaimin.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Cak Imin dalam pidato dekalrasinya, "Saya dan Mas Anies siap berjuang menata Indonesia", begitulah cuplikan pidato Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB, dalam pidato politik deklarasi Capres – Cawapres 2024.
Pidato SP dan Cak Imin menjadi penyemangat dari semangat perubahan yang dibawa oleh Anies. "Semangat kita adalah semangat perubahan, menjadikan Indonesia lebih baik lagi, Indonesia yang mampu menghadirkan keadilan, kesejahteraan, perdamaian dan persatuan", begitulah potongan pidato Mas Anies.
Saya merasakan betul suasana selama deklarasi, karena memang saya hadir untuk sebuah tugas menuliskan fakta di lapangan beserta suasananya.
Bagi saya ini adalah bagian dari puzzle sejarah menuju perubahan Indonesia, betapa tidak PKB yang sudah hampir satu tahun membangun koalisi dengan Partai Gerindra, tapi selama itu pula tak juga mendapat kejelasan tentang statusnya, ibarat orang berpacaran, tak kunjung dipinang-pinang, maka tak salah kalau putar haluan ketika ada yang meminang.
Hal yang sama juga terjadi, ada yang meminta segera dipinang, tapi sayangnya keluarga besarnya belum bersepakat, inilah sejatinya yang terjadi mengapa Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) belum jadi pasangan dan Cak Imin dideklarasikan.
Tapi, sayangnya sebuah peristiwa yang normal terjadi dalam dunia politik tak disikapi dengan riang- gembira, sehingga menimbulkan kegaduhan, padahal mereka juga yakin sebelum janur melengkung masih akan ada banyak kemungkinan.
Ironi memang sebuah proses demokrasi yang riang-gembira dinodai dengan perilaku tidak terpuji yang reaktif dan mengganggu.
Bertebarannya spanduk hujatan kepada Anies yang mengatasnamakan Partai Demokrat adalah hal yang patut disayangkan, jauh dari kesantunan, seperti yang diajarkan Ketua Majelis Tinggi Partai (MTP) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meski kita bisa memahami kekecewaan yang dialami.
Tapi kembali lagi niat kita berpolitik adalah untuk menjadikan Indonesia lebih baik lagi, sehingga perbedaan pendapat dan pilihan adalah sebuah keniscayaan.
Yang lebih memprihatinkan lagi adalah ada sebagian kecil anak-anak muda di Kota Surabaya yang menjadi pendukung Ganjar Pranowo, melakukan hal yang sejatinya jauh dari etika dan kesantunan berpolitik, berteriak-teriak dukungan terhadap Ganjar di arena deklarasi Anies – Muhaimin, mereka beraktrasi "Ganjar Siji, Ganjar Kabeh" dengan berbagai alasan, tapi intinya bisa dipahami sebagai hal yang menodai demokrasi.
Publik akhirnya juga menjadi tak bersimpati, apalagi ini dilakukan oleh anak-anak muda, menodai Surabaya yang, katanya, kota yang demokratis dan toleran.
Semangat membangun politik kebangsaan yang menghargai perbedaan yang digaungkan oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) + PKB ternyata disikapi dengan riang-gembira oleh capres Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, bahkan Puan Maharini.
Prabowo memang tak banyak berkomentar, tapi sikapnya tenang dan tak melakukan aksi yang reaktif, menunjukkan kematangan dalam berpolitik.
Begitu juga Mas Ganjar dan Mbak Puan, serta Gubernur Jawa Timur Khofifah, menyambut baik deklarasi pasangan ini dan bahkan memberi ucapan selamat sebagai sebuah proses demokrasi. Seharusnya beginilah kontestasi politik disikapi dengan dewasa dan riang-gembira.
Berbeda itu boleh tapi jangan terbelah. Saya juga sangat respek dengan politisi muda Surabaya, Arif Fathoni, Ketua DPD Golkar Surabaya yang mengatakan terima kasih kepada Mas Anies dan Cak Imin yang melaksanakan deklarasi di Surabaya.
Karena ini akan bisa menambah PAD Surabaya dan menggairahkan perekonomian Surabaya di tengah kelesuhan meningkatkan PAD, semoga nanti akan banyak lagi event-event nasional yang dilaksanakan di Surabaya.
Sikap dewasa dan melihat persamaan adalah hal penting yang harus segera dikedepankan, agar kita bisa melihat masa depan Indonesia. (*)