Ganjar Atau Prabowo Adalah Boneka Setia Jokowi
Akan tetapi, Ganjar tetap lebih suka menjadi boneka Jokowi, bukan boneka Mega. Ganjar lebih memilih tunduk pada Jokowi sebab koneksinya dengan oligarki taipan sangat kuat. Ganjar tahu dia perlu oligarki.
Oleh: Asyari Usman, Jurnalis Senior Freedom News
PRESIDEN Joko Widodo semakin gelisah. Kedua boneka yang dia siapkan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, tidak akan menang Pilpres 2024.
Jokowi sadar survei yang menempatkan Prabowo di urutan teratas dan Ganjar di posisi kedua tak bisa dipercaya. Artinya, Jokowi pun mulai menggunakan nalar sehatnya. Seperti kita semua yang tak percaya pada survei yang mengunggulkan Prabowo dan Ganjar.
Jokowi tampaknya mengakui Prabowo dan Ganjar sulit menang. Anies Baswedan tak mungkin bisa dikalahkan. Bahkan, pun sebelum mantan Gubernur DKI Jakarta itu berpasangan dengan Muhaimin Iskandar alias Gus Imin.
Kegelisahan Jokowi melihat kerentanan Prabowo dan Ganjar mendorong munculnya wacana untuk memasangkan saja kedua capres boneka ini. Dengan begitu, Jokowi merasa pasti menang. Dan, menang satu putaran.
Namun, mungkinkah itu terjadi? Benarkah kedua calon boneka itu bisa mengalahkan pasangan Anies – Cak Imin (AMIN)?
Memasang Prabowo dan Ganjar Insya’ Allah tidak akan memenuhi hasrat kekuasaan Jokowi. Prabowo – Ganjar atau Ganjar – Prabowo adalah kartu mati. Sebab, rakyat sudah sejak lama tahu bahwa kedua sepenuhnya boneka Jokowi. Boneka Jokowi berarti boneka oligarki taipan bangsat.
Rakyat tidak akan pernah percaya kepada Prabowo maupun Ganjar. Prabowo bermental penjilat dan pengkhianat. Dia tinggalkan begitu saja pendukungnya yang berdarah-darah membela dia. Itu dia lalukan demi kenyamanan dirinya sendiri dan demi mengikuti apa kata adiknya, yang pengusaha Hasyim Djojohadikusumo.
Dan, berbicara mengenai Hasyim, dia ini adalah pengusaha yang mencari keuntungan semata di balik bergabungnya Prabowo ke kabinet Jokowi. Bahkan, ada cerita bahwa Hasyim itu tidak ingin Prabowo menang pada pilpres 2019. Karena dia melihat Prabowo akan mendekat dan didominasi umat Islam kalau menang waktu itu.
Sekarang ini, Hasyim berjuang keras agar Prabowo menang pilpres 2024. Dia merasa inilah momen yang cocok untuk kepentingan bisnisnya. Hasyim punya banyak lahan yang akan dipakai IKN. Dia akan meraup keuntungan superbesar di IKN.
Selain keuntungan material di IKN jika Prabowo menang, Hasyim pun merasa senang karena umat Islam masih akan bisa ditindas di bawah kekuasaan abangnya itu. Ini yang diinginkan oleh Hasyim.
Di atas itu semua, Jokowi akan menggunakan Prabowo sebagai tempat berlindung. Jokowi dan keluarganya diduga kuat terlibat dalam berbagai penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi. Indikasi tentang ini sangat kuat. Secara psikologis, Jokowi menunjukkan keresahan kalau kelak dia turun dan penggantinya bukan salah satu boneka.
Karena itu, Jokowi juga berusaha agar Ganjar bisa menang. Ganjar dipastikan akan melindungi Jokowi dan keluarganya. Ingat, ketika aktivis antikorupsi, Dr Ubedillah Badrun, melaporkan dugaan korupsi Kaesang Pangarep (anak Jokowi) ke KPK, laporan ini tidak dibantah oleh pihak mana pun. Tapi, hingga kini tidak ditindaklanjuti oleh KPK.
Kembali ke Ganjar, sebetulnya dia adalah boneka favorit Jokowi. Dibina dan dimentori sejak lama. Tapi, akhirnya dirampas oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Kontrol atas Ganjar diambil alih sepenuhnya berada di tangan Mega.
Akan tetapi, Ganjar tetap lebih suka menjadi boneka Jokowi, bukan boneka Mega. Ganjar lebih memilih tunduk pada Jokowi sebab koneksinya dengan oligarki taipan sangat kuat. Ganjar tahu dia perlu oligarki.
Karena itu, mau Ganjar atau Prabowo yang menjadi presiden maka Jokowilah yang mengendalikan mereka. Persoalannya, apakah Ganjar atau Prabowo bisa menang?
Tanda-tanda alam tidak ada di pihak mereka. Dan, secara faktual dan elektoral, Anies Baswedan memiliki relevansi dan frekuensi yang lebih pas dengan tuntutan perubahan. (*)