Ganjar Pranowo Figur Capres Boneka

Dengan kesadarannya sendiri atas kemampuan, kualitas dan kecakapan yang sangat minim, akan lebih baik Ganjar Pranowo mundur dengan sukarela. Walaupun kompetiter berharap tetap di tempat, sebagai sasaran yang mudah ditumbangkan.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

GANJAR Pranowo adalah pemimpin yang lemah untuk mengemban tugas negara sebagai presiden. Apalagi keberangkatan sebagai bacapres hanya tergantung kepada PDIP, sebagai capres petugas partai, sejarah buruk peran presiden Joko Widodo akan diulang kembali. Bahkan, sinyal politiknya akan lebih buruk.

Ketika seorang calon presiden tidak memiliki kecakapan, kemandirian sikap dan kepribadian yang kuat, hanya tergantung pada kekuatan partai, dapat dipastikan akan jadi pemimpin boneka.

Pemilihan presiden (Pilpres) itu adalah momentum rakyat akan memberi mandat kepada seseorang untuk mengemban amanat rakyat dalam menjalankan tugasnya sebagai presiden, bisa jadi pilpres 2024 hanya akan menjadi dagelan yang berbahaya.

Adalah fakta selama 10 tahun terakhir sebagai gubernur Jawa Tengah kosong prestasinya bahkan Jawa Tengah menjadi provinsi miskin.

Tipe kerja politiknya hampir sama dengan Jokowi hanya mengandalkan pencitraan dengan macam macam cara yang sesungguhnya kosong dari realita. Akan terulang kembali seperti Jokowi yang awal karir politiknya hanya bermodal pencitraan.

Belajar dari pengalaman bersama Jokowi, oligarki akan menjadi kekuatan utama untuk rencana kemenangannya sebagai sponsor.

Figur Ganjar Pranowo sebagai capres boneka harus dimenangkan apapun rekayasanya. Oligarki membutuhkan presiden bonekanya, tidak penting soal kualitas dan kemampuannya capres yang sangat tidak layak sebagai presiden.

Mungkin akan terulang, Indonesia sesungguhnya tidak memiliki presiden yang sesungguhnya selain presiden boneka yang akan lebih parah dari era Jokowi.

Blue print rencana kerja Presiden Ganjar Pranowo, akan lebih total tergantung dengan oligarki. Keinginan Jokowi agar pemerintah bisa melanjutkan visi dan kebijakan merupakan kelanjutan dari apa yang telah dilakukan pemerintahan Jokowi sebagai boneka oligarki adalah sasarannya.

Sekiranya jadi Presiden, Ganjar Pranowo hanya akan menjadi bebek lumpuh, lebih parah dari Jokowi. kemerosotan, kehancuran dan kebangkrutan negara akan lebih cepat

Megawati sebagai Ketum PDIP, belum pernah menunjukkan komitmennya untuk menyingkirkan pengaruh oligarki di pemerintahan. Kenyataan oligarki merupakan sumber pemasukan yang tidak kecil bagi partai. Semakin besar sebuah partai, semakin besar pula nilai jualnya kepada oligarki.

Dengan kesadarannya sendiri atas kemampuan, kualitas dan kecakapan yang sangat minim, akan lebih baik Ganjar Pranowo mundur dengan sukarela. Walaupun kompetiter berharap tetap di tempat, sebagai sasaran yang mudah ditumbangkan.

Melihat dan mengamati perkembangan politik akhir-akhir ini, peluang Ganjar Pranowo indikasinya sangat kecil untuk bisa menang pada Pilpres 2024, kalau Pilpres berjalan transparan, jujur adil dan tidak ada manipulasi suara. (*)