Jokowi Harus Berpikir Ulang: Meski Dihadang, Anies Tetap Melenggang

Pertemuan Jokowi dengan Surya Paloh, sehari setelah apel siaga Nasdem yang dihadiri oleh mitranya, Demokrat, PKS dan bahkan partai umat serta pengurus Golkar, bisa diduga menjadi penyebab Jokowi harus bertemu Surya Paloh.

Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi

PANGGUNG politik pilpres ini memang aneh, betapa tidak, Anies Baswedan yang katanya selalu nomor urut tiga di berbagai survei, tapi selalu diganggu, sementara yang katanya nomor satu dan dua, aman-aman saja. Mestinya kalau Anies nomor tiga, tak perlu takut kalah, apalagi yang katanya nomor satu dan dua adalah orang orang yang dicawe cawe oleh Istana.

Jangan-jangan ada yang disembunyikan oleh survei tentang Anies, atau jangan- jangan hampir semua survei sejatinya menempatkan Anies Baswedan sebagai capres yang tak terbendung dan elektabilitasnya paling tinggi, semua serba mungkin.

Nah terlepas dari panggung depan dan panggung belakang yang terjadi, ternyata di panggung depan Anies memang selalu menjadi magnet dan perhatian, bukan hanya sosok dan gagasannya, tapi karya-karya yang ditinggalkan juga.

Panggung depan Anies yang begitu moncer, setidaknya memaksa lawan-lawan politik Anies untuk menghentikannya, berbagai cara dilakukan, yang terpenting Anies tak boleh terlihat dan bila perlu Anies harus gagal.

Gentarkah Anies? Melawankah Anies? Menghadapi itu semua, Anies tak ambil pusing dan tak mau cawe-cawe, Anies tetap berjalan sebagaimana biasa, mengajak masyarakat sadar akan pentingnya perubahan dengan tujuan mewujudkan amanah Undang-Undang dasar 1945.

Perjuangan Anies mewujudkan perubahan tak lagi hanya bersandar pada kemampuan politik, tapi perlu juga melibatkan tangan Tuhan untuk menggerakkan.

Doa Anies dalam Apel Siaga, Ahad (16/7/2023) lalu menegaskan bahwa perjuangan ini bukanlah semata perjuangan politik, tapi ini perjuangan membangun peradaban, perjuangan membangun kebaikan dan perjuangan untuk menyelamatkan rakyat Indonesia dari kerusakan yang selama ini dirasakan.

Sikap Anies menunjukkan keyakinannya bahwa pilihan yang dilakukan adalah pilihan yang benar, pilihan yang dikehendaki oleh rakyat Indonesia.

Ibarat peribahasa, apa yang dilakukan Anies itu bisa ditegaskan meski dihadang, Anies tetap melenggang dan Jokowi pun harus berpikir ulang.

Anies dan koalisi perubahan yang tak gentar dan cenderung melakukan perlawanan, ternyata membuat Jokowi dan Istana harus berpikir ulang dan harus menerima kenyataan. Perubahan tak akan bisa dihentikan.

Pertemuan Jokowi dengan Surya Paloh, sehari setelah apel siaga Nasdem yang dihadiri oleh mitranya, Demokrat, PKS dan bahkan partai umat serta pengurus Golkar, bisa diduga menjadi penyebab Jokowi harus bertemu Surya Paloh.

Surya Paloh adalah pilihan realistis Jokowi, karena Surya Paloh masih berada setia bersama koalisi pemerintah, meski kini berbeda pilihan. Pertanyaan Jokowi yang menanyakan siapa wakil Anies, ini juga mengindikasikan bahwa Jokowi tak bisa lagi menghalangi Anies, sehingga yang dilakukannya adalah mencari celah melalui wakil Anies, selain berharap kepada Prabowo.

Jokowi tentu punya harapan kepada Anies agar hal-hal baik yang dia lakukan bisa dilanjutkan Anies, melalui Surya Paloh pesan itu disampaikan.

Bagi Surya Paloh juga tak sulit, karena gagasan Jokowi tentang revolusi mental yang kandas dan kosong adalah perjuangan perubahan yang ingin dia lakukan bersama Anies dan Koalisi Perubahan untuk Persatuan.

Kini perubahan tak bisa lagi dihentikan, maka sadarlah Jokowi, kembalilah ke jalan yang benar. (*)