Memaknai Tawaran PDIP Duetkan Ganjar – Anies

Pasangan Anies – Ganjar adalah pasangan yang unik, dimana masing-masing sudah mempunyai pendukung yang saling resisten, sehingga pilihan ini juga harus diperhitungkan matang, agar para pendukungnya bisa saling memahami.

Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi

TIDAK ada hal yang tidak mungkin, apalagi dalam politik, semua serba mungkin, sehingga berlaku kesepakatan sebelum janur melengkung semua masih bisa dilakukan.

Itulah yang terjadi suasana politik beberapa hari ini. Bayangkan selama ini PDIP yang menjadi bagian dari koalisi Istana, dan tegak lurus bersama Joko Widodo, tiba tiba, melalui Said Abdullah, DPP PDIP melontarkan gagasan duet Ganjar Pranowo – Anies Baswedan, ini seolah menafikan perasaan Jokowi.

Betapa tidak, hampir 8 tahun, mulai 2015 sampai dengan tahun 2023, sikap Jokowi begitu bencinya terhadap Anies dan tentu itu diikuti oleh sikap para koalisinya. Anies seolah barang haram untuk bisa mengikuti kontestasi Pilpres 2024.

Seiring dengan semakin mendekati berakhirnya kekuasaan Jokowi, beberapa koalisi Istana juga semakin terang-terangan melakukan perlawanan terhadap kebijakan Presiden Jokowi yang gagal. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nasdem. Partai Nasdem menganggap revolusi mental yang digagas Jokowi salah arah dan cenderung gagal.

Inilah yang kemudian Partai Nasdem memilih Anies untuk menjadi capres yang didukung. Hal yang sama kini juga dilakukan PDIP, yang seharusnya menjadi sekutu utama, tapi sekarang mulai terang-terangan melawan Jokowi.

Sikap PDIP ini dipicu oleh sikap Jokowi yang dianggap bermain dua kaki dan tak serius mendukung Ganjar, padahal Ganjar adalah orang yang disodorkan dan sama-sama berasal dari PDIP. Jokowi secara vulgar justru memberi dukungan kepada Prabowo Subianto.

Adalah Hasto Kristiyanto, Sekjend DPP PDIP yang secara kasar menyerang kebijakan Food Estate Program Jokowi yang dilakukan Kemenhan, Prabowo. Program ini dianggap gagal dan berpotensi terjadi penyalahgunaan anggaran. Serangan Hasto ini kemudian ditanggapi langsung oleh Jokowi.

Selesai serangan Hasto, muncul lagi serangan terhadap Jokowi, yang dilakukan oleh Said Abdullah, seolah tak mempedulikan sikap dan perasaan Jokowi selama ini, Said justru memuji Anies sebagai capres muda yang harus diperhitungkan, bahkan beliau menawarkan duet Ganjar – Anies.

Lalu makna apa yang bisa kita tangkap?

Serangan terhadap Jokowi dan Prabowo yang gencar dilakukan oleh PDIP bisa dimaknai bahwa PDIP mulai merasa khawatir akan posisi Ganjar. Tanpa dukungan Jokowi, Ganjar bukanlah siapa-siapa. PDIP tentu saja juga tidak ingin dipermalukan, apalagi di posisi kekuasaan yang selama ini dirasakan.

Jokowi yang mereka besarkan tersebut justru tak membantu membesarkan calon yang diusungnya. Sehingga, diibaratkan sebagai anak yang durhaka. Bagi Jokowi sebaliknya, keputusan Rapat Kerja Nasional PDIP yang memberi mandat kepada Megawati dalam penentuan capres dan cawapres itu dianggap sebagai pintu penutup mandat kekuasaan yang dia pegang selama ini. Sehingga, ini akan menjadi pertarungan harga diri antara Megawati, PDIP melawan Jokowi.

Bagi PDIP saat ini bukan persoalan Ganjar semata, tapi ini menjadi persoalan martabat partai yang dipermainkan oleh Jokowi. Sikap seperti ini juga dianggap sebagai sikap pembangkangan terhadap keputusan partai. Sehingga pilihannya adalah mereka harus bisa mengalahkan Presiden Jokowi dan siapapun yang bersamanya.

Persoalannya saat ini, koalisi yang dibangun Jokowi dengan Prabowo tak mungkin bisa dilawan lagi bila sendirian, PDIP harus berkoalisi, pilihannya adalah bersama Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP) .

Memasangkan Anies dengan Ganjar adalah pilihan realistis yang ada, memaksakan Ganjar – Anies tentu tidak mungkin.

Pasangan Anies – Ganjar adalah pasangan yang unik, dimana masing-masing sudah mempunyai pendukung yang saling resisten, sehingga pilihan ini juga harus diperhitungkan matang, agar para pendukungnya bisa saling memahami.

Lalu apa yang bisa dipahamkan kepada pendukung masing-masing? Tentu persoalan ancaman bangsa ke depan, ancaman oligarki dan korupsi serta ancaman perpecahan.

Dengan memahamkan apa yang menjadi cita-cita perbaikan bangsa diharapkan dukungan terhadap Anies dan Ganjar bisa ditarik di tengah. Sehingga ini akan menjadi kekuatan besar melawan kuasa Jokowi yang selama ini didukung oligarki. (*)