Nasdem, PKB dan PKS Berkoalisi, Kapan Golkar Gabung?

Kecuali jika Airlangga Hartarto, ketua umum Golkar dipilih jadi cawapres Prabowo. Di sini akan ada Coattail Effect buat Golkar. Tapi, kemungkinan Airlangga dipilih jadi cawapres Prabowo juga sangat kecil. Pertimbangannya, menggandeng Airlangga tidak dapat menaikkan suara Prabowo.

Oleh: Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

TIDAK terlalu mengagetkan jika Nasdem, PKB dan PKS akhirnya berkoalisi. Melalui tulisan maupun wawancara, berulangkali saya ungkapkan bahwa koalisi PKB dan Gerindra akan bubar. Tidak akan ketemu kepentingannya. PKB ingin Muhaimin atau Cak Imin jadi Cawapres.

Sementara Gerindra melihat Prabowo Subianto dipasangkan dengan Cak Imin tidak tambah suara. Pemilih keduanya beririsan. Maka, peluang kalahnya akan sangat besar.

Soal ada yang ikut cawe-cawe, itu faktor sekunder, bukan primer. Faktor primernya: Prabowo cari pasangan yang mampu memperbesar peluang kemenangan. Prabowo melihat, itu tidak ada pada diri Cak Imin.

Karena itu, beberapa bulan lalu ketika On Air di salah satu radio swasta saya katakan: 1.000 persen pasangan Prabowo – Cak Imin tidak terwujud. Ini jika kita mengacu pada situasi normal. Sekali lagi, ini analisis ilmiah, berbasis pada variabel-variabel yang ada. Bukan ramalan dukun.

Anies Baswedan dan Cak Imin bisa bertemu karena keduanya saling membutuhkan. Cak Imin butuh posisi sebagai cawapres. Pertama, menjadi cawapres itu adalah mimpi lama Cak Imin. Kedua, ini juga amanat dari para ulama yang berada di belakang PKB. Ketiga, memilih Anies adalah paling besar peluangnya untuk menang.

Anies sendiri butuh menaikkan elektabilitas, khususnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Ini adalah dua wilayah yang suara Anies paling rendah dan terhambat untuk naik. Dengan menggandeng Cak Imin, elektabilitas Anies di Jawa Timur naik dan saat ini posisinya paling tinggi.

Ini adalah salah satu hasil survei yang tidak di-publish. Bahwasannya di Jateng, Jabar, Banten, dan Lampung, elektabilitas Anies juga merangkak naik. Kata Surya Paloh: Anies – Cak Imin itu seperti "Botol Ketemu Tutup". Saling membutuhkan satu sama lain. Klop!

Selain PKB, PKS adalah partai yang konsisten mendukung Anies. Tanggal 7 September lalu saya menulis artikel dengan judul "PKS 100 Persen Bersama Anies". Dan, Selasa kemarin, pada tanggal 12 September, secara resmi PKS mengaminkan pasangan AMIN.

Sekali lagi, mudah membaca arah politik setiap partai kalau kita memahami secara hati-hati atas berbagai variabel yang tersedia. Karena, politik itu bukan soal suka atau benci. Bukan like and dislike. Tetapi, rasionalitas politik selalu bertumpu pada prinsip "bagaimana mengadaptasikan kebutuhan partai terhadap situasi politik yang sedang terjadi". Artikel saya tentang PKS bisa dibaca ulang.

Setelah Nasdem, PKB dan PKS, Golkar berpeluang untuk tergoda oleh pasangan Anies – Cak Imin. Golkar boleh jadi sedang menunggu moment untuk bisa exit dari koalisinya dengan Gerindra. Satu pertanyaan yang selalu ada di kubu Golkar: "Apa keuntungan Golkar bergabung dengan Gerindra? Apa keuntungan Golkar mendukung Prabowo?" Nyaris tidak ada.

Pertama, peluang Prabowo untuk menang diprediksi akan menipis sejak Anies mengambil Cak Imin sebagai pasangannya. Suara Prabowo dari warga Nahdhiyin di Jawa Timur dan Jawa Barat akan tergerus. Saat ini, suara itu berangsur diambil kembali oleh Cak Imin.

Kedua, Golkar juga tidak mendapat Coattail Effect dari pencalonan Prabowo. Di sisi lain, justru konstituen Golkar yang mendukung Anies angkanya cukup besar. Sebagian kader Golkar di belakang layar bahkan secara aktif mengkampanyekan Anies. Elit Golkar umumnya tahu fakta ini.

Kecuali jika Airlangga Hartarto, ketua umum Golkar dipilih jadi cawapres Prabowo. Di sini akan ada Coattail Effect buat Golkar. Tapi, kemungkinan Airlangga dipilih jadi cawapres Prabowo juga sangat kecil. Pertimbangannya, menggandeng Airlangga tidak dapat menaikkan suara Prabowo.

Jika ada "faktor X" yang membuat Prabowo terpaksa harus ambil Airlangga sebagai cawapres, maka PAN kemungkinan akan keluar dari Koalisi. Tugas PAN untuk menegosiasikan Erick Thohir berakhir. PAN tidak ada beban lagi untuk exit dari kubu Prabowo. Kalau PAN keluar, ke mana PAN akan bergabung?

Kalau bergabung ke PDIP justru bisa membuat suara PAN jeblok. Paling menguntungkan buat PAN ya bergabung ke Anies. Ini akan memberi coattail effect buat partai. Berbagai survei memberi data bahwa pendukung PAN paling banyak memilih Anies. (*)