Skenario Denny JA Head to Head 2 Capres: Prakondisi Singkirkan Anies Baswedan?

"Ini merupakan sinyal, bagi mereka yang kurang sekuler dan kurang Indonesia akan disingkirkan. CSIS itu memang pemain politik. Dia berusaha menggeliat, isu tentang dua capres semacam geliat kecil, tapi taktis untuk masuk menjadi pengaturan politik," ujar Rocky Gerung.

Oleh: Mochamad Toha, Wartawan Freedom News

JIMMY Carter tahun 1976 berucap: “Pemilu Presiden itu seperti lomba lari marathon yang ketat. Kita belum tahu siapa pemenang sampai pertandingan berakhir. Di setiap tahap, pemenang sementara dapat berbeda-beda.”

Sekitar 200 hari menjelang hari pencoblosan Pemilu Presiden 2024, pada bulan Juli 2023, Prabowo Subianto unggul sementara. Namun kali ini ada trend yang berbeda. Selisih jarak antara Prabowo Subianto dan saingan terdekatnya Ganjar Pranowo melebar dalam simulasi Head-to-Head hanya dua tokoh saja.

Mengapa hanya mengeksplor dua capres saja? Ini hanya simulasi jika ternyata pada akhirnya hanya maju dua capres saja, atau jika maju tiga capres, pada putaran kedua berhadapan Prabowo versus Ganjar.

Demikian salah satu temuan penting dari riset terbaru LSI Denny JA. LSI Denny JA melakukan survei tatap muka (face-to-face interview) dengan menggunakan kuesioner kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia. Dengan 1.200 responden, margin of error survei ini sebesar 2.9%.

Survei dilakukan pada tanggal 3 - 15 Juli 2023. Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa dengan metode kualitatif, seperti analisis media, in-depth interview, expert judgement dan focus group discussion.

Peneliti LSI Denny JA, Hanggoro Doso Pamungkas mengatakan, ini hanya simulasi jika ternyata pada akhirnya yang maju itu hanya dua capres saja, atau jika maju tiga capres, di putaran kedua berhadapan Prabowo versus (Vs) Ganjar.

Head to head antara Prabowo Vs Ganjar di bulan Juli 2023, jarak elektabilitas Prabowo Vs Ganjar mencapai double digit (10.4%). Elektabilitas Prabowo sebesar 52%. Elektabilitas Ganjar sebesar 41.6%,” katanya dalam hasil temuan dan analisis survei bertajuk “Melebarnya Jarak Elektabilitas Prabowo Vs Ganjar”, Senin (31/7/2023) siang.

Dari tracking survei tahun 2023 bulan Januari, Mei, Juni, Juli bisa terlihat tren elektabilitas Capres. Prabowo menanjak. Sedangkan elektabilitas Ganjar turun-naik. Bulan Januari 2023, elektabilitas Prabowo 38.5%. Bulan Mei naik menjadi 44.5%. Bulan Juni naik kembali menjadi 50.4%, dan bulan Juli juga naik menjadi 52%.

Elektabilitas Ganjar pada Januari 2023 sebesar 43.1%. Bulan Mei turun menjadi 38.1%. Bulan Juni berhasil rebound menjadi 43.2%. Tetapi, bulan Juli turun menjadi 41.6%. Selisih elektabilitas Head-to-Head Prabowo vs Ganjar semakin melebar. Januari 2023 selisih 4.6% untuk keunggulan Ganjar.

Bulan Mei 2023 berbalik keunggulan untuk Prabowo dengan selisih 6.4%. Bulan Juni 2023, selisih naik menjadi 7.2% untuk keunggulan Prabowo. Bulan Juli 2023, selisih semakin melebar menjadi 10.4% untuk keunggulan Prabowo.

SurePay CSIS?

Nama Anies Baswedan oleh LSI Denny JA hanya diletakkan dalam alinea bontot sebagai Capres Underdog. “Anies Baswedan yang kini menjadi capres underdog tetap memiliki kemungkinan untuk bangkit pula jika ia memperoleh momentum,” simpul LSI Denny JA.

LSI Denny JA sudah menempatkan Anies sebagai Capres Underdog. Sederhananya, underdog adalah orang atau tim yang tidak diunggulkan dalam sebuah kompetisi, dalam hal ini kontestasi Pilpres 2024. Padahal, fakta di lapangan sebaliknya. Ini yang diabaikan LSI Denny JA.

Pertanyaan nakal pun muncul di kalangan masyarakat. Siapa yang biayai LSI Denny JA itu hingga berani membuat “simulasi” hanya dua capres saja, meski jika dua putaran tetapi hanya diikuti oleh Prabowo Subianto Vs Ganjar Pranowo, seolah Anies Baswedan “tersingkir” pada putaran pertama?

Coba simak hasil survei "Bagian 2: Distribusi Prabowo Vs Ganjar di Berbagai Segmen Pemilih". LSI Denny JA seolah sudah tahu bahwa Partai NasDem, Demokrat, dan PKS nantinya akan berkoalisi dengan Partai Gerindra dan PKB, tentunya setelah Anies Baswedan gagal maju Pilpres 2024.

Menurut LSI Denny JA, pilihan partai versus capres head-to-head memperlihatkan Prabowo unggul di semua pemilih partai kecuali di pemilih PDIP.

“Prabowo unggul di pemilih Gerindra, Golkar, PKB, NasDem, PKS, Demokrat, PAN, PPP dan partai lainnya. Dukungan terhadap Prabowo di pemilih partai Gerindra merupakan yang tertinggi sebesar 93.3%,” tulisnya.

Di pemilih PDIP, Ganjar yang unggul. Dukungan terhadap Ganjar di pemilih PDIP sebesar 81%. Dari sisi penganut agama, Prabowo unggul di pemilih Islam. Dukungan pemilih Islam terhadap Prabowo sebesar 54.7%. Dukungan pemilih Islam terhadap Ganjar sebesar 38.9%.

Jika merunut survei yang dilakukan pada 3 - 15 Juli 2023, tentu sangat mudah menelusur siapa di balik LSI Denny JA dan dugaan sumber dananya.

Adalah Jusuf Wanandi, pentolan CSIS yang sebut 2 Capres saja pada Pilpres 2024. Jusuf Wanandi melontar pernyataan bahwa ada koalisi kuat yang bakal mencegah jika ada lebih dari tiga paslon pada Pilpres 2024. (Bisnis.com, Minggu, 28 Mei 2023 | 14:39).

Jusuf Wanandi, yang juga kakak Sofyan Wanandi, adalah salah satu penggagas lembaga Center For Strategic and International Studies (CSIS), tiba-tiba bersuara soal Pilpres 2024, yang sebaiknya diikuti dua pasang Capres.

Menurut Jusuf Wanandi, ada koalisi kuat yang bakal mencegah jika ada lebih dari tiga paslon dalam Pilpres 2024. "Koalisi pemerintah akan berupaya mencegah tiga paslon," kata Jusuf seperti dikutip dari Kompas TV.

Jusuf Wanandi mengatakan, jika ada tiga paslon bakal membuka peluang 2-1. “Karena tiga nama itu selalu membuka kesempatan 2-1, dan siapa yang menjadi nomor 2 itu kan berbeda,” jelasnya.

Pernyataan Jusuf Wanandi itu viral dan menjadi perdebatan di media sosial. Pernyataan tersebut dianggap akan menjegal Anies Baswedan sebagai capres kandidat Partai Nasdem, Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera.

Seperti diketahui, saat ini ada tiga nama capres yang bakal mengikuti Pilpres 2024, yaitu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.

Pengamat Politik Rocky Gerung pun berkomentar mengenai pernyataan Jusuf Wanandi tersebut. Menurutnya, CSIS berupaya memainkan peran dalam Pilpres 2024, setelah think tank Orde Baru tersebut selama ini 'tenggelam' dari ingar-bingar publik.

"Ini merupakan sinyal, bagi mereka yang kurang sekuler dan kurang Indonesia akan disingkirkan. CSIS itu memang pemain politik. Dia berusaha menggeliat, isu tentang dua capres semacam geliat kecil, tapi taktis untuk masuk menjadi pengaturan politik," ujar Rocky Gerung.

Dia menilai, sebagai think tank Orde Baru CSIS tidak dapat disebut netral. "Modal mereka kelompok konglomerat basis dari ekonomi etnis China. Ini tidak mau rasis, tapi dasar pembentukan begitu."

Selain itu, dia menduga CSIS senggaja membocorkan ide-ide Presiden Joko Widodo, sehingga memudahkan dalam menggolkan capres dua pasangan calon.

"CSIS mencoba membocorkan ide-ide Jokowi, seperti Machiavelli cara-caranya ini. Positifnya ada informasi lebih awal bahwa akan ada 2 capres, negatifnya kalau 2 capres di-backup CSIS," tegas Rocky Gerung.

Jusuf Wanandi lahir pada 15 November 1937 dengan nama Liem Bian Kie. Dia adalah aktivis dan peneliti senior di Indonesia. Kakak dari Sofjan Wanandi, pemilik bisnis Gemala Group, ini adalah salah satu pendiri dan anggota Dewan Penyantun CSIS.

Lembaga pemikir Orde Baru ini berperan aktif dalam melahirkan gagasan yang menjadi kebijakan era Presiden Soeharto.

Seperti dikutip dari situs CSIS, lembaga ini bermula dari diskusi dan kegiatan pada 1960-an yang dilakukan secara mandiri oleh dua kelompok sarjana Indonesia. Kelompok intelektual itu terdiri dari sejumlah mahasiswa Pasca Sarjana Indonesia yang belajar di luar negeri dan aktivis di Indonesia.

"Mengingat gejolak di Indonesia pada saat itu, keduanya yakin bahwa perhatian yang diberikan terhadap studi strategis dan internasional di Indonesia masih kurang," demikian tulis situs itu.

Selanjutnya, CSIS didirikan pada 1 September 1971. CSIS mendapat dukungan dari almarhum Jenderal Ali Moertopo dan Soedjono Hoemardani, asisten pribadi Presiden Soeharto yang baru terpilih. Pendanaan disokong dari Yayasan Proklamasi.

Jusuf Wanandi sempat menjadi anggota MPRS (1968-1972), anggota MPR (1972-1977), Direktur Eksekutif CSIS (1986), dan Gubernur East-West Centre, Honolulu, Hawaii, AS. Dalam wawancara dengan Kompas TV, Jusuf Wanandi sempat menyampaikan bahwa saat Pilpres 2004 mendukung pasangan Megawati Soekarnoputri – Prabowo Subianto.

Dia berseberangan dengan Sofyan Wanandi yang mendukung Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla (SBY – JK). Dan, kini besar kemungkinan Jusuf Wanandi juga mendukung majunya Prabowo Vs Ganjar yang jelas-jelas keduanya “didukung” Presiden Jokowi.

Sebelumnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyebut idealnya, Pemilihan Presiden 2024 dilakukan secara demokratis, cepat, dan kredibel. Untuk itu, perlu dipastikan Pilpres 2024 hanya berlangsung 1 putaran dan diikuti 2 paslon presiden dan wakil presiden. (Kompas, 25 Agustus 2022 21:04 WIB)

”Ini yang ideal berdasarkan konteks saat ini meski PDI Perjuangan siap bertanding dengan dua atau tiga paslon presiden-wakil presiden,” ujar Hasto seusai diskusi bertajuk ”Menyongsong Pemilu 2024: Kesiapan, Antisipasi, dan Proyeksi” di Jakarta, Kamis (25/8/2022).

Namun, Partai Demokrat menilai, usulan Hasto terkait idealnya Pilpres 2024 hanya diikuti oleh dua paslon presiden dan wakil presiden tersebut tidaklah beralasan. Justru, jika hal tersebut yang terjadi, polarisasi tidak akan terhindarkan.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Andi Arief saat ditemui di kantor DPP Demokrat, Jakarta, Jumat (26/8/2022), mengatakan, usulan Hasto tersebut tidak cukup beralasan. Begitu pula, ”Dasar argumentasi karena Covid-19 tidak tepat. Secara anggaran juga masih terjangkau,” ujarnya. (Kompas, 26 Agustus 2022 20:21 WIB).

Alih-alih melihat keterkaitan alasan tersebut dengan pelaksanaan Pemilu 2024, Andi justru melihat wacana yang dilontarkan Hasto itu sebagai bagian dari strategi dan upaya PDIP untuk memenangi Pemilu 2024. Andi menduga hal itu terkait dengan sosok tertentu yang hendak dicalonkan PDIP dalam kontestasi Pilpres 2024.

”Artinya, ada calon yang mungkin kuat yang akan diusung PDIP pada Pilpres 2024. Ada simulasi yang menyatakan bahwa calon PDIP kalau cuma dua pasangan itu menang. Itulah pasti,” ujar Andi.

Partai Golkar juga menginginkan hal yang sama. Dilansir Republika.co.id, Ketua DPP Partai Golkar, Nusron Wahid menilai lebih baik Pilpres 2024 diikuti oleh dua paslon presiden dan wakil presiden. Alasannya, agar presiden terpilih untuk periode 2024-2029 lebih cepat diketahui publik.

"Lebih cepat kita tahu siapa calon presiden terpilih, minimal di bulan Februari (2024) kita udah tahu. Yang kedua membuat masyarakat tidak capek, yang harusnya datang sekali menjadi datang dua kali," ujar Nusron di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (10/5/2023).

Senada dengan Golkar, Kompas.com (11/05/2023, 09:04 WIB) menulis, Presiden Jokowi disebut menginginkan Pilpres 2024 hanya diikuti oleh dua paslon presiden dan wakil presiden. Ketua Majelis Pertimbangan PPP Romahurmuziy atau Rommy mengungkapkan sejumlah alasannya.

Pertama, pilpres bakal lebih irit biaya jika kontestasi diikuti oleh dua paslon. Sebab, gelaran pilpres hanya akan berlangsung satu putaran. “Negara tak perlu keluar terlalu banyak (anggaran) untuk (melaksanakan) putaran kedua,” ucap Rommy dalam program Gaspol! di YouTube Kompas.com, Rabu (10/5/2023).

Alasan kedua, dengan adanya dua paslon justru meminimalisir keterbelahan di tengah masyarakat. Pasalnya, kemunculan tiga paslon justru akan membuat masyarakat terbagi ke beberapa kelompok pendukung capres-cawapres tertentu.

“Jadi terlalu lama kontestasi itu menghabiskan perhatian publik dan energi bangsa ini,” ungkap dia. Terakhir, dalam pandangan Rommy wajar bagi Jokowi hanya ingin Pilpres 2024 diikuti oleh figur dari koalisi pemerintah.

Sebab, Jokowi jelas tak ingin berbagai program pembangunan yang telah dilakukan selama ini tidak dilanjutkan oleh presiden mendatang. Apalagi banyak proyek infrastruktur yang menghabiskan dana mencapai ratusan miliar rupiah.

“Ini kan hal-hal yang menurut saya membuat Presiden merasa perlu untuk terlibat, berpihak, dan itu biasa saja,” imbuh dia.

Meski Prabowo belum deklarasi pencalonan sebagai Capres, tapi LSI Denny JA sudah menyatakan bahwa Prabowo Subianto bakal berhadapan dengan Ganjar Pranowo, walau dikemas dalam format “simulasi”.

Jadi, dari beberapa jejak digital di atas dapat disimpulkan bahwa muara dari “SurePay” LSI Denny JA itu mengarah ke Jokowi dan Jusuf Wanandi. (*)