Strategi Penyusupan Jokowi
Akan makin terlihat sikap santun, hormat, menyelaraskan diri dengan cuaca kawan dalam segala hal, agar semua aman tidak terlihat sebagai lawan yang akan merusak, tuntas, dan leluasa untuk mengkhianati.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
MENYUSUP ke dalam kubu lawan bekerja untuk menjatuhkan mereka adalah salah satu cara untuk meruntuhkan lawan. Masuk ke jantung lawan tidak boleh memberi mereka apapun bisa dilihat untuk dicurigai.
Tetapi tugas membuka, menabur pembusukan, merusak dan pertikaian internal lawan, mutlak harus berjalan sembunyikan niat untuk merusak dan menghancurkan. Tak ada struktur dan kekuatan yang bisa bertahan ketika pembusukan terjadi dari dalam.
Mungkin saja Tim Joko Widodo meniru cara-cara Adolf Hitler menunjuk Laksamana Muda Wilhelm Canaris usia 46 tahun, pria yang patriotik dan konservatif menjadi pemimpin Abwehr intelijen rahasia dan dinas konter spionase begitu canggih merontokkan lawan melalui penyusupan yang rapi disiplin dan dan memiliki daya rusak yang luar biasa.
Keahlian yang dimiliki adalah mengumpulkan data intelijen tentang rahasia yang paling kotor sekalipun untuk menghancurkan lawan politiknya.
Kita belum tahu apakah benar Jokowi mendukung dan akan memenangkan Prabowo Subianto sebagai presiden dalam kontestasi Pilpres 2024. Bagi masyarakat awam, dan bahkan sebagian pengamat politik pun terlalu gelap untuk membenarkan atau menolaknya.
Ketika kubu Prabowo sudah memutuskan Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapresnya banyak kejadian aneh. PDIP tidak cukup bereaksi dari kesan Jokowi dan Gibran yang terkesan melawan arus kebijakan PDIP.
Sampai pada petunjuk yang paling sederhana PDIP tidak mencabut surat No. 5640/IN/DPP/X/2023 tanggal 19 Oktober 2023 tentang penugasan Gibran sebagai Tim Pemenangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Memang strategi yang paling hakiki adalah terlihat kontra dengan PDIP dan butuh membersamai Prabowo, yang sesungguhnya ada skenario besar PDIP akan membunuh dan menghancurkannya. Mencermati proses terbentuknya pasangan Capres Prabowo dan Gibran sangat tidak masuk akal dan mencurigakan.
Ketidak wajaran sesungguhnya sudah muncul dengan drama Makamah Konstitusi (MK), yang meloloskan Gibran bisa masuk dalam persyaratan sebagai Cawapres.
Pada bagian lain upaya mencegat Capres Anies Baswedan (AB) sudah bergelombang dengan berbagai cara sampai waktu pendaftaran kandas di tengah jalan. sekalipun upaya merontokkan AB berpotensi akan muncul rekayasa lain sampai "bagaimana suara AB dari hasil pemilihan bisa saja harus dikacaukan pada hasil akhir perhitungan di KPU".
Memang sulit untuk menebak proses politik yang kelihatan di luarnya bergabung, mendukung bahkan formal berkoalisi, di dalamnya diam-diam sedang memainkan penghancuran.
Ketika Jokowi tidak kelihatan sebagai musuh oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), kuasa Jokowi untuk merusak menjadi tak terbatas.
Akan makin terlihat sikap santun, hormat, menyelaraskan diri dengan cuaca kawan dalam segala hal, agar semua aman tidak terlihat sebagai lawan yang akan merusak, tuntas, dan leluasa untuk mengkhianati.
Strategi Jokowi yang terbatas kapasitas, kapabilitas, dan integritasnya, dipastikan ada pemandu yang canggih untuk menjalankan dan mengamankan strategi penyusupannya harus berjalan aman sampai target sasarannya. (*)