Sura Dira Jayaningrat Lebur Dining Pangastuti

"Politik Dinasti" adalah kejahatan atas demokrasi, pengkhianatan atas amanah rakyat, karena terang-terangan merampok hak rakyat dalam mendapatkan pemimpin yang mumpuni dengan kemampuan melihat jauh ke depan. Bukan calon pemimpin karbitan hasil manuver politik dinasti.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

BACKSTABBER secara sempit berarti pengkhianat, makna lain orang-orang yang dekat denganmu namun melakukan hal yang cerdik untuk mencelakakan atau menjatuhkan mu.

Seorang pengkhianat itu, dia tidak punya rasa malu, tidak pandai berbalas budi dan berterimakasih. Perilakunya "Adigang, adigung, adiguna". Trahing garong, rembesing kasturi, turasing kere. Kere nurani, kere intelektual, kere adab dan budi pekerti.

Seniman/budayawan "Ir. KPH. Adipati, Bagas Pujilaksono Widyakanigara Hamengkunegara, PhD, memberi sanepo kalau Sang Pengkhianat ke mana-mana ditemani si Mbilung: laki-laki cebol, yang penjilat, nepotis, oportunis, dan pembisik sesat.

Si Mbilung ke mana-mana jalan di belakang Sang Pengkhianat, dengan kepala ndhangak, karena cebol; cebol fisik, cebol nurani, cebol etika dan moral dan cebol nalar

Perilakunya seperti orang kalap, segala tindak-tanduknya semata hanya didorong oleh hawa "nafsu berkuasa". Sehingga, etika, moral dan nilai-nilai kepatutan, ditabrak seenaknya sendiri. "Mbeguguk Ngutho Waton – rumongso sarwa bener lan pener".

Seorang Presiden yang berwatak penghianat dipastikan energinya akan menyatu dengan kekuatan dan energi pengkhianatan dan penjahat negara.

Tidak akan mengenal etika, moral, nilai-nilai kepatutan terbenam dalam pikiran dan otaknya hanya meraih dan mempertahankan kekuasaannya. Tidak kenal balas budi. Selain nafsu akan memangsa siapapun yang menghalangi kekuasaannya.

Watak kemanusiaannya berubah menjadikan watak iblis tidak lagi punya nurani dan dididik untuk berbudi pekerti luhur, sopan santun, beretika dan bermoral.

Sesanti Jawa bisa didekatkan *kere munggah bale, cirinya milik nggendhong lali, lali purwa duk siro". Lali, jaman dhedhep-dhedhep ketika ingin jadi penguasa. Dan setelah meraih kekuasaan, berkhianat.

"Becik ketitik ala ketara". "Watuk ana obate, watak digawa mati" , watak pengkhianat tiba saatnya akan munculnya kepermukaan dari wataknya yang hanya mengikuti kenikmatan kekuasaan dan gemerlap dunia.

Sang pengkhianat kehilangan rasa malu, etika dan moral. Ketika menjadikan semua keluarganya harus pegang kendali kekuasaan sekalipun jauh dari kepantasan, kepatutan yang hanya bertumpu "mumpung berkuasa".

"Politik Dinasti" adalah kejahatan atas demokrasi, pengkhianatan atas amanah rakyat, karena terang-terangan merampok hak rakyat dalam mendapatkan pemimpin yang mumpuni dengan kemampuan melihat jauh ke depan. Bukan calon pemimpin karbitan hasil manuver politik dinasti.

Sang pengkhianat benar-benar tidak menyadari sedang melakukan "Politik pembusukan" menggali kuburnya sendiri yang akhirnya akan membusuk.

Saat ingin sedang terjadi di tanah air kita, bahkan dalam cerita ghaib, dari beberapa sesepuh tanah Jawa yang bersangkutan akan menanggung hukum karma yang sangat besar dan berat. Sebagai respon alam atas perilaku buruknya.

"Sura dira jayaningrat lebur dining pangastuti", segala sifat keras hati, picik, angkara murka dan penghianatnya akan dihancurkan dengan kekuatan yang bijaksana, lembut, dan kesabarannya. (*)