AMIN vs SurePay, Fakta vs Dusta
Tapi ia dan Gus Imin sendiri tak ambil peduli dan lebih memilih untuk terus berkerja keras untuk menggapai sebanyak mungkin calon pemilih mereka secara riil. Nyata, bertemu dan berdialog langsung.
Oleh: Rahmi Aries Nova, Jurnalis Senior Freedom News
TIADA hari tanpa rilis dari lembaga sure-pay. Hasilnya selalu sama pasangan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar (AMIN) tidak pernah beranjak dari nomer buncit, kisaran 15% saja. Konon, 'survei pesanan' alias berbayar (ada yang membiayai) itu hanya lewat telepon ke 1.200 orang saja.
Bandingkan dengan perjalanan panjang Anies dan Gus Imin, baik secara bersama atau sendiri-sendiri yang mendatangi langsung calon pemilihnya ke berbagai kota hingga desa di Sulawesi, Sumatera hingga Pulau Jawa. Ada histeria, selalu gegap gempita.
Dalam acara 'Bocor Alus' Tempo sudah dibongkar siapa yang memerintahkan survei, siapa yang disurvei, serta apa motif dan tujuannya. Menteri Sekretaris Negara Pratikno-lah yang disebut kerap 'meminta' survei.
Sementara itu, bantuan beras dan BLT (Bantuan Langsung Tunai) dijadikan sebagai iming-iming, pemikat, pembujuk sehingga hasil survei bisa 'didrive' alias disetir, disesuaikan dengan keinginan pemesan atau Istana.
Rocky Gerung dalam diskusinya di Melbourne, Australia, menyebut bahwa meski 100% persen pemilih Pemilihan Presiden (Pilpres) memilih Anies – Gus Imin sekalipun, ia sudah mendapat bocoran bahwa suara AMIN sudah dipatok 17% saja. Klop dengan hasil survei yang selalu dirilis oleh lembaga-lembaga survei pesanan Istana selama ini.
Grand design kecurangan memang terus dirancang dan dieksekusi oleh pihak-pihak yang merupakan kepanjangan tangan Presiden Joko Widodo, yang disebut oleh media luar negeri sebagai pemimpin yang otoriter dan bernafsu untuk terus berkuasa.
Bahkan, Jokowi dan komplotannya tidak peduli demi menghabisi Anies, yang sangat potensial mengalahkannya, membunuh demokrasi itu sendiri.
Anies sendiri saat ditanya soal lembaga survei, yang terus-menerus mendegradasi dirinya dan Gus Imin, hanya prihatin dan mempertanyakan masa depan peneliti-peneliti yang terlibat dalam lembaga survei tersebut.
Tapi ia dan Gus Imin sendiri tak ambil peduli dan lebih memilih untuk terus berkerja keras untuk menggapai sebanyak mungkin calon pemilih mereka secara riil. Nyata, bertemu dan berdialog langsung.
Setiap harinya Anies dan Gus Imin hadir dan tampil di sedikitnya tiga acara yang diselenggarakan, baik oleh akademisi, milenial, ulama, lembaga, perkumpulan dan masyarakat umum.
Pasangan AMIN tidak hanya menyapa, berdialog, berdiskusi, tapi juga selalu mencatat keluh kesah dan masalah yang terjadi di masyarakat saat ini.
Pesertanya bukan cuma ribuan, tapi ratusan ribu bahkan jutaan orang. Hadir tanpa iming-iming tapi murni kesadaran bahwa negeri ini butuh perubahan, dan pasangan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar adalah harapan perubahan. (*)