Kritik China Soal Pesawat Tiruan F-35, AS: Hari Serupa Nasional
Jakarta, FreedomNews - Amerika Serikat (AS) melontarkan kritik pedas kepada China yang kerap meniru barang-barang milik Negeri Paman Sam tersebut, tak terkecuali peralatan perang seperti pesawat F-35. Melansir Naval Institute, Angkatan Laut AS menulis bahwa Shenyang J-31 yang dikembangkan China merupakan upaya untuk meniru Lockheed Martin F-35. “Hari ini adalah Hari Serupa Nasional! Militer Tiongkok penuh dengan senjata yang sangat mirip dengan sistem yang dikembangkan oleh negara lain,” tulisnya, di X, Minggu, 21 April 2024.
F-35 merupakan pesawat tempur yang dikembangkan oleh Lockheed Martin, sebuah perusahaan alutista Amerika Serikat. Selain itu, F-35 juga dikenal sebagai pesawat tempur multirole yang dapat digunakan untuk perang udara (air to air) dan menyerang sasaran di daratan (air to ground).
Pesawat terbang bermesin tunggal itu yang dirancang untuk semua cuaca, merupakan penerus dari F-16. Adapun F-35 memiliki fitur siluman penuh (full stealth) yang memungkinkan pesawat tersebut tidak terdeteksi oleh radar, menjadikannya pesawat tempur yang sangat canggih dan efektif.
Adapun dari sisi radius perang, F-35 jauh lebih besar dibandingkan dengan F-16, karena pesawat ini memiliki kapasitas bensin internal yang jauh lebih besar, yang memungkinkan operasi misi yang lebih jauh. Sementara itu, Shenyang J-31 atau yang dikenal F-60, adalah pesawat tempur bermesin ganda, yang dikembangkan oleh Shenyang Aircraft Corporation (SAC) untuk Tentara Penerbangan Angkatan Laut Rakyat (PLAAF).
Pesawat J-31 China
Pesawat ini melakukan penerbangan perdananya pada 31 Oktober 2012 di Beijing. Pesawat ini sebagai alternatif dari kegagalan Chengdu J-20 yang biaya pembuatannya jauh lebih mahal. Pesawat ini memiliki panjang 16.9m, tinggi sekitar 4.8m, dan span sayap 11.5m. Berat kosong sekitar 17 ton dan berat maksimum take-off adalah 25 ton. Dalam artikel Naval Institute, disebutkan bahwa langkah China dalam melakukan kloning telah masuk pada tahap membingungkan.
Perkembangan militer China dan meningkatnya keagresifan telah didukung oleh senjata-senjata yang dikloning dari gudang senjata negara-negara lain. China telah mendapatkan reputasi internasional dalam beberapa dekade terakhir sebagai rumah bagi budaya peniru yang produktif. Orang China sudah mahir dalam mengkloning produk mulai dari tas desainer dan ponsel pintar terbaru hingga film dan minuman beralkohol.
Toko-toko Apple palsu, restoran-restoran peniru, dan gerai-gerai besar tiruan memenuhi lanskap China, bahkan China telah membangun seluruh replika kota-kota Eropa. Beberapa pengamat Barat percaya bahwa sikap budaya terhadap peniruan ini berakar pada Konfusianisme di mana para pengikutnya secara tradisional belajar dengan mereplikasi karya besar dan kemudian mencoba memperbaikinya.
Aksi kloning pesawat F-35 tersebut dituding terjadi seiring dengan peran peretas China yang juga makin agresif. "Pesawat canggih AS termasuk Lockheed Martin F-35 Joint Strike Fighter dan kendaraan udara tempur tak berawak (UCAV) Northrop Grumman X-47B memiliki pesawat tempur buatan China yang sangat mirip. Beberapa teknologi yang digunakan dalam desain ini hampir pasti diperoleh melalui kampanye spionase siber Tiongkok yang gencar,” tulis dalam artikel tersebut.
Pejabat Pertahanan AS telah menyatakan bahwa peretas militer China yang melakukan pengintaian teknis telah berhasil mencuri dokumen teknis yang sangat rahasia dalam beberapa kesempatan. Data teknis sensitif yang diketahui telah dibobol kini terlihat jelas pada versi terbaru beberapa senjata dan pesawat China. Para pejabat juga menduga bahwa China telah berhasil memperoleh kemajuan teknis yang berharga dengan membuat kesepakatan rahasia dengan sekutu AS yang membeli senjata Amerika.
Adapun, karena alasan inilah AS memutuskan untuk tidak mengekspor pesawat tempur siluman Lockheed Martin F-22 Raptor. Bukan hanya desain dan teknologi senjata AS yang telah dicuri dan direplikasi oleh China, tanpa disadari, Rusia juga berperan sebagai departemen penelitian dan pengembangan China.
Setelah runtuhnya Uni Soviet, Rusia membutuhkan uang dan mengadakan penjualan pesawat tempur Sukhoi Su-27 yang canggih. China membeli dua lusin pesawat tempur tersebut tetapi kemudian menegosiasikan izin untuk merakit pesawat tambahan di dalam negeri menggunakan komponen utama yang diimpor dari Rusia. Adapun yang membuat marah Rusia, China segera meluncurkan pesawat tempur Shenyang J-11B yang dibuat dan dilengkapi peralatan dalam negeri yang terlihat identik dengan Su-27.(dtf/tek)