BSI Prediksi 2024, Dana Pihak Ketiga Syariah Tumbuh 11,43%

_PT Bank Syariah Indonesia (BSI) memprediksi tahun 2024, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) syariah mencapai 11,43%. Naiknya DPK syariah double digit ini akan mampu membuat pembiayaan syariah juga tumbuh, diperkirakan 10,25%._

Jakarta, FreedomNews – PT Bank Syariah Indonesia atau BSI (kode saham BRIS) sangat yakin bahwa industri pembiayaan syariah akan tembus doubel digit pada tahun 2024. “Kalau dalam konteks berapa persen, DPK syariah bisa tumbuh 11,43% sementara pembiayaan syariah tembus 10,25%," kata Banjaran Surya Indrastomo, Chief Economist BSI dalam Media Gathering di Jakarta, Jumat (17/11/2023).

banjaran

Banjaran Surya Indrastomo, Chief Economist BSI

Untuk mencapai pertumbuhan tersebut, kata Banjaran, memerlukan kolaborasi antar pelaku sektor ekonomi sehingga mampu mencapai target jangka panjang. Dengan pertumbuhan tersebut, ekonomi syariah, khususnya pembiayaan syariah dapat menjadi penggerak dari pertumbuhan ekonomi nasional. "Kolaborasi itu, untuk saat ini, dari konteks portofolio lebih banyak working capital. Tapi, saya optimistis dari sisi ritel akan tumbuh, apalagi bila ada insentif bebas pajak.”

Menurut Banjaran, perbankan syariah hanya memerlukan kerja keras dalam meyakinkan stakeholder, bahwa keuangan syariah tidak hanya muslim friendly. Perbankan syariah tetapi juga dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa mengaitkan latar belakangnya. Perbankan syariah juga terbuka bagi semua pemain dalam sektor ekonomi, juga mampu melakukan kolaborasi di berbagai sektor usaha.

Sebagai informasi, beragam upaya terus dilakukan pemerintah dan regulator untuk mendongkrak pangsa pasar bank syariah Tanah Air. Mulai dari pemisahan Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi lembaga tersendiri melalui aksi korporasi berupa spin-off, konsolidasi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) hingga konversi berbagai BPD, terutama yang besar, menjadi bank syariah.

Berdasarkan laporan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) OJK, dari sisi nilai total aset perbankan syariah sampai dengan Juni 2023 sebesar Rp801,68 triliun, naik dibandingkan dengan posisi Juni 2022 sebesar Rp703,55 triliun. Bila diukur berdasarkan persentase, pertumbuhan aset perbankan syariah pada Juni 2023 tercatat tumbuh 7,63%, naik tipis dari yang sebelumnya 7,14% pada Juni 2022 dari total industri perbankan. Namun, secara bulanan pertumbuhan aset bank syariah masih terlihat stagnan. Terbukti, pada Januari lalu tercatat asetnya naik 7,35%, lalu bergerak sedikit ke 7,4% pada Februari, dilanjutkan menjadi 7,6% pada Maret. Selanjutnya, turun 7,58% pada April, hingga besaran aset syariah menyentuh 7,59% pada Mei 2023. Bahkan, jika ditarik sejak 2020, pangsa pasar syariah hanya menyentuh 6,76%, dan naik menjadi 7% pada 2021.

moch%20amin%20nurdin

Moch Amin Nurdin, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI)

Sementara itu, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin menilai, di tengah banyaknya upaya regulator, nyatanya perkembangan industri keuangan syariah masih belum mencapai titik signifikan. Ia mengatakan, perbankan syariah perlu melakukan gebrakan dan inovasi lebih lanjut dalam mengembangkan bisnis keuangan syariah. “Konversi dan spin off hanya menggeser portofolio aja, tidak langsung serta merta mengembang, itu kan jalan pintas. Iya, mungkin nanti akan mengoreksi pangsa pasar secara umum, akan tetapi spin off maupun merger kan kuenya tetap sama,” ujar Amin.

Selanjutnya Amin mengatakan, bank syariah seharusnya lebih berani dalam melangkah. Mulai dari mengembangkan bisnis keuangan syariah yang ekspansif, dengan membuka cabang di luar negeri, mengejar pasar asing, mencari sumber pendanaan dari Timur Tengah, hingga berkolaborasi dengan bank syariah lainnya, baik di tingkat regional maupun internasional.(dtf/bis)