Ambisi Pindah IKN, Gak Punya Duit Sombong
Mundurnya Bambang dan Dony itu merupakan kibaran bendera putih. Ada masalah pada tanah, sumber daya manusia dan finansial. IKN Penajam hanya mempertajam persoalan rezim Jokowi yang sudah kacau dan mementingkan ambisi ketimbang kemampuan.
Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
SAAT berkunjung ke area IKN Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, terbaca aktivitas minimalis dari pembangunan infrastruktur. Masa membangun Ibu Kota Negara yang "prestisius dan smart" itu kaya begini?
Terbayang Joko Widodo yang awal sumringah meresmikan titik nol IKN kini mulai menerima cibiran tentang kondisi keuangan APBN.
Dua petinggi Badan Otorita IKN telah mundur, yaitu Kepala Badan Orita IKN Bambang Susantono dan wakilnya Dony Rahajoe seolah memberi sinyal bahwa tidak ada gunanya melanjutkan proyek. Faktanya Pemerintah tidak punya duit. Investasi pun nihil.
IKN tidak menjanjikan apa-apa yang ada hanya menyajikan masalah. Ini contoh dari proyek nafsu besar tenaga kurang.
Ketika ke Chengdu bertemu Xi Jinping, Jokowi memelas meminta China 'all out' menggarap IKN. Bahkan, mempersilakan perencanaan awal boleh dibuat kembali oleh China. Kini Jokowi sudah mulai berwajah panik. Tanpa kedatangan investor maka bayang-bayang kegagalan semakin menghantui. IKN akan menjadi Ibu Kota Nestapa.
Tiga hal yang sejak awal sudah terprediksi kegagalan atas proyek bodoh ini, yaitu:
Pertama, DPR memaksakan menyetujui IKN meski tidak sejalan dengan aspirasi rakyat yang meragukan kepindahan. DPR memproduk Undang-Undang bersama Presiden untuk kejar tayang, bukan produk sehat dan normal.
Kedua, membangun Ibu Kota di lahan "asing" sama sekali bukan hal yang mudah, berbiaya besar dan perlu daya dukungan banyak pihak. Apalagi jarak dari Ibu Kota lama sangat jauh karena harus melewati lautan. Migrasi pegawai dinilai bakal rumit.
Ketiga, mengandalkan 80% pembiayaan non APBN membutuhkan investor yang terjamin fasilitas dan kalkulasi rasional atas keuntungannya. Di tempat "baru" dan "terpencil" tidak mudah untuk mendapatkan investor serius yang siap berspekulasi.
Jokowi tak belajar dari gagalnya pemindahan Ibu Kota Negara di Myanmar, Tanzania, Kazakhstan, Malaysia, dan Australia. Sesuai prediksi awal dan melihat gejala yang ada, maka pindah Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, akan gagal.
Pemindahan ini telah memboroskan, bahkan membobol uang negara.
Mundurnya Bambang dan Dony itu merupakan kibaran bendera putih. Ada masalah pada tanah, sumber daya manusia dan finansial. IKN Penajam hanya mempertajam persoalan rezim Jokowi yang sudah kacau dan mementingkan ambisi ketimbang kemampuan.
Rezim Jokowi memang sakit.
Nanti ketika terbukti IKN gagal atau mangkrak Jokowi akan banyak ditanya media, lalu jawabannya standar: Kok tanya saya, tanya saja kepada investor atau BPN yang ngurus tanah. Mungkin juga sambil ngelindur menyuruh tanya pada DPR, Gubernur atau Kepala Suku Dayak.
Dasar pale loe ompong. Gak punya duit saja sombong. (*)