Perjamuan Terakhir Jokowi: “Makan Pasir Laut”
Perjamuan terakhir Jokowi adalah makan pasir laut. Di tengah perjamuan ada bau penghianatan yang membuat gelisah bangsa. Meski ada makan malam berdua Jokowi dan Prabowo membahas kebersamaan dan keberlanjutan, akan tetapi penghianatan adalah aroma busuk yang menyengat.
Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
JOKO Widodo alias Jokowi itu kurus tetapi makannya banyak. Sebagai bapak yang baik ia berbagi untuk anggota keluarganya. Gibran Rakabuming Raka, Kaesang Pangarep, dan Kahiyang Ayu yang juga mulai banyak makan. Iriana ternyata tidak ketinggalan.
Perjamuan terakhir adalah Jokowi dan keluarganya adalah makan pasir laut. Kini bertambah di meja dengan kroni dan pengusaha Singapura.
The Last Supper lukisan Leonardo Da Vinci menggambarkan perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridnya sebelum ia ditangkap dan disalib dalam keyakinan Kristiani. Tapi perjamuan terakhir yang ini tidak berhubungannya dengan The Last Supper Leonardo di atas. Hanya gambaran bahwa Jokowi layak ditangkap setelah terakhir "makan pasir" bersama kroninya.
Rakus sekali rezim Jokowi ini, semua sumber daya alam dibobol dan dieksploitasi. Tembaga, nikel, minyak, bauksit, timah, hingga terakhir ini pasir laut. Hampir semua berurusan dengan kepentingan asing. Ekspor pasir ternyata untuk reklamasi perluasan Singapura. Tampaknya dalam benak Jokowi semua harus jadi duit. Prosentase untuk kantong sendiri, dinasti, dan oligarki.
Penambangan pasir laut dengan alasan keamanan pelayaran nelayan sebagaimana dimaksud UNCLOS PBB 1982 hanya akal-akalan. Kepentingan utamanya adalah keuntungan komersial pemodal. Izin ekspor dibuka oleh Presiden Jokowi berdasar PP 26 tahun 2024, Permendag 20 tahun 2024, dan Permendag 21 tahun 2024. Kini tahap realisasi eksploitasi.
Di meja perjamuan ada Yusril Ihza Mahendra, Hasyim Joyohadikusumo, Zulkifli Hasan, dan Jokowi sendiri. Pengusaha asal Singapura tentu hadir untuk membersamai. Yusril dan Hasyim langsung membuat satu perusahaan baru setelah kran ekspor dibuka. Politisi berbisnis menjadi fenomena buruk dari rezim. Jabatan dan kekuasaan dijadikan jalan untuk merampok kekayaan alam.
Membuka ekspor pasir laut merusak lingkungan dan ekosistem. Habitat laut dan ikan yang menjadi sumber mata pencaharian nelayan terganggu. Kedaulatan negara tergerus. Kualifikasinya sampai pada penghianatan atas negara. Batas pantai Indonesia berkurang sementara Singapura meluas. Dasar setan, kedaulatan pun dijual.
Jokowi memaksakan kehendaknya di penghujung kekuasaannya. Muncul isu bahwa penggunaaan pesawat jet pribadi milik pengusaha Singapura oleh Kaesang Pangarep juga terkait ekspor pasir laut tersebut. Gratifikasi terselubung kepada Jokowi. Singapura potensial menjadi tempat pelarian keluarga. Gibran Rakabuming Raka juga sekolah di Singapura walau ijazahnya dipersoalkan.
Perjamuan terakhir Jokowi adalah "makan pasir laut". Di tengah perjamuan ada bau penghianatan yang membuat gelisah bangsa. Meski ada makan malam berdua Jokowi dan Prabowo membahas kebersamaan dan keberlanjutan, akan tetapi penghianatan adalah aroma busuk yang menyengat.
Sudah terlalu banyak Jokowi dan keluarga makan dengan macam-macam menu. Saatnya untuk diminta pertanggungjawaban politik dan hukum. Tangkap dan adili setelah "the last supper" pasir laut.
Jangan biarkan Jokowi lari ke Singapura atau pulang ke Solo untuk tidur. Ketika rakyat dan bangsa menderita akibat ulahnya, eh dia enak saja mau tidur. Ngelindur kalee...
There is no sleep for criminals excepth death. Tidak ada tidur untuk para penjahat kecuali kematian.
Jokowi telah diberi hadiah oleh negara tanah 1,2 hektar untuk kuburannya di Desa Blulukan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar. Kuburan sang Fir'aun Jawa. (*)