Biadabnya Yahudi Israel

Persoalannya, apakah pemerintah kepala batu Israel akan berubah sikap? Dengan dukungan tanpa reserve dari Amerika Serikat dan beberapa pemerintahan di Eropa Barat, Netanyahu tampaknya tak akan berubah. Kebijakannya akan semakin ngawur.

Oleh: Nasmay L. Anas, Wartawan Senior

SAMPAI hari ini diperkirakan 4.000-an nyawa melayang menyusul pertempuran sengit antara para pejuang Hamas Palestina dan satuan militer Israel sejak Sabtu (07/10/2023) lalu. Dan jumlah korban terbanyak berasal dari kalangan rakyat sipil Palestina di Jalur Gaza.

Seperti dilansir Al-Jazeera, 2.670 warga Palestina tewas karena serangan udara yang dilakukan Israel. Pada hari pertama serangan balasan itu. Sebagian besar korban adalah anak-anak, kaum wanita dan para lansia. Setidaknya 9.600 orang terluka.

Dan ini belum termasuk 500 jiwa yang terbunuh Selasa (17/10/2023) malam. Ketika Israel melancarkan serangan membabi-buta terhadap Rumah Sakit al-Ahli al-Arabi di Gaza.

Sejatinya inilah persoalan utama dalam konflik Palestina – Israel yang sudah berlangsung selama 75 tahun. Bahwa negara Yahudi itu tidak ubahnya seperti binatang yang tidak punya hati nurani.

Yang tanpa belas kasihan menggempur dengan bom dan senjata berat lokasi penduduk sipil yang tidak berdosa. Terutama wilayah Gaza yang telah mereka blokade selama 16 tahun terakhir. Membuat rakyat Gaza kekurangan makanan, obat-obatan dan air bersih.

Hari-hari ini kita dapat menyaksikan begitu banyak video di berbagai platform media sosial. Yang menggambarkan betapa biadabnya pasukan Israel.

Seperti video seorang lelaki yang berlari-lari menyelamatkan diri sambil menggendong jasad bayinya yang sudah tidak berbentuk akibat serangan bom Israel. Begitu juga puluhan mayat warga sipil yang dijejerkan di sebuah tempat terbuka. Sebagian jasadnya masih utuh. Tapi sebagian lainnya sudah rusak. Tak dapat dikenali lagi.

Sebuah video lain menggambarkan seorang wanita Palestina. Berpakaian hitam. Dikumpulkan bersama beberapa orang lainnya di sebuah lapangan terbuka. Wanita itu mencoba bicara dengan seorang tentara Yahudi. Tapi tentara itu langsung menamparnya.

Seorang tentara yang lain menjambak rambutnya, menghempaskannya ke tanah, lalu menembaknya dari jarak dekat menggunakan senjata laras panjang.

Sebuah video lain menggambarkan seorang pria Palestina digiring ke sebuah lobang besar dan panjang, yang penuh sampah dan sejumlah ban bekas. Tanganya diikat ke belakang. Matanya ditutup kain. Lalu didorong paksa masuk ke dalam lobang itu.

Ditembak dua kali di kepalanya. Seorang pria lain juga mengalami nasib yang sama. Diikat dengan mata tertutup. Dilemparkan ke dalam lobang yang sama. Lalu ditembak seperti membasmi bangkai tikus.

Kejam dan Biadab

Kekejaman dan kebiadaban pasukan Yahudi itu menyadarkan rakyatnya sendiri. Mereka kecewa dan marah. Terutama dipicu oleh sikap Perdana Menteri Israel Banjamin Netanyahu yang angkuh dan keras kepala.

Yang sok-sok-an menyebut dirinya sebagai ahli strategi Churchillian dan meramalkan tidak akan ada ancaman keamanan nasional. Tapi yang terjadi justru kebobolan oleh serangan pejuang Hamas, Izzudin al-Qassam.

Rakyat Israel berlarian menyelamatkan diri. Termasuk melarikan diri melalui bandara Ben Gurion yang penuh sesak. Mereka melancarkan protes. Mengecam sikap dan tindakan PM Netanyahu.

Mereka yakin tidak akan diserang Hamas, seandainya Israel berhenti menindas rakyat Palestina, tidak lagi memperluas wilayah pendudukan dan membangun pemukiman-pemukiman baru Yahudi.

Persoalannya, apakah pemerintah kepala batu Israel akan berubah sikap? Dengan dukungan tanpa reserve dari Amerika Serikat dan beberapa pemerintahan di Eropa Barat, Netanyahu tampaknya tak akan berubah. Kebijakannya akan semakin ngawur.

Meski demikian, rakyat Israel semakin ketakutan menghadapi serangan balik para pejuang Hamas. Setelah menyadari bahwa gembar-gembor kekuatan pertahanan Israel sama sekali tidak terbukti.

Omongan Netanyahu yang sok-sokan mengaku ahli strategi militer tidak mereka percayai lagi. Termasuk cerita tentang negara asal yang dijanjikan. Semua mereka anggap omong kosong.

Serangan mendadak Hamas pada hari besar Sabat 7 Oktober lalu bagi mereka benar-benar sebuah mimpi buruk. Yang juga membuat rontok rasa percaya diri pasukan cadangan. Bahkan sejumlah pasukan elit yang selama ini digembar-gemborkan paling hebat menolak diterjunkan ke medan tempur jarak dekat di dalam kota.

Semua ketakutan. Semua ciut nyalinya. Harian terlaris Yedioth Aharonoth menyebut serangan 7 Oktober lalu itu sebagai "Bencana Oktober 2023". Yang mengingatkan warga Israel akan kegagalan negara Yahudi itu mengantisipasi serangan kembar Mesir dan Syria bulan Oktober 1973. Sebuah mimpi buruk persis 50 tahun silam. Yang menyebabkan Perdana Menteri Golda Meir mengundurkan diri.

Hamas sekarang tidak lagi sendiri. Di samping Hizbullah, sejumlah pasukan muslim juga siap diterjunkan untuk mendukung perjuangan Palestina. Ada pasukan Taliban Afghanistan, Chehnya, Iran, Malaysia, di samping para veteran perang yang dengan sukarela datang dari berbagai belahan dunia.

Tak bisa dipungkiri, gempuran besar-besaran oleh Hamas menyadarkan saudara-saudara muslim mereka yang lain. Yang mempersatukan mereka untuk ikut memperjuangkan kemerdekaan Palestina. (*)