Palestina Meng-Islam-kan Dunia

Mereka tetap menghapal Al-Qur’an, anak-anak mereka tak pernah lepas quran di tempat-tempat pengungsian. Mereka tetap bertahan di tanah Palestina. Tidak ingin berpindah meski ditawarkan ke berbagai negara.

Oleh: Iriani Pinontoan, Wartawan Senior Freedom News

PERANG Palestina seperti tidak berujung. Hampir sembilan bulan sejak 17 Oktober 2023 Israel diserang HAMAS, sejak itu pula perang dimulai.

Tak terbilang lagi jumlah korban dibombardir sejak saat itu di jalur Gaza selatan, utara, dan Rafah hingga hari ini.

Korban jiwa seperti dilansir Kementrian Kesehatan Palestina, sejak perang setidaknya sudah 37.000 jiwa syahid, dari total 47.765 wafat dan orang hilang. Dari jumlah itu korban anak-anak 15.000 jiwa lebih dan perempuan 10.000. Khusus orang hilang, mereka ada yang masih tertimbun di bawah puing-puing reruntuhan rumahnya.

Dalam sebuah siaran pers yang dirilis Hamas, organisasi perlawan yang dipuji dunia, Jumat 5 Juli menulis, darah para syuhada adalah bahan bakar intifadhah melawan penjajah, kebijakan teror dan penghancuran Zionis tidak akan mematahkan semangat rakyat kami

Hamas berduka atas gugurnya para syuhada tak berdosa yang dibunuh oleh tentara penjajah Zionis Iarael di kamp pengungsi Jenin, Selasa pagi (9/7/2024):

Komandan Syuhada Al Qassam: Yassin Ahmad Mahmoud al-Aridi (30 tahun); Syuhada: Hammam Asaad Ahmad Hashash (23 tahun); Syuhada Mujahidin: Qusay Amjad Hazouz (23 tahun); Syuhada Mujahidin: Fouad Iyad Aziz Ashqar (25 tahun); Syuhada Mujahidin: Ahmad Bassem Amouri (20 tahun); Syuhada yang heroik: Muhammad Mahmoud Muhammad Jabareen (54 tahun).

“Kami tegaskan bahwa kejahatan penjajah Zionis yang terus menerus dilakukan di Gaza, Jenin, Tulkarem dan seluruh wilayah yang diduduki tidak akan berhasil mematahkan keinginan rakyat Palestina, dan darah yang berharga ini akan menjadi bahan bakar intifadhah rakyat kami yang bangga melawan penjajah dan kebijakan penghancuran dan kehancuran yang ingin dipaksakan kepada mereka,” tegas Hamas.

“Kebijakan-kebijakan pemerintah ekstremis Zionis di Tepi Barat yang diduduki, yang dipimpin oleh teroris Smotrich, melalui langkah-langkah pencaplokan, perluasan pemukiman, pemaksaan fakta-fakta di lapangan, pembunuhan setiap hari, dan ancaman terhadap rakyat kami untuk mengubah kota-kota mereka menjadi reruntuhan, adalah wajah paling buruk dari fasisme Zionis, yang terus melanggar semua hukum, dan yang akan dihadapi oleh rakyat kami yang heroik dan perlawanan mereka yang gagah berani dengan segala cara,” lanjut pernyataan Hamas.

Hamas menghimbau, masyarakat internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa harus berdiri di atas tanggung jawab mereka dan mengambil keputusan yang jelas untuk menghentikan kejahatan yang sedang berlangsung ini, menahan para fasis baru di antara para pemimpin penjajah, dan membawa mereka ke pengadilan internasional untuk dimintai pertanggungjawaban sebagai penjahat.

Demo Free Palestina

Sementara itu di belahan bumi lainnya, demo kemerdekaan Palestina disuarakan tanpa henti. Di Inggris dan Amerika mahasiswa yang berdemo rela diborgol polisi demi suara mereka didengar.

Yang paling mencengangkan perang Palestina – Zionis sudah meng-Islam-kan begitu banyak orang di dunia.

Ketertarikan mereka mempelajari Islam semata karena keteguhan iman, Islam dari warga Palestina menghadapi peperangan.

Perempuan Palestina meskipun kehilangan suami dan anak-anak, secara khusus mereka menjerit sesaat kemudian kembali pada aktivitas keseharian sebagai ibu rumah tangga maupun profesional seperti pegawai maupun dokter dan paramedis. Kepasrahaan, keikhlasan, dan ketaqwaannya telah ditunjukkan pada dunia.

Mereka tetap menghapal Al-Qur’an, anak-anak mereka tak pernah lepas quran di tempat-tempat pengungsian. Mereka tetap bertahan di tanah Palestina. Tidak ingin berpindah meski ditawarkan ke berbagai negara.

Pemandangan yang menggugah dunia, bahkan mereka yang nonmuslim. Tak heran banyak yang bersyahadat dan menyatakan diri sebagai umat Nabi Muhammad SAW. (*).