Politik Genosida China Menerkam Indonesia
Tapi, pada era Joko Widodo semua jebol, Presiden yang serba minim tentang wawasan Nusantara bahwa negara yang harus dijaga, dilindungi justru diberi karpet merah, silakan warga China masuk ke Indonesia dengan leluasa.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
GENOSIDA adalah sebuah pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa, atau sekelompok suku bangsa dengan maksud memusnahkan (atau membuat punah) bangsa tersebut.
Lebenstraum atau secara harafiah "ruang hidup" adalah salah satu tujuan politik genosida utama Adolf Hitler, serta sebuah komponen penting dalam ideologi Nazi.
Lebensraum berperan sebagai motivasi kebijakan ekspansionis Jerman Nazi yang bertujuan memberikan ruang tambahan untuk pertumbuhan penduduk Jerman.
Ini merupakan kebijakan tertulis Nazi untuk memusnahkan, mendeportasi, atau memperbudak penduduk Polandia, Ukraina, Rusia, dan bangsa Slavia lainnya, yang mereka anggap inferior, dan mengisi kembali tanah tersebut dengan orang-orang Jermanik.
Dengan rekayasa lain politik genosida Jerman persis diadopsi China. China terus melebarkan dan memperkuat politik OBOR merupakan proyek konektivitas ambisius Tiongkok melalui pembangunan infrastruktur dan jalur transportasi darat dan laut yang menghubungkan negaranya dengan kawasan Asia, Eropa, dan Afrika.
China diketahui memiliki proyek One Belt One Road (OBOR) atau yang kini telah direvisi menjadi proyek Belt Road Initiative (BRI). Yaitu prakarsa Sabuk dan Jalan atau Inisiatif Sabuk dan Jalan adalah politik lebenstraum Jerman yang diadopsi oleh pemerintah Tiongkok.
Proyek Strategis Nasional (PSN) adalah proyek Strategis untuk meminggirkan, mengusir bahkan musnahkan masyarakat pribumi di Indonesia karena dianggap manusia interior diganti dengan manusia China
Bermacam-macam alasan mendatangkan tenaga kerja China dibungkus Tenaga Kerja Ahli untuk PSN. Lebih sadis dan gila akan membangun reklamasi pantai sepanjang pulau Jawa untuk hunian penduduk China.
Joko Widodo sebagai kepala negara harus bertanggung jawab, sengaja, paham dan mengerti bahwa penduduk China yang sudah dilepas keluar dari negaranya tidak akan bisa kembali lagi ke negaraannya.
Jumlah penduduk Tiongkok kini sebanyak 1.425.247.534 jiwa per Jumat, 10 Mei 2024, berdasarkan penjabaran Worldometer dari data terbaru PBB, maka harus dicarikan dan dipindahkan ke negara lain, termasuk di pindah ke Indonesia, melalui proses politik yang direkayasa kerja sama dengan program PSN di Indonesia.
Politik OBOR yang direvisi menjadi BRI di Indonesia untuk memperkokoh politik Lebensraum, berarti tanah dan sumber daya alam tersebut harus diambil China dengan mengusir warga pribumi.
Sejak Presiden Sukarno dan masa Suharto, sangat hati-hati dengan politik ekspansi China yang akan memindahkan penduduknya ke Indonesia dan katika itu dikenal dengan bahaya kuning dari utara.
Tapi, pada era Joko Widodo semua jebol, Presiden yang serba minim tentang wawasan Nusantara bahwa negara yang harus dijaga, dilindungi justru diberi karpet merah, silakan warga China masuk ke Indonesia dengan leluasa.
Jokowi tidak paham atau membutakan diri bahwa politik lebenstraum Jerman diadopsi China akan menerkam Indonesia, untuk memindahkan penduduknya ke negara lain termasuk ke Indonesia, ini bencana besar. Lambat bertindak cepat atau lambat negara Indonesia akan dikuasai China. (*)