Aidit PKI Gaya Baru Telah Hidup Kembali

Kalau bangsa ini sampai hilang kewaspadaannya, akan terulang peristiwa G 30 S PKI, bahkan lebih dahsyat Indonesia benar-benar akan menjadi milik komunis China.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

AJARAN dan filsafat Sun Tsu sepertinya telah menjadi GBHN rezim Joko Widodo. "Politik itu bisnis, bisnis itu perang. Kalau pasar adalah medan perang, maka diperlukan strategi dan taktik".

Suk Tsu menulis: "Serang mereka di saat mereka tak menduganya, saat mereka lengah. Haluskan agar kau tak teraba, maka kau akan kuasai nasib lawanmu. Gunakan mata-mata dan pengelabuan dalam setiap usaha. Segenap hidup ini dilaksanakan padat tipuan".

Tampak dan terasa dalam menjalankan kendali pemerintahan dan kelola negara, Presiden Jokowi penuh dengan strategi pengintaian, penipuan, dan pengelabuan. Tidak ada sama sekali namanya makna keadilan, kejujuran etika dan moral pada permainan politiknya.

Ahli strategi komunis berkata menang di Medan tempur itu baik, padahal tidak. Jenderal yang memenangkan setiap pertempuran bukanlah jagoan sejati. Membuat musuhmmu kalah tanpa bertempur itulah kuncinya. Lebih baik menjaga keutuhan negeri dari pada menghancurkannya. Mengalahkan lawan tanpa bertempur itulah puncak kemahirannya.

Kalau pertempuran tak bisa dihindari, maka segala tipudaya dan kelicikan haruslah digunakan untuk mengelabuhi, membikin jengkel, membingungkan lawan, sebelum menjatuhkan pukulan kepadanya.

Indonesia sudah dikuasai dan dalam cengkeraman China, baik ekonomi dan kuasa politik. Dan saat ini Indonesia telah menjadikan "Shadow state" (negara bayangan) China.

Pada Pilpres 2024 baru lalu dan huru-hara yang sedang terjadi karena macam-macam rekayasa untuk memenangkan Paslon tertentu itu, tidak bisa lepas dari kendali dan persengkongkolan para bandar dan bandit dengan penguasa memaksa kandidat yang harus dimenangkan dengan segala cara.

Praktik politiknya persis sesuai dengan ajaran Lu Bu Wei, Perdana Menteri Dinasti Qin, sebagai peletak dasar menyatukan China. Dalam sebuah dialog dengan papanya:

"Berapa untungnya bertani" (Jawab papanya: 10 kali lipat) "Kalau berdagang emas (Jawab papanya lagi: 100 kali lipat) "Oooh ...kalau membantu seseorang menjadi penguasa..?" ( Jawab papanya: "Wah ..wah .. tak terhitung untungnya")

Sulit dibantah itulah wajah penguasa termasuk capres yang telah dibeli, direkayasa kemenangannya untuk menjadi budak mereka.

Kalau bangsa ini sampai hilang kewaspadaannya, akan terulang peristiwa G 30 S PKI, bahkan lebih dahsyat Indonesia benar-benar akan menjadi milik komunis China.

Teringat dialog Mao Tse Tung dengan DN Aidit pada tanggal 5 Agustus 1965 di Zhongnanhai – Peking, menjelang meletusnya PKI:

Mao: Kamu harus bertindak cepat. Aidit: Saya khawatir AD akan menjadi penghalang. Mao: Baiklah, lakukan apa yang saya nasihatkan kepadamu – habisi semua jenderal dan perwira reaksioner itu dalam sekali pukul. Angkatan Darat lalu akan menjadi seekor naga yang tidak berkepala dan akan mengikuti mu. Aidit: Itu berarti membunuh beberapa ratus perwira. Mao: Di Shensi Utara saya membunuh 20.000 orang kader dalam sekali pukul saja.

Paslon Pilpres 2024 yang dikendalikan mereka dan dipaksakan harus dimenangkan hanya sasaran antara, akan terjadi peristiwa lebih besar dan mengerikan karena "Aidit PKI gaya baru" telah hidup kembali saat ini, lebih sadis karena berperilaku lebih kejam dari Aidit G 30 S PKI. (*)