Berebut Usung Anies Baswedan di Jakarta
Redupnya nama Ridwan Kamil, Kaesang, dan Ahok di Jakarta, nyaris membuat Anies tanpa lawan. Maka, pilihan politik yang paling realistik bagi PDIP dan juga KIM, terutama bagi Prabowo sebagai presiden baru adalah mendukung Anies Baswedan.
Oleh: Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
ANIES Baswedan tidak terbendung. Itu fakta elektabilitas dari semua survei. Setelah dikalkulasi, memang tidak mudah untuk mengalahkan Anies Baswedan. Anies terlalu kuat untuk dilawan pada Pilgub Jakarta, November 2024.
PKS – Nasdem sudah resmi akan mengusung Anies Baswedan. PKB akan menyusul segera, kata Jazilul Fawaid, Waketum PKB. Hanya tunggu surat yang perlu ditandatangani.
Nasdem dan PKB tampak tidak keberatan Anies dipasangkan dengan Sohibul Iman, yang disingkat AMAN. Anies Baswedan – Sohibul Iman hanya menunggu deklarasi bersama dari tiga partai. Paling lama pada awal atau pertengahan bulan Agustus 2024.
Eks Koalisi Perubahan sepertinya sudah sepakat dan kompak bakal mengusung Anies Baswedan – Sohibul Iman. Bagaimana dengan partai-partai lainnya?
Usung Anies peluang menangnya lebih besar daripada usung tokoh yang lain. Maka, di luar partai eks Koalisi Perubahan, terus ada penjajagan ke Anies. PDIP misalnya, posisi saat ini tidak memiliki kader yang potensial kalahkan Anies. Dengan kursi yang hanya 15, tidak mudah bagi PDIP untuk mengajak partai lain ikut mengusung kadernya.
Sementara PAN, mulai bangun komunikasi dan memertimbangkan untuk ikut mengusung Anies. Manuver PAN menjadi sinyal bahwa KIM (Koalisi Indonesia Maju) mulai cair. Artinya, KIM sadar bahwa Anies terlalu kuat untuk dilawan. Strategi yang paling realistis adalah ikut bergabung dan mendukung Anies.
Tidak menutup kemungkinan Anies akan didukung oleh koalisi besar. Anies tidak hanya didukung oleh eks Koalisi Perubahan, yaitu PKS, Nasdem, dan PKB. Tapi boleh jadi partai-partai di luar eks Koalisi Perubahan akan ikut mendukung Anies. Termasuk PDIP dan PAN.
Setelah Ridwan Kamil balik kanan ke Jawa Barat dan Kaesang Pangarep melirik ke Jawa Tengah, nyaris Anies tidak punya lawan tanding yang seimbang.
Bagaimana dengan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama)? Banyak kendala bagi Ahok jika ingin maju kembali pada pilgub Jakarta. Ahok kader PDIP. Dan PDIP hanya punya 15 kursi. Tidak cukup bagi PDIP untuk mengusung Ahok. Sementara partai-partai di luar PDIP kurang minat dukung Ahok.
Pertama, trauma pilgub 2017. Ini dapat memicu kembali kegaduhan dan konflik. Ahok terlanjur mendapatkan stempel sebagai "penista agama". Ini akan amat sangat memengaruhi psikologi politik bagi umat Islam sebagai pemilih mayoritas di Jakarta.
Lagi-lagi, politik itu persepsi. Ini yang anda harus paham. Terutama bagi Prabowo Subianto sebagai penguasa baru, tentu tidak menginginkan kegaduhan dan konflik kembali terjadi. Bisa mengganggu stabilitas negara.
Kedua, elektabilitas Ahok jauh di bawah Anies. Secara kalkulatif, Ahok sulit kalahkan Anies.
Ketiga, PDIP sebagai semang induk Ahok adalah partai yang kontra-penguasa. Pada pilgub 2017, Ahok yang di-back up penuh oleh presiden Joko Widodo, juga oleh PDIP sebagai partai pemenang di DKI saat itu, Ahok kalah. Apalagi saat ini, PDIP bukan pemenang dan bukan menjadi bagian dari penguasa.
Redupnya nama Ridwan Kamil, Kaesang, dan Ahok di Jakarta, nyaris membuat Anies tanpa lawan. Maka, pilihan politik yang paling realistik bagi PDIP dan juga KIM, terutama bagi Prabowo sebagai presiden baru adalah mendukung Anies Baswedan.
Untuk saat ini, tidak ada yang lebih realistik dari dukungan PDIP dan KIM kepada Anies. (*)