Catatan Puncak Keikhlasan Anies Baswedan

“Jadi, ke-5 unsur ini berjalan sendiri-sendiri dengan manajemen masing-masing. Pendukung Anies yang berlatar belakang ASN, BUMN, POLRI, TNI masuk ke yayasan, karena tidak mungkin menjadi anggota partai,” ungkap seorang petinggi yayasan Perubahan ini.

Oleh: Mochamad Toha, Wartawan Freedom News

SETELAH dipastikan Anies Baswedan tak berhasil mengikuti kontestasi pada Pilkada Jakarta 2024, mantan Gubernur DKI Jakarta (2017-2022) ini kemudian membuat Catatan Anies Pasca Pilpres dan Pendaftaran Pilkada 2024, di kanal Youtube, Jumat sore (30/8/2024).

Ada beberapa point catatan menarik yang disampaikan Anies pada saat itu. Tetapi, sebelum masuk ke catatan Anies sendiri, ada baiknya mengingatkan kembali apa yang disampaikan Geisz Chalifah – Aktivis Politik yang juga salah satu orang kepercayaan Anies selama ini.

Anies Baswedan bersedia maju dalam kontestasi Pilkada Jakarta kali ini karena ada aspirasi warga yang meminta dia maju kembali memimpin Jakarta. Termasuk permintaan Dewan Pimpinan Wilayah Partai (DPW) yang mempunyai aspirasi yang sama: PKB, Nasdem, PKS. Kemudian ketiga partai itu melakukan deklarasi mendukung Anies.

Kemudian terjadilah operasi jahat yang dilakukan terhadap partai-partai yang berniat usung Anies. Seperti Nasdem (juga PKB yang dioperasi). Juga iming-iming terhadap PKS dengan sarat tak boleh mencalonkan Anies. Mereka akhirnya mencabut dukungannya terhadap Anies.

Lalu Anies diundang ke DPD PDIP, Sabtu, 24 Agustus 2024. Kemudian pada hari Ahad malam, 25 Agustus, 2 elit PDIP mendatangi Anies di Markas Anies di Jakarta Selatan untuk menandatangani berkas. (Ada bukti fotonya).

Pada Senin, 26 Agustus, Anies diminta hadir ke DPP PDIP untuk bertemu dengan Rano Karno. Ada rencana Deklarasi Anies Baswedan – Rano Karno. Anies diminta hadir di gedung belakang DPP PDIP, bertemu dengan Rano Karno dan teman-teman PDIP.

“Kemudian mendadak terjadi “perubahan situasi” yang kemudian dikatakan untuk ditunda. Lalu sore hari terjadi perubahan nama,” ungkap Geisz Chalifah. Yang kemudian dicalonkan adalah Pramono Anung dan Rano Karno.

Cerita di balik itu adalah cerita yang sama dengan partai-partai sebelumnya yang mendukung Anies, namun lebih kompleks.

Pada Kamis, 29 Agustus, santer diberitakan Anies diminta oleh PDIP untuk maju pada Pilkada Jawa Barat. Permintaan itu memang ada. Namun berbeda dengan Jakarta. “Di Jakarta Anies itu bersedia maju karena ada aspirasi warga maupun dari DPW dan DPD partai,” tegas Geisz Chalifah.

Tetapi untuk Jawa Barat, lanjut Geisz Chalifah, tak ada permintaan atau aspirasi dari warga maupun Dewan Pimpinan Daerah Partai tersebut di Jawa Barat.

Kemudian Anies mengucapkan terima kasih atas permintaan tersebut, namun Anies tidak bersedia karena permintaan tersebut semata-mata atas pilihan partai, bahkan tak pernah terdengar warga Jabar meminta Anies maju di daerah tersebut maupun ada aspirasi dari DPD atau DPW partai.

Bagi Anies, yang seperti itu secara moral dia tak pantas menerima amanat tersebut, karena bukan kehendak warga Jawa Barat. Anies bukan mengejar jabatan oleh sebab itu dia tidak bersedia dan secara moral tidak etis. Walau secara pemilih di Jawa Barat, Anies mendapat 31% suara pada saat Pilpres 2024.

Berbeda dengan Ridwan Kamil yang secara aspirasi datangnya dari warga Jabar untuk dia maju di daerah tersebut.

Sebaliknya, tak ada permintaan dari warga Jakarta untuk dia maju di Jakarta, namun Ridwan Kamil lebih memilih untuk mengikuti keinginan partai bukan keinginan warga Jawa Barat. Oleh sebab itu, dia bersedia untuk maju di Jakarta, bukan di Jawa barat.

Dengan demikian kandaslah sudah semua ikhtiar warga Jakarta (mendatangi partai-partai) untuk mengusung Anies maju di Daerah Khusus Jakarta (DKJ), yang berakhir dengan tak jadi berlayar. Karena operasi jahat dilakukan dengan sempurna.

Dan, tanpa mengurangi rasa hormat terhadap warga Jawa Barat dan partai yang mengusungnya, Anies mengucapkan apresiasi yang setinggi-tingginya. Anies juga berterima kasih kepada semua warga Jakarta yang telah berikhtiar semaksimalnya, juga ke semua partai yang pernah berusaha mendukungnya.

Bangun Partai

Anies Baswedan menyatakan berencana membangun partai politik. Anies mengutarakan, dirinya banyak menerima aspirasi setelah dua tahun terakhir berkeliling menyerap aspirasi masyarakat secara nasional.

Anies menyatakan, semangat perubahan kini semakin hari semakin terasa. Karena itu, dirinya berkeinginan membuat organisasi masyarakat (ormas) atau partai politik, setelah dirinya kalah berlaga pada Pilpres 2024 dan gagal maju Pilkada Jakarta.

"Jadi, kita lihat saja ke depannya, apakah lalu akan membuat partai politik baru. Gini, bila untuk mengumpulkan semua semangat perubahan yang sekarang semakin hari makin terasa besar, dan itu menjadi sebuah kekuatan diperlukan menjadi gerakan, maka membangun ormas atau partai baru mungkin itu jalan yang akan kami tempuh," kata Anies.

Menurut Anies, dirinya tidak ingin tersandera oleh kekuasaan jika harus bergabung dengan partai politik yang ada saat ini. Banyak risiko jika harus bergabung dengan parpol. "Jangankan dimasuki, mencalonkan saja terancam. Agak berisiko juga bagi yang mengusulkan, jadi ini adalah sebuah kenyataan," ungkap Anies.

Oleh karena itu, Anies berharap keinginan membentuk parpol bisa segera terwujud. Hal itu untuk mewadahi gerakan-gerakan perubahan yang semakin membesar.

"Semoga tidak terlalu lama lagi kita bisa mewujudkan langkah-langkah konkret untuk bisa mewadahi gerakan yang sekarang ini makin hari makin membesar, menginginkan Indonesia yang lebih setara, demokrasi yang lebih sehat, politik yang lebih mengedepankan policy gagasan," lanjutnya.

Terkait dengan rencana pembentukan partai, relawan AMIN (Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar) dan relawan Anies sebelumnya sudah bergerak cepat menyiapkan dan membentuk yang namanya Gerakan Perubahan.

"Saat isu beredar bahwa Pak Anies akan ikut kontestasi di Jabar, Tim Gerakan Perubahan dari yayasan melakukan polling mendadak di group Jabar ternyata minim sekali aspirasi rakyat Jawa Barat untuk mendukung pak Anies," ungkap seorang petinggi yayasan Perubahan ini.

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk menyatukan kembali seluruh pendukung Anies pasca Pilpres 2024 lalu. Karena pendukung Anies itu adalah datang dari berbagai latar belakang, maka gerakan perubahan dibagi 5, yaitu: 1. Yayasan perubahan; 2. Koperasi perubahan’ 3. Ormas perubahan; 4. Cakada perubahan; 5. Partai perubahan.

“Jadi, ke-5 unsur ini berjalan dengan manajemen masing-masing. Pendukung Anies yang berlatar belakang ASN, BUMN, POLRI, TNI masuk ke yayasan, karena tidak mungkin menjadi anggota partai,” jelasnya.

Kabarnya, Anies sendiri sudah tahu gerakan ini. “Pak Anies nanti diusulkan menjadi pembina utama dalam waktu dekat ini,” ungkapnya kepada Freedom News, Jum’at malam (30/8/2024). (*)