Dilema Anies: Turuti Desakan Nyagub atau Tetap Rehat

Sebagai capres rival Jokowi, tentu saja Prabowo tahu apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Ingat, Prabowo itu adalah seorang perwira tinggi militer dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal. Pasti punya banyak informasi intelijen yang masuk pada dirinya saat itu.

Oleh: Mochamad Toha, Wartawan Freedom News

DESAKAN agar Anies Baswedan maju (lagi) dalam kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta pada November 2024 nanti, cukup santer. Terutama datang dari orang-orang terdekatnya dan para relawan. Ini terlihat dari beberapa tulisan artikel dan berita di berbagai media.

“Apakah Anies Baswedan bersedia nyagub lagi di Jakarta? Tidak ada lagi alasan bagi Anies untuk menolak jika para pendukungnya mendesak. Tidak ada ruang untuk menghindar jika parpol-parpol pengusungnya meminta,” tulis Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa.

Tony Rosyid menulis, pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait sengketa Pilpres 2024, ke mana langkah Anies Baswedan selanjutnya? “Inilah pertanyaan seorang host radio ke saya dalam sebuah wawancara.”

“Pertanyaan ini juga datang dari sejumlah tokoh yang masuk lintasan WA di hape saya. Beberapa teman juga telepon soal ini,” lanjutnya. Jawabannya: "Anies Baswedan nyagub lagi di Jakarta".

Anies Baswedan nyagub lagi? Iya. Wajib! Mesti! Harus! Mau tidak mau! Mengapa? Pertama, untuk melanjutkan agenda perubahan. Jakarta banyak berubah di tangan Anies. Masih harus terus tetap berubah. Berubah menjadi kota yang ramah lingkungan, ramah sosial, dan ramah politik.

Selain tentu saja harus juga menjadi kota yang semakin maju, moderen dan mendunia. Anies telah membuktikannya selama lima tahun memimpin DKI Jakarta (2017-2022).

Kini, Jakarta (tanpa DKI lagi) masih butuh Anies untuk melanjutkan agenda perubahan itu. Agenda perubahan hanya bisa direalisasikan secara efektif jika Anies punya posisi penting di struktur negara ini. Menjadi gubernur Daerah Khusus Jakarta (DKJ) adalah posisi paling tepat.

Menurut Tony Rosyid, konstitusi memberi ruang bagi Anies Baswedan untuk maju kedua kali pada Pilgub Jakarta. Soal ini, tidak perlu ada gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK) lagi. Semua perangkat aturan memberikan kesempatan bagi Anies maju pada Pilgub Jakarta, November 2024 nanti.

“Kedua, maju pada Pilgub DKI adalah kebutuhan realistis bagi Anies untuk tetap menjaga panggung politik jangka panjang. Bagaimana mau melanjutkan agenda perubahan untuk jangka panjang kalau tidak ada panggung pilitik?” tulis Tony Rosyid.

Apa ada partai yang mengusung? Pertanyaan bagus. Anies Baswedan itu incumbent. Tokoh yang sangat populer dan diakui prestasinya. Karena itu, peluangnya untuk menang akan sangat besar. Bagaimana mungkin parpol tidak tertarik?

Minimal tiga parpol yang kemarin mengusung Anies Baswedan di pilpres sangat tertarik. Ada tiga parpol: PKS, Nasdem, dan PKB. Pada pemilu Pebruari 2024 kemarin, tiga parpol ini dapat coattail effect dari Anies.

Tony Rosyid menyebut, tapi bukan soal coattail effect-nya, ini lebih pada peluang Anies Baswedan untuk menang. Peluangnya sangat besar. “Kalau ada cagub potensial menang, kenapa harus cari cagub lain yang belum jelasnya peluangnya? Ini logika yang ada di setiap partai,” tulisnya.

Takdir Allah

Apakah Anies Baswedan sudah bersedia memenuhi desakan orang-orang di sekelilingnya dan para relawan pendukungnya selama Pilpres 2024? Sejauh ini memang belum ada pernyataan dari Anies sendiri terkait dengan Pilgub Jakarta pada November 2024 nanti.

Meski Anies pasangannya, Muhaimin Iskandar, secara yuridis formal telah “dikalahkan” MK, namun tampaknya ia lebih percaya dan yakin bahwa kebenaran akan berpihak kepada rakyat yang benar-benar mendukungnya saat Pilpres 2024.

Sebagai orang beriman, tentunya Anies dan Cak Imin lebih percaya dan yakin akan janji Allah yang terdapat pada QS Ali Imran ayat 54. Banyak yang penasaran dan mempertanyakan janji Allah pada QS Ali Imran ayat 54.

Allah berfirman: وَمَكَرُوْا وَمَكَرَ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ. Artinya, “Mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya dan Allah pun membalas tipu daya (mereka). Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (QS Āli ‘Imrān [3]:54).

Bahwa pencurangan Pilpres 2024 itu sudah kasat mata, telah dipungkiri MK dengan menolak bukti-bukti maupun dalil-dalil yang diajukan Paslon 01 Anies – Cak Imin ini di persidangannya. MK telah “memenangkan” Paslon 02 Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka.

Anies – Cak Imin pun menghormati putusan MK dengan senyuman manis. Tidak ada protes sama sekali atas putusan kontroversial tersebut. Sampai akhirnya KPU pun menetapkan Paslon Prabowo – Gibran sebagai Presiden dan Wapres Terpilih.

“Mas Anies, Mas Muhaimin, saya pernah ada di posisi seperti Anda,” ungkap Prabowo saat pidato kemenangannya di KPU usai ditetapkan sebagai “pemenang”.

Jika menyimak dengan cermat apa yang disampaikan Prabowo tersebut, sebenarnya itu sama saja dengan membuka dua kali pengalamannya dalam Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 yang “dicurangi” rivalnya saat itu, Joko Widodo.

Bahwa, Prabowo sebenarnya sudah tahu kalau saat dua kali pilpres itu telah terjadi pencurangan oleh “orang-orang” Jokowi yang melibatkan KPU, Bawaslu, yang diperkuat oleh MK. Usai Pilpres 2014, berita duka tiba-tiba menimpa Ketua KPU Husni Kemal Manik.

Husni yang sejak 12 April 2012 menjabat Ketua KPU itu dinyatakan meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan, Kamis (7/7/2016) pukul 21.10 WIB akibat infeksi yang menyebar ke organ tubuh lain. Ia meninggalkan seorang istri dan tiga anak.

Menariknya, sebelum meninggal, Husni sempat menulis dalam akun @HusniKamilManik, Ahad (3/7/2016). Ia mengutip Al Qur’an, “(Ali Imran: 159) Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.Tweet tersebut di-retweet 205 kali dan 96 like.

Kutipan ayat suci Al Qur’an memang mendominasi linimasa akun Twitter pria yang berpulang pada usia 40 tahun itu. Selain itu, Husni juga sering merespons pertanyaan tweeps seputar KPU, juga me-retweet informasi mengenai pemilu dari akun-akun lain.

Sayangnya, setelah meninggal dunia, tidak ada otopsi sama sekali atas jasad Husni. Padahal, jika melihat wajahnya usai dinyatakan meninggal, seperti orang yang keracunan. Sehingga, publik tidak tahu penyebab sebenarnya yang membuat Husni meninggal dunia.

Jika menyimak Tweet terakhir yang ditulis Husni di atas, bukan tidak mungkn ia memang bertekad akan berkata jujur dan mengungkap bagaimana Jokowi bisa memenangkan Pilpres 2014 tersebut. Namun, tekadnya itu gagal karena dia keburu meninggal dunia “akibat infeksi” tersebut.

Sebagai capres rival Jokowi, tentu saja Prabowo tahu apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Ingat, Prabowo itu adalah seorang perwira tinggi militer dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal. Pasti punya banyak informasi intelijen yang masuk pada dirinya saat itu.

Makanya, Prabowo bisa berkelakar, “Mas Anies, Mas Muhaimin, saya pernah ada di posisi seperti Anda.” Cuma kita tidak tahu, mengapa Prabowo harus berkata seperti itu di hadapan rivalnya pada Pilpres 2024. (*)