Fufufafa Bunuh Ibu Bapa

Fufufafa adalah kotak pandora pembunuh ibu papa. Ibu yang ikut berjuang menggolkan melalui MK dengan pimpinan adik ipar, kini harus merasakan cipratan getah akun. Papa yang berkeringat darah melawan berbagai serangan atas MK 90 kini teralienasi dari kroni dan terancam kehilangan kendali.

Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan

SETELAH Kaesang Pangarep membuat skandal flexing dan piknik ke Amrik pakai pisang pribadi G650ER kini “Samsul” – julukan Gibran Rakabuming Raka – bikin gara-gara lempar bom F2014 Fufufafa.

Konon waktu itu sedang jumawa dalam membela bapa. Prabowo Subianto sang pesaing Papa dibuat babak belur sehancur-hancurnya, hina senista-nistanya. Sulit menghidar bahwa Fufufafa adalah akun sang Putera Mahkota.

Bom F2014 yang terus menerus hingga 2020 itu mencederai SBY, PKS, dan para artis juga, 70% ditujukan untuk melukai Prabowo. Entah ada operasi intelijen apa sehingga pembantaian Fufufafa baru terkuak beberapa hari menjelang pelantikan. Seolah ada amunisi dahsyat bagi Prabowo untuk membalas habis pasca pelantikan nanti. Wapres Gibran bakal hancur jadi bubur.

Fufufafa dengan konten sadis, norak, dan gila diminta oleh Jimly Asshiddiqie, mantan Ketua MK untuk tidak dikembangkan.

Ada saran agar Samsul minta maaf saja. Sebagian konten dengan panik telah dihapus, disangka bahwa jejak digital tidak bisa dilacak. Memang bodoh sudah bertumpuk dengan kebodohan, panik berlipat kepanikan. Ibu bapa yang dulu ketawa mengantar putera kini pucat pasi membayangkan derita.

Fufufafa adalah anak durhaka membunuh ibu bapa. Mulyono pusing ibu negara pening. Bertahun-tahun memupuk kekayaan dan kekuasaan demi keluarga yang ingin disejahterakan kini terancam berantakan. Tinggal beberapa hari masa jabatan. Ibu Kota Negara (IKN) tidak menolong, teman-teman bakal menjauh, para sandera mulai berontak, dan KPK pun cari selamat.

Fufufafa anak durhaka mendorong sang putera harus diperiksa, sekurangnya:

Pertama, kesehatan jiwa. Adakah konten Fufufafa ditulis oleh orang gila? Aneh orang yang normal mampu untuk mengeluarkan kata-kata sembrono, porno bahkan liar di media sosial. Psikiater sudah semestinya turun tangan dan memberi resep obat penenang. Perlu RS khusus sebagai rujukan.

Kedua, kesehatan pikiran. Mungkinkah semacam narkoba telah meracuni? Masih atau mantan? Bangsa ini harus 'clear' memiliki pemimpin yang sehat pikiran dan jiwa. Bukan seorang figur yang menghabiskan waktu dengan komik fantasi dan mainan anak-anak sebagai pelarian. Peterpan sindroma akibat narkoba.

Ketiga, kesehatan agama. Jangan sampai sorban, sarung, atau atribut agama dianggap oleh dirinya sebagai baju untuk karnaval yang serupa dengan Sinterlas. Ulama harus memulihkan dan membina serta meluruskan paham keagamaannya. Iblis tidak boleh mempengaruhi perilaku masa bodoh, tak merasa dosa, munafik atau musyrik.

Keempat, kesehatan ideologis. Belum teruji pembelaan ideologi Bocil. Hapal dan pahamkah akan sejarah perjuangan 'the founding fathers' bangsa hingga berkulminasi pada kesepakatan Pancasila? Meski pernah menjadi Walikota (tidak tamat) ia harus terjamin dari kerentanan paham komunis yang diperjuangkan oleh PKI.

Fufufafa adalah kotak pandora pembunuh ibu papa. Ibu yang ikut berjuang menggolkan melalui MK dengan pimpinan adik ipar, kini harus merasakan cipratan getah akun. Papa yang berkeringat darah melawan berbagai serangan atas MK 90 kini teralienasi dari kroni dan terancam kehilangan kendali.

Prabowo beralasan kuat untuk menghianati. Fufufafa ternyata lebih dahsyat dari bom Hiroshima.

Minta maaf? Babi pun ketawa. Ikut saran Jimly? Rakyat tidak lugu, apalagi dungu. Mengelak bahwa itu bukan akunku? Ahli digital tidak sebodohmu!

Sudahlah menyerah lebih cepat lebih baik agar bangsa ini selamat. Dapat memulai untuk menata negara tanpa campur tangan keluarga Istana yang penuh dengan dusta dan sok kuasa.

Pilihan pahit untuk Joko Widodo dan anak istri sekarang adalah bui, bunuh diri, lari ke luar negeri atau semedi sampai mati. Pilihan manis sudah tidak ada lagi.

"Innal mujrimiina fie adzaabi jahannama kholiduun. Laa yufattaru anhum wa hum fiihi mublisuun" (Sesungguhnya pendosa itu ada dalam jahannam selamanya. Tidak meringankan adzab itu dari mereka dan mereka di dalamnya berputus asa) QS Az Zukruf 74-75. (*)