Jokowi Akan Terbakar
Suara kritik yang tiba-tiba muncul dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta (Guru besar, dosen, dan mahasiswa), seperti dianggap suara sampah, dan bahkan melawan dengan berbagai rekayasa licik dan tidak masuk akal.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
MATIRASA adalah kondisi ketika bagian fisiknya tidak mampu lagi menangkap dan merasakan keadaan yang terjadi di sekelilingnya.
Matirasa akan terjadinya bersamaan dengan matinya akal sehat, lumpuhnya akal budi dan menghilangnya kemampuan dasar untuk melihat, memahami, dan menilai dengan cara yang umumnya dimiliki oleh manusia yang normal.
Sangat berbahaya seorang kepala negara tidak memiliki etika, tindakan, dan perilakunya tidak lagi bisa membedakan antara mana baik dan buruk. Dan tidak memiliki etiket, sikap sopan santun dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Akibat dari hidupnya bukan hanya dikendalikan oleh oligarki, konon panduan dan instruksi dari RRC terus menembus Istana, perintah apa yang harus dilakukan. Sangat mungkin menginspirasi pikiran akal bulus, tipu muslihat yang sarat dengan tipu daya.
Tampilannya dalam memimpin negara ini, seringkali diasosiasikan untuk pemimpin yang ucapan, peran, dan sikapnya dikendalikan orang lain. Saat manggung, dikendalikan peran panggungnya oleh sutradara.
Cukup mengerikan ketika Joko Widodo sepertinya tidak menyadari, tidak paham bahwa rekayasa membangun kekuasaan kekuasaan yang membabi-buta dan rekayasa politik dinastinya itu akan membakar dirinya.
Dirinya linglung merasa masih di atas angin, berhalusinasi kekuasaan yang besar masih dalam genggaman dan kendalinya. Akan diraih dengan segala cara, ketika merasa instrumen rekayasa akal bulus kelicikan bersama kekuatan bandar politiknya dan kekuatan asing masih bersenyawa dengan dirinya.
Merasa memegang banyak kendali instrumen politik dengan kekuatan cuan, dengan menabrak dan melindas semua aturan konstitusi.
Suara kritik yang tiba-tiba muncul dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta (Guru besar, dosen, dan mahasiswa), seperti dianggap suara sampah, dan bahkan melawan dengan berbagai rekayasa licik dan tidak masuk akal.
Jokowi tidak merasa perilakunya sedang dibuntuti para pengamat dan masyarakat luas saat sedang menyembunyikan kejahatan busuk kekuasaannya.
Masalah akan lebih dahsyat dan mengerikan justru, suara rakyat terus diabaikan gejala "terjadinya chaos sudah di depan mata".
Permainan catur dan langkah kuda-kuda politik Jokowi sudah berada di jalan sesat, akan menerima akibat diturunkan (dimakzulkan) dengan paksa oleh rakyatnya.
Strategi penyesatan, kamuflase, pola hipnotis, informasi semu, manuver bayang-bayang seolah masih kokoh akan rontok berantakan. Rekayasa penyesatannya semua itu sudah terlambat dan dipastikan akan berbalik arah menjadi magma yang akan membakar dirinya. (*)