Jokowi dan Gibran Akan Hancur
Dengan penyamarannya yang rapi sebelum tiba waktunya untuk menyerang. Prabowo pasti sudah sangat mengenal kekuatan dan kelemahan Jokowi, ini akan sangat mudah untuk mengendalilan dan melumpuhkannya.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
KEHATI-HATIAN terbaik adalah menghancurkan mereka terlebih dahulu sebelum kita dihancurkan (Sultan Agung Hanyokrokusumo).
Gibran Rakabuming Raka telah ditetapkan sebagai Cawapres (menunggu pelantikan), sekarang ini kontroversi legitimasinya terus menuai protes, hujatan, cacian dan ancaman supaya pelantikannya dibatalkan.
Rekayasa curang, buruk, keji dan licik Jokowi mengantarkan putranya Gibran yang jauh dari kepatutan, kelayakan, kepantasan, kualitas dan minimnya kemampuan untuk jabatan Cawapres terus menampakan asli kejahilannya.
Isu terlibat bisnis haram, terperangkap dalam narkoba, suka film porno, puncaknya muncul "KasKus Fufufafa" mengguncang jagad politik sangat buruk nempel sebagai watak kepribadian Gibran yang kekanak-kanakan, meluber menjadi wacana berita di luar negeri.
Pengamat dan analisis politik yang berkembang disamping proses hukum yang terus bertarung, maka mengarah pada apa sikap, respon, reaksi dari Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Arah politiknya belum memberikan wajah yang bisa dibaca dengan jelas ketika Prabowo Subianto justru sering menampakan sikap kontra dengan suara rakyat betapa buruknya rezim Jokowi.
Pada setiap kesempatan diulang-ulang mengatakan bahwa Jokowi adalah guru politiknya, bahkan sempat mengatakan bahwa "hanya pada akal yang tidak sehat apabila mengatakan Jokowi presiden yang gagal".
Pengamat politik kontemporer mencoba melihat dan mengamati dengan memendam hipotesis "apakah ini hanya cara dan strategi Prabowo yang bersifat temporer”.
Prabowo sedang melakukan strategi pasif agresif paling efektif adalah dengan cara sementara bersembunyi di balik penampilannya yang berpura-pura patuh, bahkan seringkali disertai pujian bahkan mengasihi.
Penggunaan "agresi pasif Dessalines" berakar dari strategi militer dengan apa yang di sebut pura pura menyerah.
Dengan penyamarannya yang rapi sebelum tiba waktunya untuk menyerang. Prabowo pasti sudah sangat mengenal kekuatan dan kelemahan Jokowi, ini akan sangat mudah untuk mengendalilan dan melumpuhkannya.
Strategi “pasif agresif" mempunyai konotasi negatif bagi sebagian orang, sebagai strategi sadar perilaku pasif agresif menawarkan cara yang tidak kentara yang memiliki kekuatan luar biasa untuk memanipulasi keadaan sebagai jalan menuju perjuangannya.
Sebelum Jokowi lengser bisa saja di luaran tampak akur mengikuti ide-ide, energi dan kehendaknya tiba waktunya Jokowi dan Gibran harus disingkirkan.
Hipotesis tersebut dalam pantauan seluruh rakyat Indonesia, dan masih dalam wilayah radar. Waktu yang akan membuktikan "Prabowo Patriot Sejati Atau Penghianat Sejati"
Dengan strategi militer secanggih apapun Jokowi dan Gibran bukan hanya menjadi beban Prabowo tetapi sudah berada pada posisi pasti sebagai benalu dan berenergi akan merusak NKRI.
Rekayasa pasukan berani mati adalah rekayasa politik tolol yang luar biasa. Dengan peran Prabowo atau atas tekanan kekuatan rakyat, akan mempercepat Jokowi dan Gibran akan dihancurkan. (*)