Jokowi Salah Pilih Musuh?

Tom Lembong disebut Dino Patti Djalal sejak 2003 aktif mendukung SBY untuk maju Pilpres 2004. Sentilan Dino Patti Djalal ini jelas punya pesan kepada SBY, “Jangan lupakan Tom Lembong yang pernah mendukung SBY. Jangan diam saja!”

Oleh: Mochamad Toha, Wartawan Freedom News

GARA-gara Tom Lembong ditetapkan oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) sebagai tersangka dugaan korupsi importasi gula, pada akhirnya membuat Presiden Prabowo Subianto harus segera menemui Joko Widodo di Surakarta, Ahad malam (3/11/2024), usai kunjungannya di Merauke.

Sebab, bisa dipastikan, kasus Tom Lembong sangat merugikan bagi Prabowo. Pasalnya, penetapan Tom Lembong sebagai tersangka pada Selasa (29/10/2024), sembilan hari setelah Prabowo dilantik menggantikan Jokowi sebagai Presiden RI. Beban Prabowo sudah sangat berat.

Prabowo pasti juga tahu jika kasus Tom Lembong ini nantinya bakal meliar liar ke mana-mana kalau sampai ke meja hijau. Baru ditetapkan saja pada akhirnya para netizen dan pakar hukum mencium ada aroma tak sedap sehubungan dengan penetapan Tom Lembong itu.

Lebih kental aroma politis daripada hukum. Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Anthony Budiawan menyebut, penetapan status tersangka Tom Lembong bermotif politik, dengan memberi alasan cukup detil.

Pertama, tuduhan jaksa kepada Tom Lembong sangat lemah, terkesan dicari-cari. Misalnya, pihak Kejagung mengatakan tahun 2015 Indonesia mengalami surplus gula. Faktanya tidak ada surplus.

Kejagung juga mengatakan tidak menemukan aliran dana ‘fee’ kepada Tom Lembong. Kejagung kemudian berkilah, korupsi tidak harus dapat aliran dana. Jadi, tuduhan Kejagung begitu lemah, mencerminkan sangat amatir, tidak profesional.

“Saya kira hanya ada satu faktor yang bisa membuat Kejagung ‘konyol’ seperti itu. Yaitu, di bawah tekanan (politik). Kemudian saya ditanya, kalau Kejagung di bawah tekanan politik, siapa aktornya? Untuk itu cuma ada dua kemungkinan, rezim lama atau rezim baru: Jokowi atau Prabowo,” ungkap Anthony Budiawan.

Banyak pihak menuding Prabowo Subianto di belakang penetapan tersangka ini. Bahkan ada satu media asing, SCMP, langsung menurunkan berita yang sangat mendiskreditkan Prabowo.

Dugaan “bukan Prabowo tapi Jokowi” diperkuat dengan adanya tulisan di media asing asal China, South China Morning Post (SCMP), dengan judul keras yang mendiskreditkan Prabowo: Indonesia’s Prabowo Playing Constitutional Hardball Arresting Widodo Critic / ‘Constitutional hardball?’ Beyond the arrest of Indonesia ex-minister Thomas Lembong.

Karena itu, “Saya kira Prabowo tidak tahu apa-apa. Saya menduga kuat, kalau ini memang bermotif politik seperti dugaan saya, maka tidak ada orang lain selain Joko Widodo ada di balik drama Tom Lembong,” lanjut Anthony Budiawan kepada Freedom News.

Ia mempunyai alasan dan analisis berbasis data yang cukup kuat. Pertama, sprindik (surat perintah penyidikan) kepada Tom Lembong sudah dikeluarkan sekitar Oktober tahun lalu (2023) menjelang Pilpres 2024.

Ketika itu Tom Lembong ditunjuk sebagai Tim Sukses dan Co-captain Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar. Apakah kebetulan? Hampir mustahil. Lho, kok tiba-tiba ada sprindik? Memangnya kapan penyelidikan dimulai?

Tapi anehnya, jaksa penyidik mengaku tidak tahu kapan penyelidikan kasus Tom Lembong dimulai, seperti pengakuan Abdul Qohar, Direktur Penyidik pada Jaksa Agung Muda bidang Tindak Pidana Khusus, yang dimuat di berbagai media:

"Kita sudah tahap penyidikan satu tahun, artinya penyidikan sebelum itu (pilpres). Saya tidak punya data ini mulai kapan (penyelidikannya), tapi yang pasti sistem dari penyidikan adalah penyelidikan, itulah tahap yang telah diatur dan ditentukan dalam KUHAP, cukup ya," tegas Qohar.

Hampir setahun sejak sprindik tersebut diterbitkan, Tom Lembong tidak pernah diperiksa. Akhirnya, pada 8 Oktober 2024, Tom Lembong diperiksa sebagai saksi untuk pertama kalinya.

Ketika itu, Jokowi masih berkuasa dan bisa saja mendesak Kejagung untuk mempercepat proses ‘tersangkakan’ Tom Lembong. Artinya, Prabowo ketika itu tidak dalam posisi bisa minta mengusut Tom Lembong.

Setelah itu, pemeriksaan kepada Tom Lembong memang dipercepat, super cepat, setiap minggu.

Pemeriksaan kedua dilakukan pada 16 Oktober 2024, pemeriksaan ketiga pada 22 Oktober 2024, dan pemeriksaan keempat pada 29 Oktober 2024, sekaligus menetapkan Tom Lembong tersangka kasus impor gula 2015, dan langsung ditahan.

Jika mencermati kronologi ini, hampir mustahil Prabowo berada di belakang drama Tom Lembong. Artinya, secara otomatis, dugaan aktor drama ‘tersangkakan’ Tom Lembong tertuju pada Jokowi. Tidak bisa lain.

Tampaknya, skenario ini bagian dari design besar. Seperti pepatah bilang, sekali tepuk dua lalat, sekali dayung dua pulau terlampaui.

Artinya, menangkap Tom Lembong sebagai orang penting di kubu oposisi, sekaligus diskreditkan Prabowo Subianto di awal kekuasaannya agar dianggap ‘otoriter’, untuk membenarkan pendapat sebagian orang yang masih beranggapan Prabowo memang seperti itu.

Tampaknya, skenario awalnya Jokowi berharap, dengan penangkapan Tom Lembong, secara tak langsung bisa menyudutkan Prabowo. Tapi, Jokowi ternyata salah pilih lawan.

Mungkin dengan Tom Lembong ditetapkan sebagai tersangka, perlawanan akan meredup. Justru yang terjadi sebalknya, Tom Lembong mendapat dukungan netizen dan pakar hukum.

Mereka meminta Kejagung juga memeriksa Mendag selain Tom Lembong dan sekaligus menyebut kuota impor gula yang dilakukannya saat menjabat. Setidaknya, mengutip Pikiran-Rakyat.com, ada enam Mendag semasa pemerintahan Presiden Jokowi.

Satu; Rachmat Gobel (2014-2015) Impor gula sekitar 3,36 juta ton mayoritas dari Thailand, Australia, dan Brasil.

Dua; Tom Lembong (2015-2016) Impor gula sekitar 4,74 juta ton mayoritas dari Thailand, Austrlia, dan Brasil.

Tiga; Enggartiasto Lukita (2016-2019) Tahun 2016, impor gula sekitar 4,74 juta ton mayoritas dari Thailand, Austrlia, dan Brasil. Tahun 2017, impor gula sekitar 4,48 juta ton mayoritas dari Thailand, Austrlia, dan Brasil. Tahun 2018, impor gula sekitar 5,02 juta ton mayoritas dari Thailand, Austrlia, dan Brasil. Tahun 2019, impor gula sekitar 4,09 juta ton mayoritas dari Thailand, Austrlia, dan Korea Selatan.

Empat; Agus Suparmanto (2019-2020) Impor gula sekitar 5,53 juta ton mayoritas dari Thailand, Austrlia, dan Brasil.

Lima; Muhammad Luthfi (2020-2022) Tahun 2021, impor gula sekitar 5,48 juta ton mayoritas dari India, Austrlia, dan Brasil. Tahun 2022, impor gula sekitar 6 juta ton mayoritas dari Thailand, India, dan Brasil.

Enam; Zulkifli Hasan (2022-2024) Tahun 2023, impor gula sekitar 5,06 juta ton mayoritas dari Thailand, Austrlia, dan Brasil. Periode Januari-September 2024, impor gula sekitar 3,66 ton.

Akan tetapi, Kejagung memastikan tidak ada menteri lain yang ikut diperiksa dalam kasus korupsi impor gula yang menjerat Tom Lembong.

Rasanya sangatlah tidak adil, jika yang diperiksa terkait impor gula tersebut hanya dilakukan pada Tom Lembong. Dari sini saja sudah tampak upaya kriminalisasi atas Tom Lembong, seperti yang disampaikan oleh Dino Patti Djalal.

Mantan Jubir Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), mantan Wakil Menteri Luar Negeri, serta pernah menjabat Dubes RI untuk Amerika Serikat itu memberikan dukungan kepada Tom Lembong. Ia percaya bahwa Tom Lembong tidak melakukan korupsi untuk memperkaya diri sendiri.

Dalam keterangannya, Dino Patti Djalal mengaku sudah lama mengenal baik Tom Lembong sejak lama.

"Saya kenal baik Tom Lembong sejak 2003. Dia waktu itu aktif mendukung SBY. Saya mengenal Tom sebagai sosok yang mempunyai intelektualitas tinggi, baik hati, tidak korup, dan idealis. Dia selalu kritis melihat berbagai masalah bangsa," kata Dino di tulisannya di akun X miliknya, Kamis (31/10/2024).

"Saya juga tahu dia punya banyak musuh sejak berbalik badan menentang mantan bosnya," tulis Dino tanpa menjelaskan lebih lanjut soal 'musuh' dan 'mantan bos' yang dimaksud itu. Meski tak sebut nama, ‘mantan bos’ yang dimaksud jelas tertuju pada Jokowi.

Akan halnya ‘musuh’, jelas ini lebih mengarah pada sosok Gibran Rakabuming Raka yang pernah menyebut nama Tom Lembong saat Debat Pilpres 2024 lalu sebagai tokoh yang ada di balik Anies yang memberikan bahan materi debatnya. Sehingga nama Tom Lembong menjadi viral.

Tom Lembong disebut Dino Patti Djalal sejak 2003 aktif mendukung SBY untuk maju Pilpres 2004. Sentilan Dino Patti Djalal ini jelas punya pesan kepada SBY, “Jangan lupakan Tom Lembong yang pernah mendukung SBY. Jangan diam saja!”

Tom Lembong dijerat sebagai tersangka kasus dugaan korupsi importasi gula selaku Menteri Perdagangan pada 2015-2016. Negara disebut mengalami kerugian hingga Rp 400 miliar.

Kejagung menduga perbuatan korupsi itu terkait penerbitan izin impor yang diterbitkan oleh Tom Lembong. Namun, dari kerugian negara Rp 400 miliar itu, belum ada indikasi berapa keuntungan yang didapat Tom Lembong. Kejagung menyebut hal tersebut masih akan didalami.

Dino Patti Djalal meyakini Tom Lembong tidak berbuat korupsi memperkaya diri sendiri. Informasi penting disajikan secara kronologis.

"Kalaupun ada langkah kebijakannya yang keliru, saya sinyalir itu bukan karena motivasi (untuk) memperkaya diri, dan lebih karena false judgment atau oversight. Namun memberikan celah untuk dijerat oleh pihak yang mampu memberdayakan mekanisme 'adanya pengaduan masyarakat' (yang dalam dunia hukum kita bisa direkayasa)," papar Dino Patti Djalal.

Terkait impor gula, ia merujuk pemberitaan bahwa sejumlah Menteri Perdagangan setelah Tom Lembong pun banyak yang melakukannya. Ia pun menyinggung bahwa penegakan hukum perlu konsisten. "_God be with you, To_m," tadasnya. (*)