Jokowi Sukses Gagalkan PDIP Bergabung Kabinet 100 Menteri Prabowo
Prabowo yang dilantik pada 20 Oktober 2024 punya pekerjaan besar. Lepas dari bayang-bayang dan ranjau politik yang ditanam Jokowi. Untuk lepas dari bayang-bayang Jokowi, Prabowo butuh kekuatan penuh.
Oleh: Tarmidzi Yusuf, Kolumnis
SEPULUH (10) hari jelang lengser Joko Widodo masih menyala. Terbukti Kabinet 100 Menteri Prabowo Subianto mayoritas diisi loyalis Jokowi. Kabinet Jokowi jilid tiga dilanjutkan Prabowo.
Bukti lain. Ini yang tidak dikehendaki oleh Jokowi. Adalah bersatunya Prabowo dengan Megawati Soekarnoputri. Jokowi sukses besar di balik gagalnya PDIP masuk kabinet 100 menteri Prabowo.
Meski ada Budi Gunawan saat pembekalan menteri di Hambalang, Budi Gunawan diganti di menit-menit akhir kekuasaan Jokowi dari Kepala BIN. Sebagaimana kita ketahui, Budi Gunawan dikenal sebagai orang dekat Megawati Soekarnoputri. Langkah awal Prabowo merangkul MSP yang direstui Jokowi.
Jika benar Budi Gunawan masuk kabinet 100 menteri Prabowo bukan representasi dari MSP dan PDIP. Hal ini dikonfirmasi oleh elit PDIP, Deddy Sitorus bahwa BG bukan kader PDIP. Walaupun sulit memisahkan bahwa BG alias Budi Gunawan orangnya MSP.
Gagalnya PDIP masuk kabinet 100 menteri Prabowo ditandai gagalnya pertemuan Prabowo dan Megawati Soekarnoputri. Beredar kabar PS dan MSP akan bertemu sebelum 20 Oktober 2024.
Gagalnya pertemuan antara PS dan MSP dan gagalnya PDIP bergabung di kabinet 100 menteri Prabowo dikarenakan tidak tercapainya kesepakatan politik antara PS dan MSP.
Alotnya deal politik antara PS dan MSP kabarnya karena MSP kurang berkenan dengan komposisi kabinet 100 menteri Prabowo yang didominasi oleh menteri dan loyalis Jokowi.
Niat Prabowo tanpa oposisi tampaknya tak mudah. PDIP, NasDem dan PKS berpotensi menjadi oposisi. Apalagi kabinet 100 menteri Prabowo tidak ada perwakilan kader ketiga partai tersebut, PDIP, NasDem dan PKS.
PDIP memiliki 110 kursi, NasDem 69 kursi dan PKS 53 kursi DPR. Total 232 kursi atau 40 persen dari jumlah kursi DPR. Jumlah yang tidak sedikit untuk "menganggu" stabilitas Pemerintahan dari Prabowo. Tentu Jokowi diuntungkan dengan tidak bergabungnya PDIP, NasDem dan PKS dalam kabinet 100 menteri Prabowo.
Penulis memprediksi gagalnya PDIP dan PKS menempatkan kadernya di kabinet 100 menteri Prabowo karena faktor campur tangan Jokowi dalam penyusunan kabinet 100 menteri Prabowo. Bahkan kabinet 100 menteri Prabowo sebagai bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak.
Sedangkan alasan NasDem tidak mengirim kadernya di kabinet 100 menteri Prabowo kemungkinan karena strategi NasDem dan Surya Paloh lima tahun ke depan. Mungkin juga Surya Paloh alias SP mencium aroma umur pendek kabinet 100 menteri Prabowo seperti kabinet 100 menteri Soekarno di tahun 1966 yang tak sampai 35 hari.
Bahwa akan ada pertarungan di belakang layar untuk mengganti Prabowo di tengah jalan oleh putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sebagai Wapres.
Prabowo yang dilantik pada 20 Oktober 2024 punya pekerjaan besar. Lepas dari bayang-bayang dan ranjau politik yang ditanam Jokowi. Untuk lepas dari bayang-bayang Jokowi, Prabowo butuh kekuatan penuh.
Dukungan PDIP terhadap Prabowo yang tidak dikehendaki Jokowi merupakan agenda selanjutnya agar bom waktu yang ditanam Jokowi gagal meledak. (*)