Justru Anies yang Berpotensi Menang Satu Putaran Jika Tidak Curang

Tercatat, hingga saat ini, Indonesia Mengajar sudah menempatkan sekitar 1.076 orang Pengajar Muda ke 38 daerah di berbagai pelosok Indonesia. Makanya, jangan terkejut ketika kampanye itu nama Anies Baswedan sudah dikenal di berbagai pelosok Indonesia, dan membludak massanya.

Oleh: Mochamad Toha, Wartawan Freedom News

KAMPANYE Paslon 02 Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka yang selalu sesumbar bisa menang satu putaran, tampaknya hanya akan terwujud jika terjadi pencurangan. Apalagi, memang ada dugaan keterlibatan intelijen China yang mulai beroperasi di Timor Leste dan Pulau Solomon, seperti yang viral di sebuah podcast media sosial.

Teranyar, dalam Kirab Kebangsaan yang berlangsung di Kota Semarang pada Ahad (28/1/2024), narasi satu putaran pun masih saja dilontarkan oleh Menteri Perdagangan yang juga Ketum PAN Zulkifli Hasan.

Selama ini sesumbar Prabowo – Gibran menang satu putaran tersebut tampaknya bersumber dari hasil beberapa lembaga survei yang rata-rata diambil dari kisaran 1.200 responden yang tersebar di 38 provinsi di Indonesia. Dan, rata-rata metodenya melalui wawancara via telepon. Apakah dengan 1.200 responden tersebut sudah mewakili suara pemilih, rasanya koq tidak mungkin.

Cilakanya, ternyata hasil survei itulah yang kemudian dijadikan rujukan oleh pengamat politik yang terkesan memang pendukung Prabowo – Gibran. Terlebih lagi, bukan tidak mungkin hasil survei ini juga menjadi rujukan Tim Nasional Pemenangan Prabowo – Gibran yang tentunya memang sengaja disemburkan untuk menggiring opini dan mempengaruhi masyarakat pemilih.

Sehingga ketika perhitungan suara hasil Pilpres 2024 mulai diumumkan dengan Quick Count, maka yang keluar dapat dipastikan angka perolehan suaranya nyaris sama dengan hasil survei yang ada selama ini. Benarkah paslon 02 Prabowo – Gibran ini bisa memenangkan satu putaran?

Ada baiknya kita simak tulisan Pakar Hukum Pidana Universitas Indonesia (UI) Chudry Sitompul. Ia mengukur secara logika, kandidat Capres – Cawapres pada Pilpres 2024 menang satu putaran. Apa iya?

Karena, masih ada syarat minimal perolehan suara 20 persen di setiap provinsi yang tersebar lebih dari setengah jumlah provinsi. Kalau jumlah provinsi ada 38, berarti setidaknya Prabowo – Gibran juga harus memperoleh 20 persen di 20 provinsi. Apa bisa?

Kalaupun paslon 02 ini menang dan bisa menguasai dua provinsi di Jawa, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur plus Sumatera Utara dan Sulawesi Utara, misalnya, belum tentu kemenangan berhasil diraih di provinsi luar Jawa yang sudah dikuasai paslon 01 Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar.

Lebih jauh lagi, misalnya, kalau pun paslon 02 menang secara nasional dengan angka perolehan suaranya 50 persen plus 1, belum bisa disebut menjadi pemenang jika perolehan suaranya di 20 provinsi itu tidak sampai 20 persen.

Hasil survei beberapa lembaga survei “partisan” yang mengunggulkan paslon 02 akan memperoleh suara sebesar kisaran 46 – 49 persen. Jika kita merujuk kepada ketentuan konstitusi, pendapat pengamat politik tersebut bisa menyesatkan (miss leading). Begitu tulis Chudry Sitompul.

Karena menurut Pasal 6 A ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) menyatakan bahwa Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

Jadi, lebih jelasnya bahwa ketentuan terpilihnya seseorang menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia sesuai ketentuan pasal 6A ayat 3 UUD 1945 adalah memperoleh suara lebih dari 50 % (lima puluh persen) dengan sebaran sedikitnya 20 % (duapuluh persen) suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari ½ (setengah) jumlah provinsi di Indonesia.

Dengan demikian paslon Prabowo – Gibran akan menang satu putaran, selain harus memperoleh suara 50 persen plus satu, juga harus memperoleh 20 persen suara di setiap provinsi dengan sebaran suara lebih dari setengah jumlah 38 provinsi.

Seperti diketahui bahwa sampai dengan saat ini tidak ada satupun lembaga survei yang melakukan survei perolehan suara dari tiga paslon Capres – Cawapres di 38 provinsi. Termasuk paslon 03 Ganjar Pranowo – Mahfud MD.

Berdasarkan uraian di atas, walaupun ada hasil survei (katakanlah survei tersebut sudah mengikuti metodologi survei yang benar) yang menyatakan paslon Prabowo – Gibran memperoleh suara antara 46 – 49 persen, tapi tidak ada data hasil survei yang menunjukan bahwa paslon 02 ini bisa memperoleh suara 20 persen di lebih dari separuh jumlah provinsi, yakni 20 provinsi.

Menurut Chudry, jika menyimak keterangan dari lembaga-lembaga survei yang melakukan survei itu, jumlah responden yang diinterview (melalui telpon) adalah 1.200 responden dari 38 provinsi, maka 1.200 responden sangat kecil jumlah populasinya, sehingga akan sulit untuk menghitung persentase dari setiap paslon di 38 propinsi.

Mengingat di dalam putaran pertama ada tiga paslon capres, maka akan kompleks (rumit secara metodologi survei yang harus menggunakan multistage sampling) untuk menghitung perolehan suara ketiga paslon di 38 provinsi. Kecuali dalam putaran pertama cuma hanya ada dua paslon.

Dengan demikian pendapat pengamat politik tersebut hanya ingin menggiring opini dan emosi publik bahwa paslon Prabowo – Gibran akan menang dalam satu putaran.

Dengan kata lain, paslon 02 ini belum tentu menang satu putaran, kecuali ada pencurangan seperti yang terjadi pada Pilpres 2019. Hanya dalam waktu beberapa detik atau menit setelah listrik padam, tiba-tiba angkanya berubah terbalik paslon Joko Widodo – Ma’ruf Amin menjadi pemenang, mengalahkan paslon Prabowo Subianto – Sandiaga Salahuddin Uno.

Mungkinkah modus seperti Pilpres 2019 tersebut terulang lagi? Bukan tidak mungkin pencurangan seperti itu diulang kembali. Apalagi, survei yang mengiringinya nyaris sama dengan yang dilakukan saat ini. Diikuti lagi dengan hasil Quick Count yang menggiring hasil Pilpres 2019.

Klop sudah! Hasil akhir hitungan KPU pun juga sesuai dengan QC lembaga survei saat itu: Jokowi – Ma’ruf menang! Saya sempat melihat video serangan cyber terhadap server KPU yang berasal dari luar negeri yang hanya diketahui dan beredar di “kalangan terbatas”.

Bukan tidak mungkin, seperti yang saya singgung pada awal tulisan ini, serangan cyber KPU yang berusaha mengacak-acak hasil Pilpres 2024 untuk memenangkan paslon Prabowo – Gibran mulai dilakukan pihak berkepentingan luar negeri yang berbasis di Timor Leste dan Pulau Solomon tadi.

Makanya, paslon 02 sebegitu yakinnya selalu sesumbar akan menang satu putaran. Padahal, jika dilihat fakta di lapangan sebelum maupun ketika kampanye, justru paslon 01 Anies – Muhaimin lah yang berpeluang menang satu putaran itu.

Karena bisa menguasai massa baik di Jawa maupun luar Jawa. Rakyat sudah bosan dengan janji-janji politik Presiden Joko Widodo. Sehingga rakyat pun sangat menginginkan perubahan. Paslon Anies – Muhaimin memberikan harapan akan perubahan itu.

Berbagai prestasi Anies Baswedan ketika menjabat Gubernur DKI Jakarta sudah membuktikannya. Sementara itu, paslon 02 Prabowo – Gibran “baru akan” mengulang janji-janji politik seperti Jokowi.

Saat paslon lainnya masih menebar janji-janji politik, Capres 01 Anies Baswedan sudah melakukan program untuk kemajuan pendidikan rakyat pedalaman melalui Indonesia Mengajar. Anies adalah Ketua Pelaksana dari Gerakan Indonesia Mengajar (GIM) yang saat itu Rektor Universitas Paramadina.

Pada pertengahan 2009 Anies mulai mengajak beberapa kawan seide untuk membentuk GIM dan mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia, bukan melalui seminar dan diskusi tetapi melalui program konkret mengirimkan sarjana terbaik Indonesia menjadi Guru SD.

Tercatat, hingga saat ini, Indonesia Mengajar sudah menempatkan sekitar 1.076 orang Pengajar Muda ke 38 daerah di berbagai pelosok Indonesia. Makanya, jangan terkejut ketika kampanye itu nama Anies Baswedan sudah dikenal di berbagai pelosok Indonesia, dan membludak massanya.

Seperti di Kabupaten Fakfak (Papua Barat), Kabupaten Teluk Wondama (Papua Barat), Kabupaten Maybrat (Papua Barat Daya), Kabupaten Kepulauan Yapen (Papua), dan Kabupaten Pegunungan Bintang (Papua Pegunungan).

Masyarakat pedalaman itu sangat menghormati profesi guru dan dosen. Makanya, di manapun itu mereka ditugaskan, tak akan ada yang mengganggu, seperti halnya mereka yang bertugas di Bumi Cendrawasih ini. Karena mereka sangat dihormati dan dihargai.

Kalau paham sosiologi dan ilmu sosial lainnya, paslon 02 pusing terjegalnya di sini. Ini yang bikin 02 susah untuk menang satu putaran itu. Dan, Anies cukup cerdas dan cerdik mengolah ini.

Paslon 01 Anies – Muhaimin boleh kalah di Jateng dan Jatim, plus Sumut atau Sulut, tapi di provinsi lain Anies sudah kantungi di atas 20 % menyebar dan merata. Di sinilah justru paslon 01 berpeluang menang satu putaran. (*)