Klaiman Menang Satu Putaran Prabowo: Sinyal Curang?

"Bukan Anies akan dikunci tidak dipilih rakyat, tidak. Dia dikunci oleh Pak Jokowi, dan itu yang akan menunjukkan bahwa kalau Anies mau menang, dia mesti menang satu putaran itu, berarti dia musti 50 persen, lompatin mesin politik atau penghalang yang ditaruh oleh Jokowi," sambungnya.

Oleh: Mochamad Toha, Wartawan Freedom News

SEBUAH Video TPN Prabowo – Gibran akui ada Anggaran Rp 400 triliun untuk Program Kampanye di 11 Provinsi, termasuk Lampung, hari-hari ini viral. Demikian ditulis Kilat.com, Senin (18 Desember 2023 | 15:13 WIB).

Capres Prabowo Subianto dan Cawapres Gibran Rakabuming Raka diisukan menganggarkan uang sebesar Rp 400 triliun untuk menjalankan program kampanye.

Dari isu yang beredar, dana Rp 400 triliun dianggarkan, agar Prabowo – Gibran bisa menang di 11 provinsi, termasuk di Lampung dalam Pilpres 2024.

Isu anggaran Rp 400 triliun ini mencuat ke publik setelah beredar video salah satu anggota TPN Prabowo – Gibran, yakni Kurniawan, membuat peryataan demikian di depan media.

Dilansir Kilat.com dari postingan video Umar Al Chelsea di aplikasi X, Kurniawan mengatakan, "Kalau Prabowo sudah mengatakan anggaran 400 triliun untuk pergerakan dari Sabang sampai Merauke," ungkapnya.

"Ada 11 provinsi yang prioritas menang mutlak termasuk diantaranya Lampung, ya tinggal bagi saja," lanjut Kurniawan. Kurniawan juga menambahkan bahwa intinya anggaran itu no limited, atau tidak ada batasan dalam anggaran tersebut.

"Kita tidak dibatasi berapa jumlah anggarannya berapa, tapi tinggal mempertanggung jawabkan," kata Kurniawan. "Bagaimana anda mengolah anggaran supaya semua program bisa berjalan untuk memenangkan Prabowo," imbuhnya

Video Kurniawan tersebut cukup meminta perhatian dari netizen terbukti video itu sudah ditonton 2.750 penguna aplikasi X. Video itu juga menimbulkan beragam komentar dari netizen, ada yang beranggapan bahwa punya dana gede seharusnya juga punya program yang bagus.

"Ini yang dimaksud oleh Pak Anies Baswedan, biaya kampanye diatur biar nggak begini jadinya, seenaknya dan semaunya dana unlimited untuk kampanye, tapi programnya kosong," komentar salah satu netizen.

"Gede dana untuk serangan fajar doang...nggak menghasilkan pemimpin berkualitas," sahut netizen lain di postingan tersebut. Dan, ada juga netizen yang bingung jika apa yang dibilang itu benar nanti bagaimana cara mengembalikan dana yang sudah dikeluarkan.

Dalam berita Fajar.co.id, pada Senin (18 Desember 2023 14:31 PM), Pegiat Media Sosial Tifauzia Tyassuma sempat mengomentarinya. Informasi ini diperoleh Dokter Tifa dalam sebuah berita online yang saat ini telah dihapus atau tampilan 404.

"TKN siapkan dana kampanye Rp 400 T!" ujar Dokter Tifa dalam keterangannya di aplikasi X @DokterTifa (18/12/2023). Dikatakannya, meski berita itu sudah 404, namun telah menjadi konsumsi masyarakat enam hari sebelumnya.

"Walau berita ini sudah 404 alias lenyap setelah tayang 6 hari," ucapnya. Ditekankan Dokter Tifa, seandainya isi berita itu benar adanya, maka ini merupakan informasi yang sangat mengagetkan. "Bikin kaget juga kalau ini benar," tukasnya.

Sinyal Curang?

Indikasi adanya upaya pencurangan Pilpres 2024 sebenarnya sudah tampak jelas di depan mata. Sesumbar Presiden Joko Widodo yang akan cawe-cawe adalah salah satu buktinya. Di layar TV Swasta hampir setiap saat ada iklan, “PSI Menang, Pasti Menang!”

Kita tahu, siapa Ketum PSI yang tidak lain adalah putera bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, yang baru 3 hari menjadi anggota PSI, langsung ditetapkan sebagai Ketum PSI secara aklamasi. Aturan atau AD/ART dalam sebuah partai politik pada umumnya sudah tidak berlaku lagi.

Adanya pengerahan aparat Kepolisian di berbagai daerah yang sempat diungkap Aiman Wicaksono ke publik yang berbuntut pada pelaporan dirinya ke Polisi, juga menjadi indikasi adanya upaya untuk pencurangan yang menunjukkan aparat tidak netral.

Informasi yang diperoleh mantan wartawan Kompas TV itu tentunya tidak sembarangan. Dipastikan, ia juga dapat informasi itu dari kalangan internal Polri yang gerah atas instrukti pimpinannya, terkait dengan “perintah” agar membantu pemenangan Prabowo – Gibran.

Sebenarnya informasi yang disampaikan Aiman yang kini menjadi politisi PDIP itu setidaknya telah menunjukkan, di internal Polri masih ada dan banyak anggota Bhayangkara yang bersikap “lurus” memegang teguh aturan terkait Pilpres 2024. Polri harus netral.

Mereka pasti sudah tahu dan membaca bagaimana skandal Putusan 90 MK yang akhirnya sampai meloloskan Gibran bisa menjadi Cawapres Prabowo. Meski Ketua MK Anwar Usman divonis Majelis Kehormatan MK terbukti “melanggar etik berat”, toh Gibran tetap melenggang.

Putera sulung Jokowi itupun sempat dijuluki TEMPO sebagai “Anak Haram Konstitusi”. Sayangnya, meski putusan Paman Anwar Usman yang dihasilkan itu telah “melanggar etik berat”, Ketua MKMK Jimly Asshiddiqie tidak memerintahkan agar MK memeriksa kembali Putusan 90 tersebut.

Jika langkah awal dimulai dengan “melanggar etik berat”, dapat dipastikan selanjutnya akan diikuti dengan bagaimana agar Prabowo – Gibran bisa menang dalam satu putaran. Dan itu semua selalu disampaikan dalam setiap kampanyenya.

Apalagi ditambah dukungan dari lembaga survei “berbayar” yang mengunggulkan pasangan nomor urut 02 ini selalu berada di urutan teratas dibanding paslon 01 Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar dan paslon 03 Ganjar Pranowo – Mahfud MD.

Klaiman bakal menang satu putaran itu tampaknya sengaja “disemburkan” ke masyarakat supaya jika saat Pilpres 2024 nanti memang “menang”, justru bisa menutupi pencurangan yang disokong oleh Presiden Jokowi sendiri. Rakyat tidak boleh protes! Termasuk, dua paslon lainnya.

Jika tidak terima, silakan gugat melalui “Mahkamah Keluarga”. Jejak digital pengalaman Pilpres 2014 dan 2019 telah membuktikan: Jokowi tetap “dimenangkan” MK atas gugatan Prabowo yang saat itu menjadi rivalnya. Padahal, Pilpres 2019 jelas sekali bagaimana pencurangan itu terjadi.

Bagaimana bisa dalam waktu beberapa menit, bahkan, detik, suara Prabowo tiba-tiba dikalahkan dan berbalik menjadi kemenangan Jokowi. Hal ini terjadi setelah ada pemadaman aliran listrik PLN di Jakarta dalam waktu beberapa menit. Akankah modus ini diulang lagi?

Yang pasti, untuk memenangkan Prabowo – Gibran, Presiden Jokowi akan mengerahkan seluruh kekuatan dan kekuasannya yang masih bisa dia genggam. Coba lihat bagaimana Jokowi, Jum’at (5/1/2024), mengundang Prabowo makan malam di salah satu restoran di kawasan Jakarta Pusat.

Seorang presiden mengajak makan malang seorang Menhan aktif yang sedang maju Pilpres 2024. Apapun dalihnya, Jokowi adalah seorang Presiden, dan Prabowo adalah capres yang sedang ikut kontestasi Pilpres 2024. Apalagi makan malam dilakukan 2 hari jelang Debat Ketiga Capres, Ahad (7/1/2024).

"Selamat berakhir pekan," demikian tulis Prabowo dikutip dari akun Instagramnya @prabowo, Sabtu (6/1/2024). Pesan “berakhir pekan” dan alasan lainnya itu, menurut Koordinator Kajian Politik Merah Putih Sutoyo Abadi, adalah bahasa politik biasa untuk masyarakat awam.

Itu sinyal ada masalah sangat serius untuk target kemenangan tidak boleh gagal. “Tercium info, ada kegelisahan Jokowi dan Prabowo. Bagi Jokowi kekalahan dalam pilpres mendatang adalah bencana bagi diri dan keluarga, Oligarki dan kroni-kroninya,” tulis Sutoyo Abadi.

Skenario pertemuan itu memang sengaja dipertontonkan ke masyarakat luas bahwa penguasa full mendukung paslon Prabowo – Gibran harus menang dengan cara apapun dan resiko apapun yang harus ditanggungnya. Di sinilah pencurangan itu dimulai.

Boleh jadi, ini adalah wujud kongkrit kegalauan dan ketakutan Jokowi yang makin akut. Karena, semakin hari keyakinan akan kekalahan Prabowo – Gibran, oleh serbuan medsos dan dukungan untuk paslon Anies – Muhaimin yang minim segala fasilitasnya justru makin militan dan membesar.

Sebuah lembaga survei asal Australia Utting Research menyoroti lonjakan dukungan pemilih yang mencolok untuk calon presiden nomor urut 01 itu. Utting Research mencatat kenaikan mencolok jumlah pemilih dari Anies Baswedan sebesar 6 persen.

“Dukungan terhadap (Anies) Baswedan meningkat enam persen, tambahan suara signifikan yang membuatnya menjadi kontender kuat dalam pertarungan. Hasil survei menunjukkan bahwa (Anies) Baswedan mendapatkan 28 persen suara,” kata John Utting.

Menurutnya, “Kenaikan ini menjadi titik balik, menjadikan Anies sebagai penantang utama dalam pemilihan," lanjut Managing Director Utting Research itu, Kamis (4/1/2024). Sedangkan Prabowo Subianto mengalami penurunan signifikan, yakni turun 6 persen menjadi 44 persen.

Sementara, untuk Ganjar, kata Utting, stagnan di posisi 21 persen. Menurut Utting, jika pola ini berlanjut dan Anies bisa melanjutkan momentum ini dalam debat-debat capres berikutnya, bisa diperkirakan dia bakal mampu menyaingi Prabowo pada hari pemilihan.

Menanggapi hasil survei tersebut, Rocky Gerung dalam kanal Youtube Rocky Gerung Official edisi Sabtu (6/1/2024) mengatakan, “Saya kira itu benar karena sebetulnya kalau kita baca literatur, tidak ada dalam sejarah sistem demokrasi seseorang yang sudah memerintah dua periode masih diinginkan.”

Jadi, lanjut Rocky, perubahan itu memang tiba pada saat yang tepat dan diambil-alih sebagai isu oleh Anies. Bukan karena Anies sendiri yang ingin perubahan, tapi memang sejarah begitu sifatnya. Karena itu, selalu dianggap bahwa periode kedua itu periode paling lemah.

Hal itu pula yang mungkin diambil-alih oleh Anies, dan yang menandakan bahwa kendati Prabowo atau Gibran berupaya untuk mengendalilkan dengan cara yang masuk akal, tetapi orang tetap saja menganggap bahwa dia cuma mau meneruskan Jokowi.

Anies justru sebaliknya, orang masih menduga-duga Anies mau membuat apa. Dalam keadaan ketidaktahuan, orang justru memberi harapan, orang berinvestasi pada sesuatu yang dianggap baru. Ganjar tetap dianggap sebagai penerus Jokowi juga sebetulnya.

Melihat hasil-hasil survei tadi, sudah hampir pasti bahwa Pilpres 2024 tidak mungkin satu putaran. Lembaga-lembaga survei dalam negeri pun mulai mengonfirmasi hal ini. Bahkan, ada yang optimis kalau satu putaran itu berarti Anies dan Imin yang menang, meski tetap saja Jokowi dengan mesin kekuasaannya tentu masih akan punya pengaruh.

“Iya, pengaruh membesarkan Gibran di dalam koalisi Prabowo dan pengaruh untuk menghalangi Anies. Itu juga yang akan menunjukkan bahwa kalau Anies mau menang, dia mesti menang satu putaran, dan berarti dia mesti 50%. Lompatin mesin-mesin politik atau penghalang yang ditaruh oleh Jokowi,” saran Rocky.

Caranya adalah Jokowi mesti dihentikan dulu sebagai presiden supaya dia kehilangan kekuasaan memakai peralatan yang dia miliki selama ini. "Dan pengaruh untuk menghalangi Anies, itu yang dulu saya prediksi bahwa Anies itu akan dikunci di 17 persen oleh mesin politik Jokowi," tuturnya seperti dilansir Youtube Rocky Gerung Official.

"Bukan Anies akan dikunci tidak dipilih rakyat, tidak. Dia dikunci oleh Pak Jokowi, dan itu yang akan menunjukkan bahwa kalau Anies mau menang, dia mesti menang satu putaran itu, berarti dia musti 50 persen, lompatin mesin politik atau penghalang yang ditaruh oleh Jokowi," sambungnya.

“Jadi, Anies bisa menang satu putaran kalau Jokowi tidak lagi sebagai presiden. Itu kira-kira begitu,” tegas Rocky. Artinya, Pilpres Tanpa Jokowi. (*)