Mengenang Ismed Hasan Putro: Mencari Payung Tebal di Padang Mahsyar
Ketika ditanya apakah akan bersedia sekiranya ada ormas Islam lain yang meminta dirinya sebagai ketua umum atau sebagai pengurus, secara tegas Ismed menampik. “Tidaklah. Ngurus IPHI saja sudah berdarah-darah, saya ingin lebih fokus di IPHI,“ tegasnya.
Oleh: Taryono Asa, Jurnalis Senior
KETERPANGGILAN Ismed Hasan Putro untuk menjadi nakhoda Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) semata-mata didorong oleh semangat lillahi taala. "Saya hanya ingin mencari payung yang tebal di Padang Masyhar,“ kata Ismed ketika ditanya mengapa ia dari seorang pengusaha sukses mau menggeluti organisasi Islam IPHI.
Bagi Ismed untuk mencari materi saat ini sudah cukup. Sejumlah jabatan bergengsi pun pernah ia jalani. Sejumlah perusahaan baik sebagai Komisaris maupun Direktur Utama pun pernah dia raih dan nakhodai. Bahkan sebuah perusahaan BUMN yang prestisius seperti PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) pun pernah dia pimpin.
Sekaranglah saatnya konsentrasi memimpin IPHI dengan berharap mendapat keridloan dari Allah Swt, dan juga keberkahan dari Allah semata. Dengan demikian kelak di Padang Mahsyar akan mendapat naungan payung tebal, saat dibangkitkan di yaumil mahsyar kelak.
Ismed mengaku memimpin ormas Islam IPHI dengan memimpin BUMN ada perbedaan yang sangat menyolok. Kalau di BUMN itu budaya bisnis, budaya disiplin. Tapi kalau di IPHI ini kan budayanya lillahi taala, ikhlas semata-mata mencari ridlo Allah.
Sebagai orang yang malang-melintang di dunia bisnis, Ismed menyadari bahwa sebuah organisasi seharusnya dapat mandiri. Sementara yang terjadi, IPHI belum memiliki potensi pendanaan yang cukup. Sementara kebutuhan per bulan, rata-rata antara Rp 20 juta hingga Rp 25 juta. Jadi ya mau tidak mau harus dari kantong pribadi.
Namun demikian, Ismed tidak berdiam diri melihat realitas yang terjadi di IPHI. Sejumlah terobosan besar sedang dilakukan. Salah satunya adalah merintis usaha yang memungkinkan nantinya IPHI bisa mandiri.
Diharapkan mulai tahun depan melalui aktivitas bisnisnya dari mulai beras, gula, minyak goreng, terigu yang ber merk Haji itu akan menjadi alat bisnis untuk menopang kegiatan program IPHI di tingkat pusat dan juga di daerah.
Ismed yakin kegiatan usaha IPHI yang tengah dirintisnya itu akan mendapat apresiasi dari kalangan jajaran IPHI di pusat maupun daerah, mengingat anggota IPHI yang jumlahnya mencapai 10 juta lebih itu merupakan pasar potensial bagi pengembangan usaha.
Misalnya saja di Jogjakarta, setiap Ahad ada pengajian yang dihadiri oleh 2.000-3.000 jamaah. Jika setiap pengajian dihadiri oleh orang sebanyak itu maka dibutuhkan air minum sebanyak 2.000-3.000 botol minuman. “Daripada membeli merk minuman produk lain, akan jauh lebih baik kalau membeli kemasan minuman Haji yang diproduksi oleh IPHI,“ ujarnya.
Ketika ditanya apakah akan bersedia sekiranya ada ormas Islam lain yang meminta dirinya sebagai ketua umum atau sebagai pengurus, secara tegas Ismed menampik. “Tidaklah. Ngurus IPHI saja sudah berdarah-darah, saya ingin lebih fokus di IPHI,“ tegasnya.
Innalillahi Wainnailaihi Roji'un. Semua rencana Ismed keburu berhenti sampai di sini. Ismed Hasan Putro meninggalkan kita semua, Senin petang (24/6/2024). Semoga Allah SWT menempatkan di sisi-NYA. Aamiin. (*)