Pelajaran dari Ray Dallo: Mengapa Bangsa Berhasil dan Gagal
Menurut Dalio, bangsa yang berhasil adalah bangsa yang mampu berinovasi dan memanfaatkan teknologi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam konteks ini, pendidikan yang berkualitas dan keterbukaan terhadap perubahan memainkan peran penting.
Oleh: Radhar Tribaskoro, Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI)
SAYA telah membaca dua buku dari Ray Dallo, yaitu Principles for Dealing with the Changing World Order: Why Nations Succeed and Fail dan Principles: Life and Work. Keduanya terbit dalam waktu hampir bersamaan, 3-4 tahun lalu.
Ray Dallo seorang multimilyuner dengan aset 200 triliun rupiah lebih, sehingga dua bukunya itu mencerminkan pemahaman dia tentang cara kerja keuangan, ekonomi, dan politik suatu negara. Pemahaman itu membawa kekayaan yang sangat besar untuk diri dan perusahaannya.
Pemahaman Ray Dallo ini kabarnya telah dipresentasikan secara daring kepada calon anggota kabinet Prabowo Subianto. Hal ini menunjukkan bahwa pemikiran Ray Dallo telah mempengaruhi Prabowo Subianto.
Karena Prabowo akan menjadi presiden kita untuk 5 tahun yang akan datang maka penting kiranya untuk memahami apa saja pemikiran Dallo. Dari sana kita bisa melihat apa yang akan dilakukan oleh Prabowo untuk kita.
Pemikiran Ray Dallo
Ray Dalio, pendiri Bridgewater Associates, dikenal bukan hanya sebagai investor sukses, tetapi juga seorang pemikir yang mendalam mengenai siklus ekonomi dan dinamika geopolitik.
Dalam bukunya "Principles for Dealing with the Changing World Order", Dalio mencoba memetakan pola yang menyebabkan sebuah bangsa berhasil atau gagal.
Menurut Dalio, kesuksesan suatu bangsa tidak terjadi secara kebetulan, tetapi merupakan hasil dari interaksi kompleks antara berbagai faktor, seperti kebijakan ekonomi yang bijaksana, juga stabilitas politik, budaya yang mendorong inovasi dan kerja keras, serta peran pendidikan yang efektif dalam membangun sumber daya manusia berkualitas.
Dalio menekankan bahwa kebijakan ekonomi yang baik mencakup pengelolaan utang secara bijak, investasi pada infrastruktur dan teknologi, serta kebijakan fiskal yang berkelanjutan.
Stabilitas politik juga menjadi fondasi penting, di mana pemerintah harus (bisa) mampu menjaga keseimbangan antara kebebasan individu dan kontrol yang diperlukan untuk mempertahankan ketertiban sosial. Selain itu, budaya yang menghargai kerja keras, inovasi, dan kerjasama juga memainkan peran penting dalam menciptakan masyarakat yang produktif dan tangguh.
Pendidikan memiliki peran vital dalam membangun keberhasilan suatu bangsa. Dalio percaya bahwa bangsa yang berhasil adalah bangsa yang mampu menyediakan pendidikan berkualitas tinggi yang merata bagi semua lapisan masyarakat, sehingga menciptakan tenaga kerja yang terampil dan adaptif.
Pendidikan yang efektif bukan hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga membentuk karakter, etika, dan kemampuan berpikir kritis yang diperlukan untuk menghadapi tantangan global.
Sebaliknya, kegagalan suatu bangsa sering kali terkait dengan ketimpangan ekonomi yang semakin melebar, tingginya tingkat korupsi, dan lemahnya institusi yang seharusnya menjaga keadilan dan pemerintahan yang efektif.
Ketimpangan ekonomi, menurut Dalio, dapat memicu ketidakpuasan sosial yang berujung pada konflik internal, yang pada akhirnya melemahkan kohesi sosial dan produktivitas nasional. Bangsa yang gagal sering kali tidak mampu mengelola utangnya, sehingga terjebak dalam lingkaran ketergantungan yang memperburuk kondisi ekonomi mereka.
Syarat Bangsa Berhasil
Dalam bukunya, Dalio menjelaskan bahwa bangsa yang sukses cenderung memiliki sejumlah ciri khas, di antaranya adalah kepemimpinan yang visioner, sistem pendidikan yang kuat, produktivitas yang meningkat, serta adanya keseimbangan antara kebebasan individu dan kontrol pemerintah. Sebaliknya, kegagalan sering kali terjadi ketika suatu bangsa terjebak dalam ketimpangan ekonomi, korupsi, utang yang berlebihan, dan menurunnya kualitas institusi.
Salah satu kutipan Dalio yang cukup terkenal adalah, "The most important force that affects what happens in any country is the strength of the country’s people, which is reflected in the productivity of its workforce." (Dalio, 2021).
Menurutnya, kekuatan bangsa terletak pada kualitas masyarakatnya, terutama terkait produktivitas. Bangsa yang mengutamakan pengembangan sumber daya manusia akan lebih mudah beradaptasi dan bertahan dalam perubahan global.
Dalio juga menyoroti pentingnya siklus kekuatan dan kelemahan ekonomi. Dia menggambarkan bagaimana banyak bangsa yang dulunya jaya mengalami kemunduran saat gagal mempertahankan disiplin fiskal dan mengabaikan investasi jangka panjang.
Bahwa, "History shows us that empires rise when they have sound money and fall when they spend excessively, incur debts, and devalue their currencies." (Dalio, 2021). Ini adalah pelajaran berharga bagi negara-negara yang sedang tumbuh, termasuk Indonesia, agar tidak terperosok dalam jebakan utang dan ketergantungan.
Dalam analisis Dalio, perubahan tatanan dunia itu sangat bergantung pada seberapa baik suatu bangsa bisa menjaga kestabilan dalam hal utang, nilai mata uang, dan perpecahan internal. Dia menyebutkan bahwa salah satu tanda awal kemunduran suatu bangsa adalah meningkatnya ketimpangan sosial.
Ketika ketimpangan meningkat, konflik internal sulit dihindari, yang pada akhirnya melemahkan solidaritas dan produktivitas nasional.
Dalio juga menggarisbawahi pentingnya inovasi dan teknologi tersebut sebagai faktor pendorong keberhasilan.
Menurut Dalio, bangsa yang berhasil adalah bangsa yang mampu berinovasi dan memanfaatkan teknologi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam konteks ini, pendidikan yang berkualitas dan keterbukaan terhadap perubahan memainkan peran penting.
Penutup
Sebagai penutup, Dalio memberikan nasihat bagi para pemimpin bangsa: "The greatest risk is failing to prepare for the future. The best leaders are those who recognize change and adapt to it, rather than resist it." (Dalio, 2021).
Pelajaran ini seharusnya menjadi cermin bagi kita semua, terutama dalam menghadapi tantangan modern seperti perubahan teknologi, ketidakpastian geopolitik, dan ancaman perubahan iklim. (*)