Pemenang Pilpres Dengan Angka Palsu Hasil Kloning
Menebar informasi bohong dan memanipulasi informasi palsu, kepada masyarakat luas. Kejahatan paling buruk adalah memanipulasi angka hasil pemilihan presiden dengan angka palsu hasil kloning angka rekayasa curiannya.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
AI adalah kecerdasan buatan, yaitu Artificial Intelligence (AI) di bidang ilmu komputer yang dikhususkan untuk memecahkan masalah kognitif yang umumnya terkait dengan kecerdasan manusia, seperti, pemecahan masalah, dan pengenalan pola.
Dengan robotika atau adegan futuristik, Kecerdasan Buatan (AI) ini mengungguli robot fiksi ilmiah, ke dalam non-fiksi ilmu komputer canggih modern.
Terkait dengan pilpres bahwa alat kecerdasan buatan yang murah dan kuat tersebut akan segera memungkinkan siapa pun membuat gambar, video, dan audio palsu yang cukup realistis untuk menipu pemilih dan mungkin mempengaruhi pemilihan.
Ancaman yang ditimbulkan oleh AI adalah digunakan untuk membuat foto, audio, video hoaks, yang cukup meyakinkan. Dibuat dengan menggunakan 2 algoritma AI yang saling bertentangan: satunya disebut generator yang lain disebut diskriminatif.
AI generatif yang canggih kini dapat membuat suara manusia yang dikloning dengan gambar, video, dan audio hiper-realistis dalam hitungan detik, dengan biaya minimal.
Ketika diikat ke algoritme media sosial yang kuat, konten palsu dan dibuat secara digital ini dapat menyebar jauh dan cepat dan menargetkan audiens yang sangat spesifik, berpotensi melakukan trik kotor kampanye.
AI generatif tidak hanya dapat menghasilkan email, teks, atau video kampanye yang ditargetkan dengan cepat, tetapi juga dapat digunakan untuk menyesatkan pemilih, meniru identitas kandidat, dan melemahkan lawan dalam skala dan waktu tertentu, dengan skala besar, dan mendistribusikannya di platform sosial, itu akan berdampak besar.
AI generatif juga sering digunakan untuk membuat media sintetik dengan tujuan memfitnah kandidat, atau bahkan menghasut demi kepentingan capres tertentu.
Pesan robocall otomatis, dengan suara kandidat, bisa menginstruksikan pemilih untuk memberikan suara pada Capres yang telah ditentukan.
Menampilkan gambar palsu yang dirancang agar terlihat seperti berita benar dan menawarkan kampanye sekilas tentang masa depan yang dimanipulasi secara digital ini.
Menyerang dengan iklan online, tentang siapa yang harus dipilih termasuk kampanye politik jahat. Dengan media sintetik bisa digunakan untuk mengikis kepercayaan salah satu capres.
Penggunaan "deepfake" lewat AI bisa digunakan untuk membuat foto, audio, video hoaks dengan tampilan yang seolah-olah benar dan meyakinkan. Dalam iklan politik, menyebutnya "penipuan" dengan "tidak ada tempat dalam kampanye etis yang sah".
Kecerdasan buatan lainnya membuat fitur kampanye politik, menggunakan data dan algoritme untuk mengotomatis kan tugas seperti menargetkan pemilih di media sosial.
Menebar informasi bohong dan memanipulasi informasi palsu, kepada masyarakat luas. Kejahatan paling buruk adalah memanipulasi angka hasil pemilihan presiden dengan angka palsu hasil kloning angka rekayasa curiannya.
Ini justru paling berbahaya bahwa angka kemenangan salah satu capres 2024 jauh hari sudah dipersiapkannya menggunakan data dan algoritma untuk mengotomatisasikan tugas seperti menargetkan angka kemenangan salah satu Capres.
Bisa terjadi KPU tinggal menyesuaikan dan kerja sama dengan surveyor untuk menjaga ritme angka hasil kloning selama masa kampanye atau sebelumnya dan saat ini sedang terjadi. (*)