Penguasa Indonesia Adalah James Riady: Telat Bertindak, Indonesia Akan Hancur dan Musnah
Tahap Kedelapan: Demi mempertahankan kekuasaanya, pemerintah pusat menerapkan kebijakan yang superketat dengan membatasi media sosial seperti Google, Twitter/X, Instagram, Facebook, Whatshap. Mirip yang terjadi di China dan Korea Utara sekarang.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
JAMES Riady adalah pebisnis Indonesia yang merupakan pimpinan dari Lippo Group, salah satu konglomerat terbesar di Indonesia. “Sayalah yang memimpin, mengendalikan, memerintah dan memutuskan semua skenario apa yang harus direncanakan, dikerjakan dan dimainkan oleh 9 Naga untuk menguasai Indonesia saat ini,” ucapnya yang viral di media sosial.
Fakta sejarah yang sedang berjalan de yure Presiden Indonesia adalah Joko Widodo tetapi de facto Presiden Indonesia adalah James Riady (sebagai pimpinan semacam Polit Biro 9 Naga semua etnis China).
Di alam kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan harta, darah, dan nyawa, kaum pribumi ingin bangkit, mandiri, dan berdaulat sebagai bangsa yang merdeka setelah ratusan tahun hidup di alam penjajahan.
Lahirlah semangat kebangkitan dan tekad menuju kejayaan di alam kemerdekaan dengan ikrarnya Trilogi Pribumisme, yakni PRIBUMI pendiri Negara, PRIBUMI Penguasa Negara, PRIBUMI pemilik negara.
Kaum pribumi merasa sakit hati oleh kritikan Etnolog Belanda Prof Veth bahwa Indonesia seperti rakyat kambing mudah dijinakkan. Bahkan, Gubernur Jenderal De Jonge pada tahun 1930-an masih juga berkata, Belanda akan menjajah 300 tahun lagi.
Sun Yat Sen mengatakan, bangsa Indonesia sebagai bangsa yang tidak punya keinginan untuk membebaskan diri dari penindasan ibarat “a sheet of loose sand” (bagaikan pasir yang meluruk dan rapuh).
Kritikan dan ejekan di atas sangat menyakitkan, tetapi apa yang terjadi setelah 76 tahun merdeka Indonesia kembali dijajah kekuatan asing.
Hanya dalam kurun waktu 10 tahun presiden Jokowi telah menyerahkan kedaulatan negara ke penjajah gaya baru tanpa perang.
Skenario China caplok Indonesia tanpa perang, puncaknya adalah pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Ini bukan hoax bisa diadu dengan data intelijen:
Tahap Pertama: Jokowi menunjuk Bos Sinarmas sebagai Wakil Kepala IKN. Dan memerintahkan pengembang China, Agung Sedayu, Podomoro, Ciputra, Lippo dan lain-lain, untuk membangun pemukiman China di IKN.
Tahap Kedua: Kerja sama IKN dengan Shenzen City, Twin City sebagai konsultan tata kota agar landscap-nya sesuai pesanan Presiden China Xi Jinping.
Tahap Ketiga: Penduduk IKN dibuat mayoritas China dengan memindahkan jutaan suku Han dari China ke pemukiman baru di IKN. Mirip pencaplokan Singapura dan mirip skenario pencaplokan Turkistan Timur, sekarang jadi Propinsi Xi Jinping.
Sekarang suku Han sudah eksodus membanjiri Indonesia dengan menyamar sebagai TKA China, sebentar lagi pindah setelah pemukiman IKN siap huni.
Tahap Keempat: Model Ibu Kota Indonesia (IKN) akan berbudaya Tiongkok, otomatis sudah pasti dengan mayoritas China yang akan menghuni IKN.
Tahap Kelima: Orang kaya di IKN mayoritas China dan sedikit ASN,TNI - Polri beserta keluarganya, sementara penduduk asli Pribumi akan terpinggirkan. Pribumi tidak akan mampu hidup di IKN.
Tahap Keenam: IKN adalah skenario awal berdirinya Negara Indochina, yang diikuti kebangkrutan Indonesia di berbagai provinsi akibat kebijakan yang tidak memihak pribumi, dan elit pusat hidup mewah foya-foya dari fasilitas negara sebagaimana yang kini lazim terjadi di negara berideologi Komunis.
Tahap Ketujuh: Terjadi pemberontakan di tiap daerah dan banyak provinsi yang ingin merdeka sebagai protes kebijakan pemerintah komunis yang otoriter seperti negara komunis China dan Korea Utara.
Tahap Kedelapan: Demi mempertahankan kekuasaanya, pemerintah pusat menerapkan kebijakan yang superketat dengan membatasi media sosial seperti Google, Twitter/X, Instagram, Facebook, Whatshap. Mirip yang terjadi di China dan Korea Utara sekarang.
Tahap Kesembilan: Dalam rangka akan meng-komuniskan Indonesia, kekuatannya jauh lebih kuat dan mengerikan dibandingkan dengan tragedi G 30 S PKI. Sadar atau tidak peranan Jokowi sebagai presiden boneka RRC sangat sentral. Ke depan kejadiannya mirip Melayu Singapura yang terusir dari tanah kelahirannya setelah China kuasai Singapura.
Bangun, sadar, dan bangkitlah wahai Bangsa Indonesia, telat bertindak negara Indonesia akan hancur dan punah. (*)