Presiden Malas Membaca Lahirlah Kekuasaan Memaksa

Pernyataan Gibran bahwa keluarganya tidak ada tradisi membaca dengan wajah dan mimik saat menyampaikan into yang sesungguhnya terjadi dalam keluarga menjadi petunjuk dan arah yang jelas awal dan sebab kerusakan negara saat ini.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

PEMIMPIN bodoh akan menganggap rakyatnya semua bodoh sedangkan pemimpin cerdas dan bijak akan mengajak rakyatnya untuk belajar (membaca) agar tidak bodoh dan bersama-sama mengambil kebijaksanaan yang tepat demi kebaikan bersama.

Mengingatkan kita pesan mendalam dari Tuan Aristoteles orang bodoh, dalam konteks ini, merujuk pada mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk melihat, menghayati atau memahami kebijakan yang telah diambilnya.

Terasa semua sudah terlambat ketika kita mengetahui info dari Gibran Rakabuming Raka (ketika wawancara dengan Najwa Shihab) bahwa dalam keluarganya tidak ada tradisi membaca. Semua terkesima membayangkan keluarga Presiden tidak ada tradisi membaca.

Melintas dalam benak kita seorang Presiden tidak boleh salah setiap mengambil kebijakan. Menjadi benar sangkaan atau dugaan masyarakat Presiden Joko Widodo yang tak memiliki tradisi membaca pantas sebagai presiden boneka.

Karena tidak memiliki wawasan, pemahaman, pengetahuan, yang memadai, dan apalagi mendalam untuk urusan negara dampaknya kerusakan yang sangat besar. Dipastikan rezim ini akan menjadi tiran, otoriter, dan bengis karena di setiap kebijakan bukan lahir dari kecerdasan dan kearifan akal sehatnya, tetapi hanya okol dan dengkul yang di pakai atas remote dari luar dirinya.

Di sisi lain, seorang presiden yang memiliki kecerdasan, pemahaman lebih luas dan mendalam akan menyadari bahwa pengetahuan dan kebijaksanaan itu tidak boleh dilakukan asal-asalan.

Presiden Jokowi yang tidak punya tradisi membaca. Semua yang dilihat, dikendalikan dan dikelola dalam penyelenggaraan negara hanya akan ada satu pilihan, semua harus sesuai kehendaknya. Tidak peduli salah atau benar, melanggar konstitusi atau tidak.

Presiden yang cerdas dan bijaksana akan rendah hati dan dengan cepat dan tepat membaca, mendengar, memetakan aspirasi rakyatnya dan senantiasa taat konstitusi.

Pernyataan Gibran bahwa keluarganya tidak ada tradisi membaca dengan wajah dan mimik saat menyampaikan into yang sesungguhnya terjadi dalam keluarga menjadi petunjuk dan arah yang jelas awal dan sebab kerusakan negara saat ini.

Dan petunjuk yang pasti bahwa Jokowi selama ini mengelola dan mengendalikan negara hanyalah sebagai budak dan boneka dari dari luar dirinya. Dan yang terjadi akibat malas membaca lahirlah kekuasaan memaksa tiran, bengis dan kejam. (*)