Refleksi Kampanye Akbar 01: Keringat, Darah, dan Air Mata: Menatap Hari-hari Kedepan

Rakyat dan pemimpinnya sudah mengeluarkan keringat yang sama. Anies dan Muhaimin sudah menyatakan janji akan sehidup-semati dengan pendukungnya, yang disampaikan dalam orasi kampanye akbar kemarin. Tidak ada pengkhianatan.

Oleh: Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle

DIANTAR bau keringat yang memenuhi ruangan khusus di VVIP JIS (Jakarta International Stadium) kemarin, saya jongkok di sebelah Gus Muhaimin Iskandar minta waktu semenit untuk melaporkan hal penting.

Sebelumnya dia dan saya saling memberi hormat salut, karena kami sebagai aktivis perjuangan telah berkenalan puluhan tahun, setidaknya berkenalan dalam ruang yang sama, menegakkan demokrasi untuk kesejahteraan rakyat. Gus Imin mempersilakan saya melaporkan.

Laporan saya adalah terkait kemungkinan rencana paslon tertentu yang akan mengumumkan kemenangan mereka pada tanggal 14 Februari 2024 pukul 4 sore. Di antara saya ada beberapa tokoh publik lainnya, yang digalang dan diminta untuk mendukung pengumuman kemenangan capres tersebut.

Saya menyampaikan kepada Gus Imin, bahwa saya tidak akan berkhianat pada paslon AMIN (Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar). Sebab, berdasarkan keyakinan intelektual saya, tidak ada paslon yang bisa menang satu putaran.

Gus Imin meminta saran saya, apa yang harus disampaikan pada rakyat, dalam kampanye akbar kemarin. Saya menginginkan Gus Imin dan Pak Anies memberikan kebahagiaan kepada rakyat pendukungnya, yakni meneriakkan hidup mati bersama rakyat pendukungnya. Pemilu curang, Lawan!

Bau keringat dalam ruang kecil kemarin datang dari semua tokoh-tokoh yang ada di ruangan itu, seperti Capres – Cawapres, Jusuf Kalla, Surya Paloh, Salim Segaf, Aboe Bakar Al-habsyi, Mahfudz Abdurrahman, Chandra Tirta Wijaya, Saan Mustafa, Faisal Assegaf, Bambang Widjojanto, Fadhil Hasan, Syahrin Hamid, dan lain-lain yang sangat banyak lagi. Ada yang penting juga disebutkan, yakni Thomas Lembong.

Tom Lembong ini, mungkin karena menempuh jalan sepanjang kiloan meter di antara jepitan rakyat yang bau keringat, hal mana juga pastinya sebagai pengalaman pertama (bayangkan Tom sebagai top "Wall Street Man"), berusaha menenangkan diri dengan menempel di dinding di belakang saya. Beberapa emak-emak di dalam berusaha berinteraksi dengannya, namun dia menolak. Mungkin karena sudah "sekarat".

Seratusan ribu orang di dalam panggung JIS, ratusan ribu dalam radius ratusan meter dan totalnya jutaan orang yang tidak bisa mencapai JIS merupakan fenomena revolusioner seperti rakyat yang berkumpul di Tahrir Square Mesir pada era Arab Spring, mirip jutaan orang di Hongkong ketika revolusi Umbrella beberapa tahun lalu, dan mirip dengan suasana jutaan massa rakyat mendukung Lula Da Silva, tahun lalu di Brazil.

Rakyat datang dengan harapan berjumpa dengan Anies dan Muhaimin. Rakyat berharap juga bisa merasakan tatapan Anies Muhaimin. Dan Rakyat berharap saatnya perubahan terjadi.

Namun, sayangnya, dalam perebutan kekuasaan faktanya pertarungan yang terjadi selalu antara segelintir elit politik haus kekuasaan yang bersekongkol dengan oligarki rakus, berhadapan dengan kekuatan rakyat.

Berbagai upaya telah dilakukan segelintir elit kekuasaan memanipulasi demokrasi, yang seharusnya jujur, adil, bebas, dan rahasia, menjadi terdesain curang secara sistematis, terstruktur, dan massif. Dokumentasi film, "Dirty Vote", yang sedang heboh viral saat ini menggambarkan bagaimana desain itu bisa dilakukan.

Dirty Vote menceritakan liku-liku Joko Widodo dan rezimnya mendesain kemenangan sejak lama, antara lain menunjuk puluhan pejabat gubernur dan pejabat walikota/bupati yang bisa dikendalikan, menggalang kepala desa, mempolitisasi bantuan sosial, menggunakan aparat untuk mengintimidasi kekuatan yang tidak pro Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, dan lain sebagainya.

Upaya tersebut sepertinya berbarengan dengan lembaga-lembaga survei yang dikendalikan untuk menggiring oponi bahwa pasangan yang didukung Jokowi, yakni Prabowo – Gibran, akan menang dalam satu putaran.

Kecenderungan pengumuman Prabowo – Gibran menang satu putaran itu semakin besar. Hal ini terlihat dari lembaga-lembaga survei yang sudah berani menyatakan pasangan tersebut menang di atas 50%. Apakah mereka mungkin menang satu putaran?

Secara teoritis sesungguhnya menang satu putaran adalah nihil. Securang-curangnya pemilu yang ada tak mungkin mengubah suara rakyat dalam totalitas. Berkaca pada tahun 2019, Jokowi yang incumbent dengan segala kekuatan aparatur yang ada di tangannya, hanya mampu menang tipis dari lawannya. Mengapa, karena rakyat militan mampu mengimbangi politik Jokowi. Saat ini, Jokowi bukan "incumbent". Sangat sulit untuk mengendalikan kekuatan aparatnya secara total.

Mengapa? Pertama kekuatan politik terbelah antara Jokowi di satu sisi dan Megawati Soekarnoputri di sisi lainnya.

Ketum PDIP itu yang menguasai kepemimpinan di BIN, Kejaksaan Agung dan Kemenkumham serta berpengaruh terhadap beberapa kementerian juga menginginkan menang satu putaran. Hal itu diungkapkan Bu Mega pada pidato kampanye akbar pasangan Ganjar Pranowo – Mahfud MD di GBK beberapa hari lalu.

Dengan demikian, yakni tanpa kemampuan totalitas mengendalikan kekuatan negara, keinginan Jokowi memenangkan Prabowo – Gibran satu putaran sulit terjadi. Di samping itu, kita melihat semangat rakyat yang mendukung Anies – Muhaimin juga tidak terbendung lagi.

Anies – Muhaimin yang secara relatif bersandar pada dukungan rakyat tersebut, kelihatannya akan mengimbangi suara Prabowo – Gibran dan juga Ganjar – Mahfud, atau bahkan jauh di atas suara mereka.

Kemudian, bagaimana jika Prabowo – Gibran mengumumkan kemenangan pada 14 Februari 2024 sore hari?

Merujuk pada tahun 2019, Prabowo juga melakukan hal yang sama. Prabowo dan jajarannya juga mengumumkan kemenangan sore hari pemilu. Ketika ternyata Prabowo dinyatakan kalah, berbagai tokoh pendukungnya dimasukkan ke penjara, seperti Eggy Sudjana dan Alm. Lieus Sungkharisma. Prabowo ketakutan dan menyatakan tunduk pada keputusan KPU yang memenangkan Jokowi.

Pada tahun 2024 ini tentunya Prabowo sudah merasa berkuasa. Sehingga dengan mengumumkan kemenangannya, boleh jadi Prabowo – Gibran ingin mempertahankan klaim kemenangan tersebut dengan kekuatannya. Bagaimana tanggapan pasangan lainnya?

Situasi akan buruk ke depan. Sebab, Prabowo – Gibran kemungkinan di-back up oleh KPU yang selama ini dituding meloloskan Gibran secara melanggar UU. Legitimasi KPU lemah sejak DKPP mengumumkan KPU melanggar etika. Jika KPU mengumumkan kemenangan Prabowo – Gibran satu putaran, kecurigaan terhadap hasil pilpres akan lemah sekali.

Hal ini akan memancing reaksi perlawanan dari kelompok 01 dan 03 serta rakyat pendukungnya. Dalam suasana panas belakangan ini, berbagai kekuatan sosial akan siap menghadapi tekanan kekuasan. Namun, diperkirakan situasi akan berdarah-darah. Sebab, bentrokan antara kekuatan negara dengan rakyat akan berlangsung lama.

Inilah poin diskusi kita yang saya angkat dalam judul tulisan ini, yakni: berdarah-darah. Namun, kekuasaan yang diperebutkan dengan darah tersebut bisa dihindari, jika realitas sosial bahwa pemilu tidak mungkin satu putaran dipahami betul oleh pihak-pihak, khususnya penguasa dan paslon yang didukungnya.

Penutup

Keringat dan darah adalah bagian dari perjuangan panjang rakyat untuk menegakkan demokrasi, kebebasan dan keadilan di negeri ini. Rakyat harus bersiap menerima kenyataan ini. Mengorbankan keringat sudah, tinggal darah.

Ini pula satu-satunya jalan untuk memastikan Prabowo – Gibran kalah dalam pemilu, sehingga transformasi sosial ke arah demokrasi dan kebebasan dapat dilakukan. Dan, oligarki rakus bisa ditumbangkan.

Anies dan Muhaimin telah berjalan kaki di antara jutaan rakyat yang memadati stadion dan luar stadion dalam radius 5-10 km.

Rakyat dan pemimpinnya sudah mengeluarkan keringat yang sama. Anies dan Muhaimin sudah menyatakan janji akan sehidup-semati dengan pendukungnya, yang disampaikan dalam orasi kampanye akbar kemarin. Tidak ada pengkhianatan.

Rakyat pendukungnya juga sudah membuktikan kesetiaan dengan cucuran keringat. Tinggal cucuran darah, mungkin, jika dibutuhkan.

Semoga Allah memberikan kekuatan Nya turun ke bumi pertiwi. Memberikan kita air mata. Tangis. Tangis kemenangan. Dengan keringat, darah, dan air mata kita rebut kekuasaan di jalan Allah. (*)