Rektor Mengelak, Alumni ITB Bergerak

Mungkin bisa dimulai dari ITB, kemudian KPU dan seterusnya, sehingga dugaan kuat terjadinya mega skandal pada Pemilu 2024 ini dapat terbongkar. Pemenang haram harus dibatalkan. Jika ini dipaksakan, maka mesti digulingkan.

Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan

DUA kelompok Alumni mempertanyakan keterlibatan Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam Sirekap KPU yang ternyata menimbulkan masalah.

Sistem Informasi Rekapitulasi (SIREKAP) Pemilu merupakan platform digital yang digunakan untuk merekam dan melaporkan hasil pemungutan suara tahun 2024. Ada kerjasama ITB dan KPU yang baru terkuak setelah kekacauan Sirekap menjadi sorotan publik.

Dua kelompok tersebut adalah Keluarga Alumni Penegak Pancasila Anti Komunis (KAPPAK) ITB dan Ikatan Alumni ITB (IA-ITB), keduanya menemui Rektorat dan menilai bahwa kerjasama ITB dengan KPU terkait Sirekap telah menyeret ITB ke dalam perbincangan publik. Sejauh mana ITB turut bertanggung jawab atas kekisruhan, bahkan kecurangan yang dituduhkan kepada KPU?

KAPPAK ITB yang lebih dahulu berinteraksi mendapat jawaban dari Rektorat secara tertulis dengan isi meminta agar pihak KAPPAK ITB menanyakan hal Sirekap tersebut langsung kepada pihak KPU. Jawaban mengelak dan melempar tanggung jawab ini tentu dinilai tidak memuaskan. Ada hak publik untuk mendapat informasi telah dilanggar. Apalagi hal itu dilakukan kepada alumni ITB sendiri.

Pada tanggal 13 Maret 2024 Presidium KAPPAK ITB mengajukan laporan pengaduan pada Komisi Informasi Jawa Barat yang intinya menilai bahwa Pimpinan ITB telah melanggar asas keterbukaan informasi publik sebagaimana diatur dalam UU Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Komisi Informasi berjanji akan memroses lebih lanjut laporan pengaduan tersebut.

Presidium KAPPAK ITB maupun Pengurus Pusat IA ITB menyatakan bahwa Rektorat ITB harus melakukan klarifikasi atas "Kasus Sirekap" yang awalnya diproduk oleh ITB dan berlanjut dengan kontrak KPU hingga 2026. Rakyat mempertanyakan peran ITB dalam dugaan kecurangan Pilpres 2024 yang dikaitkan dengan otak-atik data dan suara pada Sirekap KPU itu.

Rakyat dan juga beberapa pakar IT merasakan kejanggalan pada kerja Sirekap KPU itu. Temuan lapangan memperkuat dugan terjadinya kecurangan terstruktur, sistematis dan masif. Ada desain yang sengaja dilakukan KPU menjadikan Sirekap sebagai "sistem informasi yang merusak".

Sejak data 54 juta DPT misterius, 49,6 juta selisih Pileg dan Pilpres 2024, Sirekap tanpa validasi, penggelembungan angka dahsyat paslon 02, koreksi yang tidak bisa dilakukan PPK, bisnis proses Sirekap yang tidak ada, penghentian tiba-tiba Sirekap oleh KPU, termasuk angka konstan tampilan prosentase perolehan Paslon, hingga permainan Alibaba Cloud China, seluruhnya menjadi bagian kecil dari banyak hal yang perlu dilakukan audit forensik. Indikasi korupsi patut diselidiki pula.

Mungkin bisa dimulai dari ITB, kemudian KPU dan seterusnya, sehingga dugaan kuat terjadinya mega skandal pada Pemilu 2024 ini dapat terbongkar. Pemenang haram harus dibatalkan. Jika ini dipaksakan, maka mesti digulingkan.

Sirekap adalah mesin oligarki berkualifikasi haram. Tidak ada sertifikat halal MUI. Yang ada hanya kelicikan dari rezim Joko Widodo. (*)