Rizal Ramli, True Leader Yang Memikirkan Kepentingan Rakyat, Bangsa dan Negara
Rizal Ramli merupakan sedikit dari para tokoh bangsa yang memenuhi kriteria pemimpin yang disebut Cicero yang hidup pada abad pertama sebelum Masehi. Kriteria dan karakter pemimpin tersebut akan terus berlaku sepanjang zaman, karena merupakan kebenaran universal.
Oleh: Antony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies
PEMIMPIN adalah orang yang 1) mempunyai visi untuk menciptakan kondisi yang lebih baik di masa depan, dan 2) mempunyai kemampuan untuk mewujudkan visi tersebut agar menjadi kenyataan.
Pemimpin politik adalah orang yang mampu meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat banyak, dengan memegang teguh nilai-nilai kemanusiaan, kebangsaan dan peraturan. Pemimpin bangsa akan mendahulukan kepentingan rakyat, bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi.
Karakter pemimpin bangsa seperti itu tercermin dalam diri Rizal Ramli yang senantiasa berpikir untuk kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadinya. Karakter Rizal Ramli tersebut dapat dilihat sejak mahasiswa hingga menjadi pejabat publik.
Sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman yang bertanggung jawab atas kebijakan terkait isu dalam bidang kemaritiman, Rizal Ramli dengan berani mengritik dan membatalkan proyek reklamasi pantai utara Jakarta yang jelas-jelas melanggar peraturan dan undang-undang, serta merugikan komunitas nelayan Jakarta.
Untuk keputusan yang pro rakyat tersebut, Rizal Ramli mengambil risiko besar. Karena proyek reklamasi pantai utara Jakarta itu merupakan proyek yang diinisiasi oleh Presiden Joko Widodo sewaktu menjabat Gubernur DKI Jakarta. Proyek kontroversial tersebut sudah terkatung-katung sejak lama, dan Gubernur Jokowi memberi izin kembali kepada para pengembang, dengan melanggar undang-undang dan kepentingan nelayan Jakarta.
Rizal Ramli memang akhirnya diberhentikan. Tetapi itu semua justru mempertegas bahwa Rizal Ramli merupakan pejabat negara dan pemimpin bangsa yang senantiasa membela kepentingan rakyat tanpa syarat, tanpa pamrih, tanpa memikirkan kepentingan pribadi, serta berani ambil risiko untuk kepentingan rakyat banyak.
Karakter pemimpin bangsa seperti itu sudah diperlihatkan oleh Rizal Ramli sejak masih menjadi mahasiswa di Institut Teknik Bandung (ITB). Rizal Ramli tidak berhenti melancarkan kritik kepada pemerintahan orde baru atas kebijakan-kebijakannya yang bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi, demi kepentingan bangsa dan negara, demi menegakkan konstitusi. Untuk sikap kritis tersebut, Rizal Ramli sampai dipenjara oleh pemerintahan orde baru pada 1978.
Tapi, Rizal Ramli tetap tegar. Penjara tidak membuat Rizal Ramli berhenti mengkritik pemerintah untuk membela kebenaran dan kepentingan bangsa kita. Rizal Ramli terus mengritisi berbagai kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi khususnya yang bersifat monopoli dan KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme).
Rizal Ramli juga berada di garis depan aksi protes masyarakat dan mahasiswa pada 1997-1998 yang akhirnya membuat presiden Soeharto mengundurkan diri pada Mei 1998.
Ketika dipercaya menjadi pejabat publik, karakter kepemimpinan Rizal Ramli tidak berubah. Rizal Ramli tetap mengedepankan kepentingan rakyat, kepentingan negara serta anti-korupsi, bukan untuk kepentingan penguasa bersama kroninya, meskipun penguasa tersebut notabene adalah boss atau atasannya.
Dengan kata lain, Rizal Ramli adalah seorang pemimpin dengan prinsip dan karakter yang sangat kuat berdasarkan nilai-nilai yang diyakininya dan nilai-nilai universal untuk kebaikan bangsa dan negara.
Karakter seperti itu juga tercermin ketika Rizal Ramli menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (dan Sumber Daya). Rizal Ramli berani memberi saran untuk membatalkan pembelian pesawat baru untuk maskapai penerbangan Garuda Indonesia.
Rizal Ramli juga berani mengritisi rencana pembangunan listrik 35.000 megawatt karena diyakininya, dan terbukti, tidak realistis dan akan merugikan keuangan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), artinya merugikan keuangan negara, karena akan terjadi kelebihan produksi listrik yang wajib dibeli oleh PLN.
Oleh karena itu, Rizal Ramli sangat layak dan pantas menjadi pemimpin bangsa Indonesia. Rizal Ramli secara konsisten membela kepentingan rakyat yang tertindas, membela demokrasi dan konstitusi.
Rizal Ramli terus berada di garis depan di tengah kondisi negara sedang mengalami defisit kepemimpinan, di mana hanya segelintir tokoh nasional yang berani bersuara kritis membela kepentingan rakyat.
Karakter kepemimpinan Rizal Ramli tersebut seperti nakhoda yang dapat menyelamatkan Indonesia dari badai kehancuran, nakhoda yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, mengurangi kemiskinan, dan mewujudkan keadilan sosial yang lebih baik.
Karena, Rizal Ramli mempunyai cara dan daya berpikir kreatif, thinking out-of-the-box, untuk mengatasi berbagai macam permasalahan ekonomi dan sosial. Hanya seorang pemimpin yang mempunyai pengetahuan luas serta empati kuat kepada masyarakat yang dapat melakukan itu.
Kemampuan thinking out-of-the-box seperti ini sangat penting, karena setiap permasalahan ekonomi dan sosial selalu unik sehingga memerlukan solusi dan jalan keluar yang juga unik. Untuk itu, thinking out-of-the-box merupakan jalan tercepat dan tepat untuk mengatasi beragam permasalahan multidimensi.
Karena thinking out-of-the-box akan menghasilkan solusi terobosan yang orisinil dan tepat guna, serta unik untuk setiap permasalahan yang unik.
Di dalam buku “How to Run a Country” yang memuat pemikiran Marcus Tullius Cicero, seorang pengacara (ahli hukum), filsuf, serta negarawan terkenal yang hidup pada zaman Romawi kuno (106 BC – 43 BC), dijelaskan bahwa seorang pemimpin negara harus mempunyai pengetahuan dan moral yang sangat baik. Kalau tidak, negara bisa terjerumus ke dalam jurang kehancuran.
Leaders should be of exceptional character and integrity. Those who would govern a country must possess great courage, ability, and resolve. True leaders always put the interest of their nation above their own. As Cicero says, governing a country is like steering a ship, especially when the storm winds begin to blow. If the captain is not able to hold a steady course, the voyage will end in disaster for all.
Pemimpin harus memiliki karakter yang baik dan integritas tinggi. Mereka yang akan memerintah negara harus memiliki keberanian dan kemampuan, serta dapat menyelesaikan masalah.
Pemimpin sejati selalu mengutamakan kepentingan bangsanya di atas kepentingannya sendiri. Seperti yang dikatakan Cicero, memimpin negara seperti mengemudikan kapal, terutama ketika angin badai mulai bertiup. Jika nakhoda tidak mampu mempertahankan jalur yang stabil, pelayaran akan berakhir dengan bencana bagi semua.
Artinya, pemimpin tidak amanah, pemimpin korup, pemimpin tirani, pemimpin yang hanya mementingkan kelompoknya dan mengabaikan kepentingan rakyat banyak, akan membawa bencana kehancuran bagi rakyat, bangsa dan negara.
Saat ini, rakyat Indonesia sedang menghadapi kondisi seperti digambarkan oleh Cicero. Rakyat Indonesia sedang menghadapi bencana besar karena mempunyai pemimpin yang tidak cakap. Korupsi semakin merajalela seperti dapat dilihat dari indeks persepsi korupsi yang turun drastis dari skor 40 pada 2019 menjadi hanya 34 pada 2022. Pada saat bersamaan, angka kemiskinan bertambah selama periode tersebut.
Cicero juga mengatakan, pemimpin harus mempunyai tingkat kecerdasan dan kemampuan yang tinggi. Kalau mereka tidak mempunyai pengetahuan luas dan tidak menguasai apa yang mereka bicarakan, maka segala pernyataannya akan terdengar seperti ocehan konyol yang tidak bermakna. Mereka tidak akan bisa membawa bangsa yang dipimpinnya menjadi lebih baik.
Intelligence is not a dirty word. Those who govern a country should be the best and the brightest of the land. As Cicero says, if leaders don’t have a thorough knowledge of what they are talking about, their speeches will be a silly prattle of empty words and their actions will be dangerously misguided.
Rizal Ramli merupakan sedikit dari para tokoh bangsa yang memenuhi kriteria pemimpin yang disebut Cicero yang hidup pada abad pertama sebelum Masehi. Kriteria dan karakter pemimpin tersebut akan terus berlaku sepanjang zaman, karena merupakan kebenaran universal.
Thinking out-of-the-box untuk mengatasi berbagai permasalahan pada dasarnya memerlukan tingkat inteligensia dan pengetahuan yang luas, seperti dimaksud oleh Cicero.
Last but not least, sifat pemimpin yang koruptif akan menghancurkan negara. Seperti Cicero katakan, korupsi bagaikan parasit yang menggerogoti negara dari dalam. Korupsi merupakan kejahatan moral, membangkitkan amarah rakyat, serta membangkitkan semangat revolusi.
Corruption destroys a nation. Greed, bribery, and fraud devour a country from the inside, leaving it weak and vulnerable. Corruption is not merely a moral evil, but a practical menace that leaves citizens at best disheartened, at worst seething with anger and ripe for revolution.
Karakter kepemimpinan Rizal Ramli selama ini menunjukkan sifat anti korupsi dan anti KKN. Rizal Ramli dapat menjadi “lap bersih” yang sangat dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini, agar dapat membersihkan Indonesia dari praktik kotor korupsi, kolusi dan nepotisme yang sudah merajalela sampai ke setiap sendi kehidupan pemerintah.
Semoga Indonesia diberkahi, dan mempunyai pemimpin yang berpihak pada kepentingan rakyat banyak, cerdas, mempunyai pengetahuan luas, dan anti korupsi. Pemimpin yang bisa membawa Indonesia menjadi negara yang lebih maju, lebih demokratis, lebih sejahtera dan lebih adil bagi seluruh rakyatnya. (*)