Said Didu Dalam Perjalan
Sekedar saran sesama pejuang dalam posisinya masing-masing beberapa manusia bijak dari Jogjakarta yang terhimpun di Maklumat Jogjakarta, menitip harapan kepada Said Didu "sebagai pejuang dan penggerak Nusantara".
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
PRIA kelahiran Pinrang, Sulawesi Selatan, 2 Mei 1962 ini bernama Muhammad Said Didu. Malang melintang di alam birokrasi akhirnya mundur dari semua jabatannya, pasti karena ada alam lain yang menyelinap dalam pikiran dan rasa sebagai manusia yang memiliki nurani dan kemanusiaan bersandar nilai Ilahiah.
Semua manusia sesuai kodrat kemanusiaan pasti memilikinya – hanya kadar kepekaan pada pilihan baik atau buruk, bermuara pada sikap melawan atau hanyut terbawa arus kebathilan, semua sangat tergantung pada standar ilahiah dalam dirinya.
Said Didu menyimpan secarik kertas bertuliskan "kebebasan berpendapat lebih penting daripada jabatan". Apa hanya karena itu, Didu bangkit melawan kedzaliman penguasa atau karena telah masuk dalam dirinya ada gelombang radar bisa merasakan kesedihan, kepedihan, keprihatinan, bahkan nangis bathin adanya penindasan dan penyiksaan sesama manusia.
Syetan masuk ke Garba manusia lewat aliran darah manusia, sesuai Nash yang sudah tercatat, manusia utuh sebagai manusia dalam kendali dan bimbingan-Nya atau berubah menjadi "Syetan Manusia". Berubah menjadi Qobil atau Habil akan terlihat secara lahiriah dari ucapan dan tingkah lakunya.
Kalau atas Kehendak-Nya Said Didu ditakdirkan masuk nafasnya menyertai Habil – jejak sejarahnya telah melahirkan manusia di arus "hak", pasti akan menerjang kebathilan.
Perlawanan dari manusia Qobil yang melihat dunia adalah akhir kehidupannya akan diterjangnya. Sekuat apapun Qobil yang tega membunuh Habil harus menerima takdirnya pasti akan tumbang.
"Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap", QS Surat Al-Isra Ayat 81, sebagai orang Mukmin (bukan hanya Muslim) pasti meyakini dan itu akan menjadi kompas hidupnya.
Diancam, ditekan bahkan akan dibunuh pun, bagi Said Didu itu kecil, tidak akan bisa meredam nilai dan makna kehidupan abadi di sisi-Nya.
Sekedar saran sesama pejuang dalam posisinya masing-masing beberapa manusia bijak dari Jogjakarta yang terhimpun di Maklumat Jogjakarta, menitip harapan kepada Said Didu "sebagai pejuang dan penggerak Nusantara".
Pageblug bencana kemanusiaan di Indonesia, bukan hanya di PIK-1 dan PIK-2 saja. Tetapi sudah mengancam kedaulatan negara di Nusantara.
Said Didu dalam perjalanan tentu bersama pejuang lainnya, InsyaAllah mendapatkan kekuatan dan perlindungan dari Tahun YME. Rakyat bisa tersenyum kembali dengan dimusnahkanya kebiadaban – Fajar segera menyingsing, Indonesia kembali Merdeka. (*)