Sebulan Kabinet Merah Putih: Joget Gemoy Ternyata Pratanda Kabinet Bergoyang
Ibarat menjilat ludahnya sendiri, pada akhirnya Prabowo melantik anggota Kabinet Merah Putih lebih dari 100 Menteri dan Wakil Menteri. Sebagian besar bukan Kabinet Zaken, seperti yang dijanjikan, tapi Kabinet Seken, karena sebagian besar justeru bekas menterinya Presiden Joko Widodo.
Oleh: Hamka Suyana, Pengamat Kemunculan Pratanda
SEBAGAI pengamat kemunculan pratanda dari alam bawah sadar para Capres dan Cawapres Pilpres 2024, saya mencatat perilaku Capres Prabowo Subianto selama masa kampanye pilpres, selalu muncul kebiasaan yang tidak lazim yang dilakukan oleh seorang Capres.
Kebiasaan tidak lazim adalah pada setiap menghadiri kampanye terbuka, ia selalu menampilkan joget gemoy. Bahkan, pada kampanye akbar di Gelora Bung Karno (GBK), kehadiran Prabowo, seolah-olah hanya untuk memamerkan joget gemoy.
Entah karena jogetnya sudah menjadi obsesi strategi unggulan untuk "memikat" calon pemilih, atau memang tidak punya program unggulan jabatan presiden, sehingga orasi politiknya pun yang relatif singkat, tidak menyampaikan program substansial sebagai seorang Calon Presiden.
Saya penasaran. Apa relevansinya joget gemoy dengan tanggungjawab jabatan seorang presiden? Sehingga Capres Prabowo mengganggap joget gemoy menjadi menu utama yang disajikan kepada para pendukungnya.
Menurut pendapat saya, sangat tidak relevan, dan bahkan bertolak belakang dengan esensi jabatan presiden yang diperebutkan.
Sebab, jabatan presiden identik dengan tanggung jawab besar menyelamatkan bangsa dan negara serta mengantarkan rakyatnya menjemput keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan. Sebaliknya, berjoget yang diiringi dengan musik identik dengan bersuka-ria dan hura-hura, masa bodoh dengan problem serius kehidupan.
Rasa penasaran itu terjawab setelah ia dilantik menjadi presiden. Ternyata joget gemoy yang selalu dilakukan spontan oleh Prabowo merupakan kemunculan pratanda dari alam bawah sadarnya itu dengan bahasa isyarat joget identik dengan goyang. Artinya, kabinet yang dibentuk Presiden Prabowo "Goyang", alias tidak kokoh atau dalam posisi Goyah.
Berikut ini fakta yang terjadi di luar perkiraan manusia.
Satu; Didampingi Wapres "Minus" Integritas Kepemimpinan
Dua bulan menjelang pelantikan, Allah sudah membuka aib Wapres Terpilih Gibran Rakabuming Raka, dengan perantara "Detik Lengah", terbongkarnya jejak digital Akun Kaskus Fufufafa milik Gibran yang berisi hinaan kepada Prabowo dan keluarganya.
Tidak hanya itu. Menurut hasil penelusuran Pakar Telematika, Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Roy Suryo, jejak digital yang ditinggalkan akun Fufufafa berisi hinaan, jorok, porno, dan serangan tidak beradab kepada pihak tertentu.
Yang lebih ngeri, pernyataan Dokter Tifauzia yang menegaskan bahwa pemilik akun Fufufafa (Gibran) mengidap gangguan kejiwaan yang tidak layak memimpin karena akan membahayakan bangsa dan negara.
Meski sebelum pelantikan Allah telah membuka aib Gibran hingga telanjang, tetapi Presiden Terpilih Prabowo Subianto tidak menolak keberadaan Wapres yang telah merendahkan harga dirinya itu.
Sehingga pelantikan Presiden dan Wapres pun tetap terlaksana. Inilah kemunculan pratanda yang terbesar, bahwa Prabowo sudah kehilangan sebagian kewibawaannya sebagai seorang presiden. Kondisi demikian ini akan berdampak buruk, menjadikan Kabinet Merah Putih "bergoyang" (baca: goyah).
Dua; Kabinet Obesitas Jabatan
Sebelumnya, Prabowo dengan berapi-api memberi sinyal kabinet yang dibentuk akan diisi oleh para tokoh yang berintegritas dan profesional.
Tiga; Ibarat Menjilat Ludahnya Sendiri
Ibarat menjilat ludahnya sendiri, pada akhirnya Prabowo melantik anggota Kabinet Merah Putih lebih dari 100 Menteri dan Wakil Menteri. Sebagian besar bukan Kabinet Zaken, seperti yang dijanjikan, tapi Kabinet Seken, karena sebagian besar justeru bekas menterinya Presiden Joko Widodo.
Belum bekerja secara maksimal pun tujuh (7) Menko sudah mulai meminta tambahan anggaran di jajaran kementeriannya. Padahal, situasi ekonomi nasional sedang tidak baik-baik saja. Ekonomi rakyat pun sedang tercekik hingga lehernya nyaris tidak bisa bernafas untuk bertahan hidup.
Narasi saat Reuni 212, Habib Rizieq Syihab (HRS) menyampaikan bahwa di Kabinet Merah Putih masih tercium bau anyir darah KM 50. Ada dua orang anggota kabinet Prabowo yang terindikasi secara langsung maupun tidak langsung terlibat tragedi KM 50.
Bahwa Allah menunda narasi tersebut, tersimpan hikmah besar, yakni beberapa materi kemunculan pratanda "kejatuhan" Prabowo, tambah banyak.
Allah Menjawab Keraguan Publik
Artikel yang ditulis oleh saya, Hamka Suyana, tentang kemunculan pratanda dari alam bawah sadar kontestan politik, direspon minor oleh sebagian publik karena masih meragukan akurasinya.
Alhamdulillah, Allah telah menjawab keraguan tersebut dengan ditunjukkan bukti nyata, hasil dari pengamatan kemunculan pratanda yang ditulis Hamka Suyana, tentang kemunculan pratanda pada Debat Publik Pilbup Kulon Progo 100% tepat dan akurat.
Kemunculan pratanda lainnya, adalah proses pengamatan terhadap perjalanan kepemimpinan oleh Presiden Prabowo.
Berdasarkan pratanda yang semakin banyak bermunculan, kepemimpinan Presiden Prabowo tanpa sadar telah memilih jalan menuju kejatuhan. (*)