Selintas Misteri Jokowi
Cloud Alibaba ini seperti membuka pintu yang lebar untuk penjajahan digital. Hilanglah kedaulatan digitalnya dalam konteks Pemilu 2024 dan ini sangat berbahaya Indonesia masuk dalam penjajahan gaya baru.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
AWAL kehancuran Indonesia akan dimulai dengan kejadian yang sama dengan misteri sejarah naiknya Joko Widodo sebagai Presiden.
Pada tanggal 3 Desember 2014, Bambang Tri (BT) menemukan foto, Widjiatno seorang pria yang wajahnya mirip dengan Jokowi, mengawal tokoh PKI DN Aidit. Dalam buku Jokowi Under Cover 1, yang dianggapnya sebagai ayah kandung Jokowi.
Pemilu Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 akan memilih Presiden dan Wakil Presiden. Jokowi adalah Presiden Indonesia yang mulai menjabat sejak 20 Oktober 2014.
BT memulai memperdalam riset menemukan foto pertunangan Jokowi dengan istrinya Iriana yang menurutnya palsu. Di foto itu, seolah-olah dibuat Jokowi adalah anak kandung Sujiatmi.
Menurut buku "Jokowi Under Cover 1" dikatakan oleh BT bahwa Jokowi adalah anak kandung seorang wanita China Yap Mei Hwa dari pernikahanya bersama Widjiatno, pengawal tokoh PKI Aidit.
Di foto itu juga ada sosok Sudjadi, mantan politisi Golkar yang saat itu menjadi Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan yang dalam foto tubuhnya diganti dengan tubuh Widjiatno.
Di dalam foto, ibu kandung Jokowi Yap Mei Hwa wajahnya diganti dengan foto wajah Sujiatmi.
Bambang Tri juga menemukan dokumen saat Jokowi mendaftarkan diri ke KPU sebelum dirinya menjadi Calon Presiden (Capres) dan memenangkan pertarungan Pilpres 2014 yang didampingi oleh wakilnya Jusuf Kalla.
Saat itu Jokowi bertarung dengan Capres Prabowo Subianto. "Tuduhan bahwa Presiden Jokowi dan orang tua atau keluarga Presiden Joko Widodo terlibat PKI adalah fitnah," kata Kepala BIN saat itu Sutiyoso.
Misteri ini tetap gelap secara hukum, BT harus menerima tuduhan memfitnah Jokowi. Permintaan tes DNA untuk menepis fitnah dan memperjelas kebenaranya sampai saat ini gagal dilaksanakan.
Misteri selanjutnya diawali dengan pengantar tentang sejarah rekayasa Jokowi yang dipromosikan sebagai Calon Presiden RI, dengan tema menjari figur antitesis SBY, dimainkan figur Jokowi antara lain oleh Karim Raslan, adalah kolumnis dan pengamat ASEAN.
Jokowi ke Singapura bertemulah dengan Datuk Abdullah, dipromosikan bahwa Jokowi adalah Walikota paling hebat di Indonesia. Datuk Abdullah sempat terkesima dengan kesederhanaannya. Sederhana dalam kapasitas, pemikiran, dan penampilannya.
Menjadi sangat misterius karena saat itu para Taipan Oligarki sudah mampu mengendus calon presiden yang bisa dijadikan bonekanya.
Konon, ketika itu media berbayar (mirip buzer saat ini) sudah disiapkan untuk back up Jokowi. Saat itu Jokowi dipromosikan sebagai orang jujur mengatakan sebenarnya "Aku ora mikir - aku ora ngerti" (saya tidak berfikir dan saya tidak tahu).
Dalam perkembangannya, ada diserangan rekayasa masuk ke Tengku Umar bahwa dengan figur Jokowi, PDIP akan diuntungkan secara politik diyakinkan suara akan naik dari 16% menjadi sekitar 33%.
Angka disampaikan melalui hasil polling rekayasa, pada ahirnya hal tersebut adalah penipuan belaka karena PDIP hanya naik sekitar 3%.
Awal PDIP terkena tipuannya, tetap sebagai Capres PDIP, setelah dia menjadi Presiden, Jokowi harus menyandang sebagai "Petugas Partai".
Misteri muncul lagi setelah setelah terbit "Jokowi Under Cover 2" tentang ijazah palsu Jokowi, tetap gelap gulita sekalipun telah beberapa kali masuk di proses pengadilan.
Dari sekian banyak misteri terbitnya Keppres 17/2023 dan Inpres 2/2024, tentang upaya mengatasi kasus HAM berat, nyasar ke perisriwa G 30 S/PKI, tercium rencana pengampunan PKI sebagai korban (pelaku menjadi korban dan penyelamat menjadi pelaku)
Misteri beruntun, memporak-porandakan Proses-pilpres sejak Pilpres 2014, 2019, dan Pilpres 2024. Sutradara pengendali dari Jokowi, membantai proses demokrasi secara brutal indikasi kuat angka kemenangan Capresnya dengan segala rekayasanya, konon, sudah disiapkan sebelum Pilpres 2024 dilaksanaman.
Kita tahu oligarki dan RRC (China) punya agenda politik lebensraum. Politik ekspansionis dan punya kepentingan Pilpres di Indonesia harus tetap dalam genggamannya.
Cloud Alibaba ini seperti membuka pintu yang lebar untuk penjajahan digital. Hilanglah kedaulatan digitalnya dalam konteks Pemilu 2024 dan ini sangat berbahaya Indonesia masuk dalam penjajahan gaya baru.
Presiden China Xi Jinping seperti memiliki kontrol penuh terhadap ekonomi dan politik di Indonesia, termasuk rencana pembangunan IKN.
Nasib kedaulatan, keutuhan, dan harga diri bangsa saat ini terpulang pada rakyat Indonesia akan bangkit menyelamatkan Indonesia atau negara akan berakhir pada kehancurannya. (*)