Setelah Pelantikan Presiden Prabowo Subianto Akan Kemana
Setelah jadi Presiden dan Kabinetnya diumumkan dan dilantik harapan rakyat tiba-tiba sepertinya ambyar. Kabinetnya bukan Kabinet Zaken tetapi Kabinet Seken, diperparah sebagian kabinetnya tersandera terlibat korupsi.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
KAJIAN Politik Merah Putih secara khusus fokus pada kajian setelah Prabowo Subianto resmi dilantik menjadi Presiden akan kemana.
Sulit untuk menyangkal, saat ini Indonesia masih sangat gelap, banyak contoh dalam kasus ini hanya akan memperpanjang daftar panjang kegelapan. Rakyat membayangkan lahirnya pemimpin besar yang mampu melakukan perubahan untuk mengubah dan keluar dari kegelapan menjadi cahaya terang.
Prabowo Subianto memiliki perjalanan hidup panjang melibatkan perpaduan antara pertumbuhan pribadi, ketahanan, perjalanan spiritual yang mendalam keinginan mengubah Indonesia dari gelap menjadi cerah.
Tergambar dalam jiwa, perasaan, pikiran, dan angan-angan yang memiliki potensi kecerdasan dan kemampuan dan dipersiapkan untuk suatu perjalanan besar untuk Indonesia. Ahad (20/10/2024), ia menerima jabatan barunya sebagai Presiden dari Joko Widodo.
Untuk melacak pemikiran Prabowo Subianto (PS) setidaknya bisa dilacak sesuai buku Paradoks Indonesia yang ditulisanya.
Hari ini, Ahad 20 Oktober 2024, setelah puluhan tahun berjuang, PS resmi dilantik sebagai presiden RI lima tahun ke depan. Peluang telah datang untuk mewujudkan cita-cita seperti yang ditulis dalam bukunya Paradoks Indonesia.
Buku tersebut mengurai tentang pikiran Indonesia bisa keluar dari kegelapan. Gambaran situasi gelap karena: Ekonomi dikuasai pemodal besar karena; Kekayaan bangsa mengalir ke LN; Yang semakin melebarnya kesenjangan pendapatan;
Ancaman middle income trap jika pertumbuhan rendah; Demokrasi dikuasai pemodal besar karena maraknya politik uang sebagai akibat dari biaya demokrasi mahal.
Maka, solusi yang ditawarkan oleh PS atas tantangan tersebut yaitu Ekonomi harus untuk rakyat dengan cara: Penerapan UUD 1945 pasal 33; BUMN dan Koperasi jadi ujung tombak; Pertumbuhan ekonomi harus 2 digit dengan investasi di pertanian, pengolahan, perdagangan dan Industri Strategis; Demokrasi oleh dan untuk rakyat melalui pelaksanaan demokrasi sesuai dengan UUD 1945 berazaskan musyawarah dan mufakat.
Bahkan, Prabowo Subianto menyatakan bahwa kita harus bisa melaksanakan suatu perombakan besar untuk bangsa agar bisa berdiri sebagai bangsa kesatria.
Hal-hal yang disoroti tajam dan untuk diselesaikan dalam buku Paradoks Indonesia, antara lain: Ketimpangan ekonomi yang sudah sangat parah; Demokrasi dan kedaulatan yang dibajak oleh oligarki harus dikembalikan ke kedaulatan rakyat; Penegakan hukum harus bebas dari sogokan;
Ketegasan dalam pemberantasan korupsi; Butuh pendekar-pendekar penyelamat demokrasi; Mengembalikan konstitusi negara ke Naskah UUD 1945 asli; Ujung tombak ekonomi dengan pimpinan BUMN yang kapabel – harus diisi oleh profesional;
Jadikan koperasi alat pemerataan; Kebenaran dan keadilan harus ditegakkan; Pembelaan terhadap rakyat miskin dan lemah harus dilakukan; Pemerintah harus ikut serta dalam ekonomi – tidak melepaskan ke pasar bebas,.
Pemikiran, cita-cita dan agenda-genda penting ini sudah muncul sangat kuat dalam kampanye Prabowo Subianto sebagai Capres pada Pilpres 2014, 2019, dan 2024.
Setelah jadi Presiden dan Kabinetnya diumumkan dan dilantik harapan rakyat tiba-tiba sepertinya ambyar. Kabinetnya bukan Kabinet Zaken tetapi Kabinet Seken, diperparah sebagian kabinetnya tersandera terlibat korupsi.
Para menterinya justru pemikiran dan langkahnya selama ini bertolak belakang dengan pemikiran Pak Prabowo dalam Paradoks Indonesia.
Detelah Prabowo Subianto dilantik resmi jadi Presiden akan jalan kemana. Mungkinkah Indonesia tetap gelap atau bahkan akan semakin gelap-gulita. (*)